Sang Penguasa |
Juni tahun yang sama, penguasa berencana mengembalikan ketidaknormalan itu menjadi pulih seperti sediakala.
Presiden Joko Widodo dengan cara tertentu, berusaha mengerahkan kekuatan TNI dan Polri untuk menjaga normalitas cara hidup warga negara.
Tidak semestinya mengkambinghitamkan Corona sebagai penyebab ketidaknormalan cara hidup manusia, karena Corona hanya nenjalankan titah dari Yang Maha Pemilik Perintah.
Anjuran Pembatasan Sosial Bersekala Besar adalah mencerminkan ketidaksiapan Penguasa dalam merespon sinyal dunia, bahwa Corona akan bercengkerama bersama malaikat maut ke seluruh pelosok dunia.
Jokowi gagap setelah salah satu menterinya dihampiri Corona. Kaget melihat kenyataan, keluarlah PSBB. Niat baiknya adalah untuk menghalangi Corona si tamu tak diundang.
Kaget untuk yang kedua kalinya, PSBB ternyata melahirkan kegelisahan baru. Manakala banyak warga yang dikurung di dalam rumah, mereka bisa mati bukan karena Corona, tetapi lantaran kehabisan logistik.
Penguasa agak pongah akan memberikan bantuan sosial, sementara tidak menyadari, bawa dompet negara sangat terbatas.
Lalu muncul ide pelonggaran PSBB, dengan berbagai konsekuensi, pemerintah dikritik habis-habisan.
Nasi telah menjadi bubur, bahkan bubur itu telah basi. Selanjutnya terserah Anda.
Saya menyarankan, jangan pernah menyerahkan nasib kepada orang lain, termasuk kepada penguasa.
Kendalikan nasib Anda, sejauh Anda bisa, karena hidup atau mati di tengah badai Corona, sebagian tergantung dari sejauh mana kehebatan Anda dalam mengendalikan layar jiwa raga berhadapan dengan Corona.
Bambang Wahyu Widayadi
kandani kok mbah, paling pol nanti pemerintah bikang, " sekarang rakyat bebas seperti biasa, asal memakai masker dan rajin cuci tangan",
BalasHapus