Titik berbisik atau dibisiki, dok Bewe
Anging Mamiri lagu daerah Sulawesi Selatan karya Bora DG Irate, yang artinya adalah angin semilir ternyata mulai berpihak kepada Hj. Badingah, S.Sos. bupati Gunungkidul, terkait dengan pilkada 9 Desember 2015 mendatang. Setidaknya kujungan Titik Soeharto mendorong angin surga ke arahnya lebih cepat dari perkiraan para pengamat politik di Gunungkidul.
Anging Mamiri lagu daerah Sulawesi Selatan karya Bora DG Irate, yang artinya adalah angin semilir ternyata mulai berpihak kepada Hj. Badingah, S.Sos. bupati Gunungkidul, terkait dengan pilkada 9 Desember 2015 mendatang. Setidaknya kujungan Titik Soeharto mendorong angin surga ke arahnya lebih cepat dari perkiraan para pengamat politik di Gunungkidul.
"Betapa tidak? Belum genap hitungan 6 bulan di tahun 2015 Siti Hediati Soeharto Wakil Ketua Komisi IV DPR RI datang ke Gunungkidul membawa pundi-pindi untuk rakyat, yang kemudian dimanfaatkan secara baik oleh Badingah untuk promo terselubung" ujar Mudi Lestari, aktivis perempuan alumnus UNY, Minggu 10/5/2015.
Pertama, demikian menurut dia, Rp 7,5 milyard digelontorkan ke desa Nglanggeran dalam bentuk agro tekno park (ATP) dari BPPT. Yang kedua bantuan dari Kementrian Pertanian yang sengaja digaet dalam konteks dana asprirasi mencapai Rp 774 Juta, merata di 18 kecamatan.
"Kehadiran mBak Titik merupakan panggung cantik untuk Badingah, terkait dengan niatnya menjago ulang di kancah pilkada 9 desember 2015 mendatang," ulasnya.
Dia melihat, Badingah adalah satu-satunya bupati Gunungkidul yang memiliki keahlian dalam tawar menawar politik dengan audien.
"Berbeda dengan Soharto, pasangan pertamnya saat dia diperankan sebagai wakil bupati. Di masa akhir jabatan, CB Supriyanto kala itu selalu tampil sebagai promotor, bahwa Suharto, berniat mencalonkan kembali," imbuh dia.
Menurut Mudi, Badingah tidak seperti Suharto. Dia tampil dingin. Setiap kesempatan, di 3 bulan terakhir, Badingah selalu meninggalkan pesan, bahwa 27 Juni 2015 jabatannya berakhir. Kemudian dia meminta maaf jika banyak salah dalam memerintah, tanpa mengungkapkan keinginan untuk mencalonkan kembali.
"Justru tidak mengucapkan niatnya itulah terendus nuansa kuat, bahwa Badingah ada niatan menjago ulang," paparnya.
Promosi tanpa jubir, demikian dia mengistilahkan, karena diakui atau tidak, Badingah sedang melakukan jajak psikhologis. Saat Badingah tampil menyambut kunjungan Titik Soeharto, di Bangsal Sewoko Projo Jumat 8/5/2015, adalah bukti paling kongkrit. Suara bersahutan agar Badingah maju di pertarungan pilkada dari audien begitu kuat. Dalam hal ini, jajak psikhologis itu berhasil dia mainkan dengan baik.
Badingah, di sisa jabatanya yang tinggal 49 hari, demikian Mudi Lestari menganalisa, akan semakin rajin tampil di depan publik. "Badingah akan rajin berpamitan dan meminta maaf, di balik itu semua, diam-diam dia menjajagi kemauan rakyatnya.
Angin semilir berhembus untuk Badingah. Menyitir ucapan mBak Titik, kalau Bu Badingah maju mencalonkan lagi, tentu sebagai sesama perempuan, saya akan dorong dalam arti dukung beliau. Kalimat itu menurut Mudi maknanya cukup jelas. Angin surga untuk Badingah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda