Minggu, 31 Mei 2020

MENGAPA CORONA MENGHAJAR DUNIA

GUNUNGKIDUL, Minggu Pahing, 31 Mei 2020 - Corona dianggap sebagai bencana non-alam. Ini sebuah cara pandang yang aneh, tetapi karena pelontarnya adalah pucuk pimpinan negara, tidak satu orang pun berani mengkritisi dan meluruskan.

Corona, tak beda dengan ciptaan lain, seperti cacing, air, udara, api, gunung dan sebagainya.  

Gunung meletus, dampak kerusakan fisik dan kejiwaan cukup dahsyat. Corona juga tak kalah hebat, bahkan lebih dahsyat meski makhluk ini adalah  ciptaan yang  tidak kasat mata. Corona sangat tetasa terus menghajar dunia. Mengapa?

Substansi gunung dan virus corona dan seluruh yang ada di langit dan di bumi adalah sama-sama sebagai subyek yang diciptakan melalui formula Kun fa yakuun.

"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu." (QS. Ya-Sin 36: Ayat 82)

Gunung meletus dan Corona adalah sama-sama merupakan bencana alam. Keduanya adalah prosesi tasbih (memuji) atau menjunjung tinggi titah Yang Maha Pemberi Titah.

Upaya lahiriah yang dilakukan selama ini, dengan protokol yang macam-macam itu, adalah sesaji yang irasional. 

Corona tidak menuntut agar manusia pasang pembatas super ketat. Dia justru menghendaki keakraban yang lemah lembut dalam koridor kemanusiaan. 

Corona menghendaki, manusia berjabat erat menyatu dengan alam, bertasbih, rukuk serta mengelukan keagungan-Nya.

Corona sangat menyadari, bahwa  kehadirannya di jagat raya akan mebuat  semua orang takut mati. Sampai terjadi peristiwa, orang mati pun sangat ditakuti seperti, bahkan melebihi Corona itu sendiri.

Dalam prespektif kebencaan, Gunung meletus dan Corona adalah sama-sama taat perintah. Mereka ditugasi mencubit sekelompok manusia yang lalai.

Manusia, rupanya lupa, bahwa mereka sedang diperingatkan, sehingga secara metodologis, mereka salah dalam mengambil keputusan dalam menyekesaikan ujian.

Menamai Corona sebagai bencana non-alam saja sudah tidak tepat. Memang Corona itu bukan bagian dari alam? 

Tetapi ketika Presiden Jokowi berubah pikiran, bahwa manusia harus berdamai dengan Corona, sebagian besar orang justru menolak. Sebagian besar tokoh berteriak, "Lawan, Corona."

Pertanyaan sederhana, memang para tokoh itu ada kekuatan untuk melawan Corona, yang dikawal langsung oleh kehendak Tuhan?

Presiden Jokowi melonggarkan PSBB, sesungguhnya dia berada di jalan yang benar. Para tokoh itu saja yang tertinggal jauh dari apa yang sedang dipikirkan Jokowi. 


Bambang Wahyu Wisayadi

Sabtu, 30 Mei 2020

SABUK MERAH "MARAH"


slamet, 
GUNUNGKIDUL, 30/5/2020, -Pilkada Gunungkidul 2020 merupakan momentum bagus untuk  mencari sosok pemimpin daerah setelah Badingah-Imawan (Baimm).  Kalau tidak berubah, Pilkada serentak dilaksanakan Rabu Wage, 9 Desember 2020.

Menjadi wajar jika Partai politik yang ada berkompetisi mencari kandidat yang layak jual dan layak memimpin Gunungkidul ke depan. Mereka berlomba menyodorkan kandidat terbaiknya untuk ditawarkan kepada publik calon pemilih. 
Sunaryanta

Sabuk Merah Gunungkidul (SMG) merupakan salah satu bagian dari elemen masyarakat  Sejak kelahiranya telah mendeklarasikan dukungan kepada Mayor Sunaryanta untuk menjadi bakal calon Bupati Gunungkidul. SMG untuk itu terus berupaya merapatkan barisan, gencar mensosiakisasikan kepada masyarakat. 

Bukan tanpa alasan jika SMG selalu konsisten dan tegak lurus mendukung Mayor Sunaryanta, karena beliau adalah calon pemimpin muda dan visioner. 

Silaturahmi bertajuk Nyambel Bawang, di posko induk, Nglebak, Katongan, Nglipar, dikemas dalam agenda halal bilhalal. Segenap pengurus inti, SMG  menelorkan komitment  berjuang mengantarkan Mayor Sunaryanta hinggam ke kursi kekuasaan. 

Dalam bayang-bayang pandemi, silaturahmi (30/5/20), Sabuk Merah "Marah" (mendambakan) Gunungkidul harus berubah.

Slamet, S.Pd. MM

"RAJA-JAWA" BANTU SEMBUHKAN COVID-19

foto bambang wahyu widayadi
YOGYAKARTA, Sabtu, 30 Mei 2020, Relawan Pemutus Rantai Covid-19 (RPRC) DIY terus melakukan gerilya, membantu pasien yang dinyatakan  reaktif dan positif corona  dengan cara memberikan ramuan jamu jawa (Raja-Jawa) secara gratis.

Pemerintah, mulai Pusat hingga Propinsi dan Kabupaten / Kota sulit mempercayai, bahwa Raja-Jawa bisa membantu proses penyembuhan pasien Covid-19. 

"Kami tidak surut langkah, apalagi ciut nyali. Kami bergerak secara mandiri, tanpa didanai oleh siapapun, kecuali patungan," terang Panji Emas, koordinator RPRC DIY, (30/5/20).

Menurutnya, banyak pasien yang merasa terbantu. Fitriyani (29) karyawan Indogrosir, terang Panji Emas, yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sleman mengakui manfaat Rja-Jawa, produk Yogyajarta.

Fitriyani masuk RSUD Sabtu  9 Mei 2020. Dia menjalani sampel swab lima kali, tanggal 9, 11, 16  18 dan 22 Mei 2020. Hasilnya negatif, positif, positif, dan negatif, negatif.

"Iya benar saya merasakan, Raja-Jawa pemberian temen-temen RPRC sangat membantu mempercepat kesembuhan. Di badan terasa segar," ujar Fitriyani.

Yang merasa tertolong tidak hanya Fitriyani.  Agus Sudrajat (45) warga  Perum Kasongan Permai, Bangungjiwa, Kecamatan Kasihaan, Kabupaten Bantul memproleh rekomendasi pulang, Kamis 21 Mei 2020 oleh dokter pemeriksa dr. V. Agni Widhiana.
Gunawan & Arif Efendi

Begitu pula dua anaknya, Gunawan serta Arif Efendi cepat keluar dalam hari dan tanggal yang sama dari Rumah Sakit Covid Bambang Lipura setelah dibantu minum Raja-Jawa.
RS Covid Tempat Jumiyatun diraway

Jumiyatun (49) warga RT 14, Wonocatur, Banguntapan, Bantul, senasib dengan Agus Sudrajat. Dia dan kedua anaknya positif, di rawat di RS Covid Bambaglipuro, Bantul.

"Alhamdulilah, Selasa 19 Mei 2020, kami bertiga direkomendasikan pulang oleh dr. Novi," tutur Jumiyatun.

Di Gunungkidul sasaran  pasien  bervariasi, baik reaktif maupun negatif. Suami istri yang rapidtesnya dinyatakan reaktif  setelah dilakukan cek  ulang, Jum'at 29/5/20,  berubah menjadi non-reaktif.

Pasangan suami istri Supardi (54) Endarsih (52), warga RT 07 RW 02, Dusun Plembon Lor, Desa Logandeng, Kecamatan Playen  bernafas lega. 

"Kami berdua minum Raja-Jawa habis 3 botol. Sementara Y Dika Widyatma, anak kami positif, di RSUD Wonosari. Dia kami kirim dua botol. Semoga sampel swabnya negatif," ujar mereka. 


Bambang Wahyu Widayadi

SEPOTONG PANTUN BERKAIT

Al-Baqarah 153
Ke desa Paliyan Anda mau mencari apa
Percuma  kalau hanya dolan-dolan saja
Kalian tidak akan mampu melawan Corona
Karena kalian tidak paham akan caranya.

Kasep, dari Paliyan Anda justru sakit kawan
Tepi laut, banyak rumput yang berguna
Resep melawan Corona sebenarnya telah ditunjukkan
Tetapi mata hati tak juga mau menerima.

Hati terbuka adalah pintu kesadaran
Agar tak sakit mencubit dan mencincang dada
Sederhana, Corona itu hanya perlu kesabaran
Ditambah sedikit cuci tangan, menjelang berdoa.

Pohon kenangan harus dibayar, dan dipanjat
Peluh biarkan menyapa  fajar
Mohon pertolongan dengan sabar dan sholat
Sungguh, Tuhan bersama orang-orang yang sabar. 

Dari Paliyan tidak memperoleh apa-apa
Walau di sana banyak bijian subur, timun  untuk benih
Pasti kalian tidak percaya
Kalau cuci tangan berumur 1400 tahun lebih.

Al-Baqarah 45


Putat, 30 Mei 2020
Bambang Wahyu Widayadi 

TIANG PENYANGGA KEROPOS, DAPUR ROBOH RATA DENGAN TANAH

DAPUR ROBOH
GUNUNGKIDUL, -Dapur rumah milik Marjono (70), warga RT 01 / RW 14, Padukuhan Ngelo Kidul, Desa Beji, Kecamatan Ngawen roboh, Jumat (29/05/2020) siang.

Empat orang, 2 anak, istri, dan cucu Marjono yang kebetulan sedang berada di dapur tertimpa material bangunan.

Dihimpin dari berbagai sumber, dapur rumah roboh terjadi  pukul 11.00 WIB. Bangunan non permanen itu diketahui memang sudah usang. Diduga, tiang penyangga bangunan dapur rapuh sehingga ambruk.

"Benar, itu rumah milik penerima BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya) dari pemerintah,” kata Dukuh Ngelo Kidul, Sriyanto.

Dia men jelaskan, bangunan utama rumah  sudah dibongkar dan sudah masuk tahap pembuatan pondasi, sementara dapur rumah belum dibongkar. Menurut Sriyanto, masih digunakan untuk memasak. 

Dua orang Giyem dan Sarmini   luka-luka, dibawa ke Rumah Sakit Cawas Klaten, Jawa Tengah.

"Namun sekarang sudah dibawa pulang,” kata Sriyanto.


Bambang Wahyu Widayadi

Jumat, 29 Mei 2020

OPTIMIS, SALAH SATU KUNCI MENGHADAPI CORONA


Bambang Krisnadi
Tidak ada negara yang benar-benar siap menghadapi  pandemi covid-19. Pengalaman kita nenghadapi virus mers - sars - flue burung - antrax - aid, kita belum mampu menangani secara tuntas.

Yang dilakukan pemerintah mestinya kita pandang sebagai upaya melindungi warganya,  kalau ada kekurangan itu manusiawi.

Kita mesti mengubah nasib dengan "akal sehat" agar dapat keluar dari ujian/cobaan Tuhan. Kita tidak cukup hanya menyerah pada nasib. 

Mendisiplinkan masyarakat dalam situasi gegentingan (bancana non alam) mesti ada yang mengindorse. Falam hal ini TNI, Polri, Satpol PP tentu lebih mengedepankan persuasif edukatif (untuk beberapa provinsi. dan beberapa kabupaten / Kota).

Kita mesti tetap optimis dan positif thinking.


Bambang Krisnadi

Kamis, 28 Mei 2020

SOAL KEGELISAHAN KEDUNGRANTI, KETUA GUGUS TUGAS ANGKAT SOLUSI

Immawan

GUNUNGKIDUL, Immawan Wahyudi, Wakil Bupati Gunungngkidul, sekaligus Ketua Gugus Tugas Covid-19, merespon cepat kegelisahan warga Kedungranti, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar, Gunungkudul.

Hal tersebut dilakukan terkait dengan unjuk kesal yang diunggah di https://youtu.be/E1XWPQeSqEQ.

"Hari Selasa, 19 Mei 2020, saya sudah sampai kecamatan Nglipar, tetapi pola pencairan bantuan diubah, disampaikan dari rumah ke rumah oleh petugas BPBD," tulis Immawan melalui aplikasi WhatsApp, (28/5/20).

Ketika Immawan diberitahu bahwa Kedungranti belum bisa mencairkan bansos,  malam harinya dia menyarankan,  agar tetap dilakukan pencairan. 

"Tidak usah nunggu lama. Saya bilang, saya akan datang. Maksudnya supaya segera dilakukan pencairan. Tetapi karena diedarkan oleh BPBD door to door, saya gak jadi nunggui. Saya pindah ke desa lain yang melaksanakan penyaluran," terang Immawan.

Ketua Gugus Tugas berkeliling Desa dan Dusun tujuannya cek ketertiban  protokol Covid dijalakan dengan baik atau sebaliknya. 

"Ternyata  yang terjadi malah sangat baik," tandas Immawan.

Terkait pencairan  bantuan sosial tunai (BST) Immawan menawarkan beberapa cara, agar tidak menyalahi protokoler kesehatan.

"Pertama, petugas BPBD ke lokasi  mengenakan APD aman yang disarankan dokter. Kedua Petugas dan penerima diatur jarak aman, kira-kira 5 meter. Ketiga, uang   dan dokumen ditaruh meja di depan petugas  dengan jarak aman. Keempat  semua itu minta arahan  puskesmas setempat. Kelima, saya besok (29/5/20) ke Kedungranti, agar bisa dilaksanakan. Akan saya tunggui. Salam untuk warga Kedungranti," pungkas Immawan.


Bambang Wahyu Widayadi

MENAKAR NASIB DI TENGAH BADAI


Sang Penguasa

Selama dua bulan penuh, April-Mei 2020, rakyat Indonesia oleh penguasa dinyatakan (dipaksa) hidup abnormal.

Juni tahun yang sama, penguasa berencana mengembalikan ketidaknormalan itu menjadi pulih seperti sediakala.

Presiden Joko Widodo dengan cara tertentu, berusaha mengerahkan kekuatan  TNI dan  Polri untuk menjaga normalitas cara hidup warga negara.

Tidak semestinya mengkambinghitamkan Corona sebagai penyebab ketidaknormalan cara hidup manusia, karena Corona hanya nenjalankan titah dari Yang Maha Pemilik Perintah. 

Anjuran Pembatasan Sosial Bersekala Besar adalah mencerminkan ketidaksiapan Penguasa dalam merespon sinyal dunia, bahwa Corona akan  bercengkerama bersama malaikat maut ke seluruh pelosok dunia. 

Jokowi gagap setelah salah satu menterinya dihampiri Corona. Kaget melihat kenyataan, keluarlah PSBB. Niat baiknya adalah untuk menghalangi Corona si tamu tak diundang.

Kaget untuk yang kedua kalinya, PSBB ternyata melahirkan kegelisahan baru. Manakala banyak warga yang dikurung di dalam rumah, mereka bisa mati bukan karena Corona, tetapi lantaran kehabisan logistik.

Penguasa agak pongah akan memberikan bantuan sosial, sementara tidak menyadari, bawa dompet negara sangat terbatas.

Lalu muncul ide pelonggaran PSBB, dengan berbagai konsekuensi, pemerintah dikritik habis-habisan. 

Nasi telah menjadi bubur, bahkan bubur itu telah basi. Selanjutnya terserah Anda. 

Saya menyarankan, jangan pernah menyerahkan nasib kepada orang lain, termasuk kepada penguasa. 

Kendalikan nasib Anda, sejauh Anda bisa, karena hidup atau mati di tengah badai Corona, sebagian tergantung dari sejauh mana kehebatan Anda dalam mengendalikan layar jiwa raga berhadapan dengan Corona.


Bambang Wahyu Widayadi

TUJUH TOKOH KEDUNGRANTI CUKUR GUNDUL KARENA DUSUNNYA BUKAN ZONA MERAH



GUNUNGKIDUL- Padukuhan Kedungranti, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, sempat diangap sebagai dusun zona merah Covid-19. Ketika anggapan itu tidak terbukti, tujuh warga cukur gundul dipimpin dukuh setempat.

Ditanya, pihak mana yang menyatakan Kedungranti sebagai zona merah, dukuh Kedungranti Tukiyarno menyatakan tidak tahu-menahu.

"Sebab tanggap situasi, saya bersama 102 KK sepakat menutup diri, tidak bergerak ke luar-masuk dusun, kecuali untuk keperluan mendesak," ujar Tukiyarno, (27/5/20).

Dia mengaku pernah ada tawaran, bahwa delapan warganya untuk dikatantina di Wana Gama. Dukuh Tukiyarno menolak, dan memilih mengkarantina diri di dalam padukuhan.

Dihubungi via aplikasi WhatsApp, Samsuri Lurah Desa Nglipar tidak merespon, alias memilih tidak memberikan keterangan apa pun.

Sementara itu, Dwiyono Lurah Kedungpoh, tetangga Desa, membenarkan, bahwa warga Padukuhan Kedungranti memang mekakukan penutupan dusun secara rapat. 

"Saya menengok ke Kedungranti dari arah Sokaliman, Karangmojo, tetapi saya hanya berada di luar portal berjarak 2 hingga 4 meter," ujarnya Dwiyono (27/5/20).

Babinkamtibmas Polsek Nglipar secara kusus, lewat mikropone jinjing di depan balai padukuhan mencoba menyemangati warga Kedungranti, setelah diketahui, bawa delapan orang yang dites rapid hasillnya nonrekatif.

Dukuh, Ketua RT dan tokoh yang lain secara spontan melakukan aksi cukur gundul, melepas ekspresi kegembiraan, terkait predikat zona merah itu terbukti keliru.

Didahlui Tukiyarno, disusul Ngatimin, Marsudi, Andri Ardiansah, Mujiyono, Ali Mulyono, dan Sunarjo, cukur plontos dilakukan berbarengan di sekitar balai padukuhan.

Bambang Wahyu Widayadi

Rabu, 27 Mei 2020

MASA DARURAT COVID-19 DIPERPANJANG HINGGA 30 JUNI 2020

konferensi pera

YOGYAKARTA, Gubernur DIY Sri Sultan Sri Sultan Hamengku Buwono ke-10 memimpin Rapat Kordinasi membahas tindak lanjut Status Tanggap Darurat DIY yang akan berakhir tanggal 29 Mei 2020.  Rapat memutuskan masa darurat diperpanjang sebulan ke depan.

"Forkompinda sepakat, masa tanggap darurat akan ada perpanjangan waktu. Semula tanggal 29 Mei berakhir,  akan kita  perpanjang sampai dengan tanggal 30 juni 2020," ujar Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji, di Ndalem Ageng Komplek Kepatihan Jl.Malioboro Suryatmajan Danurejan Yogyakarta, (27/5/20).
Dasar hukum pengambilan kesepakatan,  lanjut Sekda DIY, adalah Keputusan Prediden Tentang Bencana yang tidak ada batas waktunya.

Dasar yang lain adalah kaitannya dengan kondisi kesehatan masyarakat, bahwa penularan Covid-19 masih berlangsung di DIY, walaupun  2 hari terakhir angka penularan adalah nol.

"Tetapi kita belum tahu pasti, ke depan apakah kita bisa tetap mempertahankan tidak ada penambahan posisi. Kita masih memerlukan dasar regulasi  untuk menerapkan kondisi tanggap darurat ini," imbuhnya.

Dalam waktu tanggap darurat, pemerintah tidak hanya bicara tentang kesehatan,  tetapi juga sosial ekonomi sosial.

"Provinsi maupun kabupaten kota saat ini masih dalam rangka untuk meneruskan memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan sosial baik itu bantuan sosial tunai  berupa uang, itu maksud saya, atau yang dalam bentuk sembako dan yang lain. Itu bisa kita laksanakan dengan baik manakala kita menggunakan keputusan tentang tanggap darurat," tetangnya.
Pemerintah akan melihatnya setelah masa perpanjangan ini, agar tepat dalam menghadapi masa new normal. Keputusan rakor dituangkan dala SK Gubernur DIY No. 171/KEP/2020.

Rakor tertutup  berakhir pukul 12.10 WIB, dihadiri antara lain oleh:

-Wakil Gubernur DIY KGPAA Pakualam X
-Ketua DPRD DIY Nuryadi,S.Pd
-KAPOLDA DIY Irjen Pol Asep Suhendar
-Komandan Korem 072 Pamungaks Kolonel TNI Ibnu Bintang Setiawan, S.IP., M.M.
-Komandan Lanud Adisucipto Kolonel Pnb Ir. Bob Henry Panggabean
-Komandan Pangkalan TNI AL Letkol Mar Bambang Adriantoro 
-Kepala Kejaksaan Tinggl DIY Dr.Masyhudi,S.H,M.H
-Gubernur Akademi TNI AU Marsda TNI Nanang Santoso
-Kabinda DIY Marsma TNI Rudi Iskandar
-Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti
-Bupati Sleman Sri Purnomo
-Bupati Bantul Drs.H.Suharsono
-Bupati Kulon Progo Sutedjo
-Bupati Gunung Kidul Hj.Badingah,S.Sos
-Sekretaris Daerah DIY Drs. Kadarmanta Baskara Aji 
-Asisten Pemerintahan dan Admninistrasi Umum Setda DIY Drs.Ichsanuri, dan pejabat yang lain.



Bambang Wahyu Widayadi

PERANGKAT DESA DIBERI KESEMPATAN KULIAH DENGAN BEA SISWA

GUNUNGKIDUL, - Investasi gagasan di bidang pendidikan untuk Kabupaten Gunungkidul terasa terlalu mahal. Setidaknya, itu dilihat dari ketersediaan sumberdana dan rutinitas pelayanan birokrasi.

Pemikiran yang mengarah pada kualitas pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul di Gunungkidul masih relatif langka. 

Sutrisna Wibawa, tokoh inteltual daerah, asal Sokaliman, Bejiharja, Karangmaja yang pernah menjadi guru SD Karangmaja selama dua tahun  1983-1985  ini menggagas perlunya perangkat desa didorong ke bangku kampus dengan bea siswa.

Hal itu menurutnya untuk keperluan percepatan pembangunan kawasan pinggiran, guna mengimbangi perkembangan daerah perkotaan.

Sutrisna Wibawa belum menjabarkan secara teknis, bagainana upaya pengadaan dana beasiswa, bilamana 144 desa mengajukan satu, dua atau  bshksn tiga perangkatnya untuk mengikuti kuliah. 

Pastilah ampang ditebak, bahwa  arah pemikiran pengadaan dana biasiswa  bagi perangkat desa, akan dibebankan kepada APBD. Atau paling tidak, akan digali dari  kepedulian pihak ketiga seperti Perusahaan Daerah atau BUMN dalam bentuk CSR.

Kerumitan pertama ada di sektor pengadaan biaya, menyusul persoalan kedua, yaitu soal pengaturan waktu oleh perangkat yang menempuh kuliah di perguruan tinggi. 

Kuliah secara formal dengan melayani masyarakat adalah dua persoalan yang berbeda. Pembagian dan pengaturan waktu menjadi penting. Dalam hal ini pasti dibutuhkan regulasi yang jelas, baik tingkat daerah maupun desa. 

Akan beda persoalan, bilamana kuliah dilakukan secara online, mengingat pengalaman lokckdown seperti masa pandemi Covid-19.

Bambang Wahyu Widayadi

SEBELAS TAHUN DUGAAN PENIPUAN ATAU PENGGELAPAN TANAH DAN RUMAH MULAI TERKUAK


P.21

AKP Deni Irwansyah SIK, Kasat Reskrim Polres Kabupaten Sleman, atas nama Kapolres mengirim pemberitahuan P.21 kepada Sri Sulatri Handayaningsih (SSH), terkait laporan kasus dugaan penipuan atau penggelapan yang dilakukan tersangka Cerah Maya Sulistyantari (CMS).

SSH lega, karena kasus dugaan penipuan atau penggelapan terhadap hak milik tanah dan rumah  yang dikuasainya, mulai 17 Mei 2020 dinyatakan lengkap atau P21.

Tiga tahun silam, SSH warga Sorogenen 1, RT 03 RW 01, Desa Purwomartani Kecamatan Kalasan,  Kabupaten Sleman, yakni tahun 2017  mengajukan permohonan penundaan  eksusi atas hak atas tanah dan rumah miliknya yang diajukan oleh tersangka CMS.

 "Saat ini saya menunggu proses pelimpahan kasus tersebut ke Kejaksaan Negeri Sleman, dan menunggu persidangan," ujar SSH (27)5)20/.

Sementara itu AKP Deni dalam surat pemberitahuannya merujuk 4 hal sebagai berikut:

Pertama,  Laporan Polisi nomor LP/540/VII/2015/SPKT, Tanggal 31 Juli 2015, tentang bang tindak pidana penipuan atau penggelapan.

Kedua,  Surat Perintah Penyidikan Nomor SP.dik/567/VIII/2015/Reskrim tanggal 6 Agustus 2015.

Ketiga,  Surat Perintah Penyidikan Nomor SP.dik/1150/XII/2016/Reskrim tanggal 37 Agustus 2016.

Keempat, Surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan  (SP2HP) nomor b/569/III/2018 Reskrim tanggal 26 Maret 2018.

Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas,   saat ini Sat Reskrim masih melakukan penyidikan perkara yang terlaporkan pada tanggal 31 Juli 2015 tentang dugaan tindak pidana penipuan atau penggelapan yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2009 di notaris Indra zulfrizal SH, di jalan kapten Haryadi Ngentak Sinduharjo, Ngaglik Sleman dan Notaris Winahyu Erwiningsih Jalan Kaliurang KM 7, 5 Banteng, Sleman sebagaimana dimaksud dalam pasal 378 KUHP pidana atau 372 KUHP pidana.

"Berkaitan dengan hal tersebut di atas dapat kami sampaikan bahwa berkas perkara dugaan tindak pidana penipuan atau penggelapan dengan tersangka saudara Cerah Maya Sulistiantari binti Oobingan sudah dinyatakan lengkap atau P.21. Tersangka berikut barang bukti telah dilimpahkan dan dikirim ke kejaksaan Negeri Sleman," tulis AKP Deni.


Bambang Wahyu Widayadi

Selasa, 26 Mei 2020

ANTON SUPRIYADI MUNDUR DARI ANGGOTA DPRD GUNUNGKIDUL


Anton Supriyadi, ST

Anton Supriyadi, ST anggota DPRD Gunungkidul dari Partai Nasional Demokrat menyatakan mundur diri anggota DPRD Gunungkidul. 

"Pengunduran diri terhitung sejak 18 Mei 2020," ujar Anton Supriyadi, di sela silaturahmi keluarga di Brosot, Kulonpraga, Selasa (26/5/20). 

Hal tersebut berkaitan dengan rencana dia maju sebagai bakal calon Bupati dan Gunungkidul periode 2020- 2025.

Sebagaimana diketahui Anton Supriyadi berpasangan dengan Suparno mantan Kades siraman sekaligus Pegawai Negeri Sipil di lingkungan sekretariat DPRD Gunungkidul.

Mereka berdua maju dari calon perseorangan. Khusus Anton Supriyadi telah mengirim pernyataan pengunduran diri itu kepada Ketua DPD Partai NasDem Dibubuhi materai 6000 rupiah. 
Pengunduran Diri
Tembusan dikirim kepada Ketua DPW NasDem DIY, Ketua DPRD Gunungkidul, Gubernur DIY, Bupati Gunungkidul, Sekretaris Dewan serta Arsip.

Soal calon pasangan, yakni Wakil Bupati, demikian Aton Supriyadi menyatakan, tidak mengajukan pengunduran diri. 

"Pak Suparno  mengajukan permohonan pesiun dini," tutur Anton Supriyadi.

Tetkait Surat pengunduran diri tersebut, DPD NasDem, menurut Anton Supriyadi belum mengirim surat ke Ketua DPRD Gunungkidul.

Ditemui terpisah, Ketua KPUD Gunungkidul menyatakan, surat pernyataan pengunduran diri beserta kelengkapannya belum diterima KPU.
Ahmadi Ruslan Hani

"Batas waktu akhir penyerahan adalah sehari setelah penetapan daftar pasangan calon. Saat ini
masih menunggu perubahan PKPU Tahapan dan Kepastian pelaksanaan tahapan lanjutan," kata Ketua KPUD Gunungkidul, Ahmadi Ruslan Hani.


Bambang Wahyu Widayadi

TANGGAPAN TOKOH SOAL UNDANG INVESTOR SAPI KE GUNUNGKIDUL


konglomerat sapi dirasani

Rektor UNY Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. melempar bola salju, bahwa peternakan sapi Gunungkidul bisa dikelola secara besar-besaran oleh pemilik modal. Sejumlah tokoh  menanggapi secara berbeda-beda. 

Budi Haryanto mantan Komisioner Bawaslu Gunungkidul menyatakan, bahwa dia lebih sepakat menghidupkan Kelompok Usaha Bersama (Kube).

"Bukan mendatangkan kompetitor baru. Supaya peternak lokal tidak kembang kempis," ujarnya Selasa (26/5/20).



Sebenarnya, menurut Budi Haryanto, yang menjadi masalah utama peternak Gunungkidul itu adalah pakan ternak yang mahal.


"Kalau ini teratasi, Insya Allah peternak akan berkembang," tegasnya.
Slamet S.Pd. MM


Berbeda dengan Slamet, S.Pd. MM, mantan anggota DPRD DIY. Secara terang-terangan dia menyebut bahwa gagasan itu adalah bias ekonomi kapitalistik.

Lain pula dengan pendapat Wakil Bupati Gunungkidul. Dia menyatakan sebagai berita adalah bagus.

Dilihat secara realita, gagasan itu menurut Dr. Drs. immawan Wahyudi, MH. implementasinya sangat tidak mudah.
Immawan Wahyudi

"Saya  beberapa kali menemui calon investor berbagai usaha termasuk ternak. Hasilnya, tidak semudah membalikkan telapak tangan," tuturnya

Menurut Immaan, ada banyak hal yang ditutupi, terkait menanamkan modal di Gunungkidul, tanpa menyebut hal apa saja yang ditutupi itu.


Bambang Wahyu Widayadi

Senin, 25 Mei 2020

SEBENTAR LAGI PETERNAK BESAR MASUK GUNUNGKIDUL

Sismana Laode





Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. melalui Ketua Komunitas Kadung Tresna Sismana Laode menyatakan, potensi peternakan sapi  Gunungkidul, bisa dikembangkan menjadi peternakan bersekala besar tanpa mematikan peternak lokal.

"Peternakan rakyat tidak perlu khawatir menghadapi peternak bermodal besar," ujar Sismana Laode melalui aplikasi WhatsApp, Senin (25/5/20).

Sismana Laode menjelaskan, peternakan sapi bersekala besar di samping untuk mencukupi kebutuhan daging dalam dan luar negeri,  adalah untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya.

Menurut Laode tataniaga pengelolaan dan pemasaran sapi bisa diatur dalam sebuah regulasi bersama DPRD, supaya tidak terjadi tabrakan kepentingan antara peternak kecil dengan peternak besar.

Peternakan rakyat, menurutnya bisa diayomi dengan program bapak asuh, terang Laode, sementara pendampingan usaha bisa dilakukan lewat kemitraan kampus.

Ditanya siapa pemodal besar yang mungkin masuk ke Gunungkidul Laode menjawab deplomatis, bahwa profesor memiliki jaringan cukup luas tanpa menyebut nama pemodal yang potensial memasuki Gunungkidul.

Yang jelas, kata dia, Gunungkidul ke depan, khusus bidang peternakan sapi harus lebih maju.





DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...