Rabu, 29 Agustus 2018

DEMOKRASI BARAT ITU BENGKOK, HARUS DILURUSKAN MELAUI DEMOKRASI ALA INDONESIA



WONOSARI, - Media sosial, apapun bentuk dan jenisnya, dirakit untuk mempermudah komunikasi. Medsos lahir tidak bertentangan dengan takdir. Sementara sebagian besar manusia tidak memahami secara baik hubungan medsos dengan firman Allah Swt.


"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti," Al-Hujarat ayat 13.


Faktual, pemanfaatan medsos, terutama pada masa menjelang pesta demokrasi, dimanfaatkan untuk perang tagar (tanda pagar: #). Ini menyimpang dari esensi Al-Hujarat 13.


Di langit perang tagar, di bumi persekusi. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Persekusi berasal dari bahasa Inggris: persecution. Maknanya adalah perlakuan buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh individu atau kelompok, terhadap individu atau kelompok lain, karena suku, agama, atau pandangan politik.


Al Quran menunjukkan, perlakuan buruk itu pun tidak lepas dari firman Allah Swt.


“Katakanlah (Muhammad), Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya),” Al-An am,  Ayat 65.


Mencermati kalimat: Dia (Allah) mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain, benar-benar terjadi pada #Jokowiduaperiode dan #2019gantipresiden.


Dalam Pasal 29 Ayat 1  ditegaskan, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


Perang tagar menjelang pemilu 17 April 2019, yang kemudian melahirkan persekusi, perlu dipahami dari roh bernegara dan berbangsa.


Seluruh warga negara Inonesia harus kembali kepada Ketuhanan Yang Maha Esa yang harus diprakekkan oleh para pemeluk : Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Kong Hucu, serta aliran kepercayaan.


Perang tagar tidak dilarang, tetapi  harus dilakukan sesuai kaidah 6 agama, 1 aliran kepercayaan, bukan malah diperparah dengan perang mulut di layar kaca.


Tidak sepenuhnya demokrasi barat melahirkan kebebasan yang nyaman. Bangsa Indonesia memiliki kesanggupan meredam ekses negatif demokrasi barat. Itu harus diimplemntasikan dalam pesta demokrasi 17 April 2019.



Bambang Wahyu Widayadi



Rabu Dinihari, Gunungkidul Diguncang Gempa 5,8 SR




WONOSARI, Gempa bumi berkekuatan 5,8 Skala Richter (SR) mengguncang Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Belum ada laporan kerusakan, tetapi gempa tersebut tidak menimbulkan potensi gelombang tsunami.


“Gempa tektonik terjadi Rabu, 29 Agustus 2018, pukul 01.36.36 WIB, di Samudera Hindia,” terang  Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, S.T., Dipl. Seis, M.Sc.


Hasil analisis  BMKG menunjukkan, titik gempa bumi  terletak pada koordinat 8,93 LS dan 110,22 BT. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 114 km,  selatan Kota Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DIY, kedalaman 62 km.


Menurut Rahmat Triyono, gempa bumi berkedalaman dangkal ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempang Eurasia.


Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi tersebut dipicu oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (Thrust Fault).

Dampak gempa bumi berdasarkan shakemap BMKG dan laporan masyrakat menunjukkan, guncangan dirasakan di daerah Bantul Jogjakarta, Karanganyar, Karang Kates, Purworejo, Trenggalek, Wonogiri, Sawahan, Banjarnegara dan Magelang.


Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.

“Dari hasil pemodelan menunjukkan,  gempabumi tidak berpotensi tsunami,” terang Rahmat Triyono.


Hingga pukul 02:00 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).


Bewe 

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...