GUNUNGKIDUL, - Investasi gagasan di bidang pendidikan untuk Kabupaten Gunungkidul terasa terlalu mahal. Setidaknya, itu dilihat dari ketersediaan sumberdana dan rutinitas pelayanan birokrasi.
Pemikiran yang mengarah pada kualitas pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul di Gunungkidul masih relatif langka.
Sutrisna Wibawa, tokoh inteltual daerah, asal Sokaliman, Bejiharja, Karangmaja yang pernah menjadi guru SD Karangmaja selama dua tahun 1983-1985 ini menggagas perlunya perangkat desa didorong ke bangku kampus dengan bea siswa.
Hal itu menurutnya untuk keperluan percepatan pembangunan kawasan pinggiran, guna mengimbangi perkembangan daerah perkotaan.
Sutrisna Wibawa belum menjabarkan secara teknis, bagainana upaya pengadaan dana beasiswa, bilamana 144 desa mengajukan satu, dua atau bshksn tiga perangkatnya untuk mengikuti kuliah.
Pastilah ampang ditebak, bahwa arah pemikiran pengadaan dana biasiswa bagi perangkat desa, akan dibebankan kepada APBD. Atau paling tidak, akan digali dari kepedulian pihak ketiga seperti Perusahaan Daerah atau BUMN dalam bentuk CSR.
Kerumitan pertama ada di sektor pengadaan biaya, menyusul persoalan kedua, yaitu soal pengaturan waktu oleh perangkat yang menempuh kuliah di perguruan tinggi.
Kuliah secara formal dengan melayani masyarakat adalah dua persoalan yang berbeda. Pembagian dan pengaturan waktu menjadi penting. Dalam hal ini pasti dibutuhkan regulasi yang jelas, baik tingkat daerah maupun desa.
Akan beda persoalan, bilamana kuliah dilakukan secara online, mengingat pengalaman lokckdown seperti masa pandemi Covid-19.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda