Rabu, 23 Juli 2014

PRABOWO SUBIANTO MENGGENGGAM RESIDU POLITIK



Tahun 2014, kualitas demokrasi benar-benar sedang dipertaruhkan. Klimaknya,  hari Selasa tanggal 22 Juli 2014, pukul 20.30 WIB . Setidaknya 60 juta pemilih sendu (sedih), sementara  70 juta pemilih gemuyu (tertawa). Kesedihan 60 juta pemilih, berubah menjadi residu politik yang menjadi tanggung jawab mahkamah Konstitusi (MK).
Pasangan capres-cawapres No.Urut 1 menarik diri dari proses rekapitulasi penghitungan perolehan suara. Pasangan No. Urut 2 menerima map warna coklat muda berisi penetapan calon presiden terpilih dengan selisih perolehan suara 10 juta lebih atau 6,30%.
Berbagai komentar ditujukan pada KPU pun bermunculan. Yang kontra, nyaris memaki. Yang pro memuji setinggi langit.  Saya masuk golongan kontra banget, tidak, pro serius, juga bukan.
KPU periode ini memang menunjukkan kerja yang sangat lamban. Flas back,  9 April 2014, KPU nyaris minta perpu ke SBY, gara-gara limit waktu penenetapan  pileg hampir habis, sementara proses rekapitulasi suara kedodoran.
Labih dari sekedar kerja yang lamban dengan alasan yang dicari-cari, dan dibenar-benarkan,  pada pelaksanaan pileg 9 April 2014 KPU menyisakan sampah politik yang kemudian dilempar ke Mahkamah Konstitusi (MK)
Terulang pada pilpres 9 Juli 2014. MK kebagian tidak hanya sampah. Meminjmam istilah Ketua KPU Husni Kamil Manik, MK diberi seabreg residu politik.
Di dalam UU Pemilu memang dimungkinkan, adanya kewenangan MK untuk mendaur-ulang residu politik. Tetapi pada hemat saya, melempar residu, endapan, atau apalah namanya ke MK, menunjukkan bahwa UU yang menata pileg maupun pilpres adalah tidak sempurna.
Kekurangsempurnaan UU pileg dan pilpres, secara tidak langsung adalah tanggungjawab seluruh rakyat. Oleh sebab itu sebagai bagian dari jutaan rakyat, saya ikut memiliki tanggungjawab tersebut.
Terkait dengan kisruh pemilu, pokok tudingannya terletak pada kecenderungan bertindak curang. Itu  bisa diantisipasi dengan cara sederhana. KPU perlu menyampaikan Form C, terutama C1, kepada masing-masing kontestan.
Kongkritnya, ini sekedar contoh: Prabowo menerima 2 (dua) C1, satu miliknya sendiri, satu yang lain milik Jokowi. Begitu pula berlaku sebaliknya.
Lo..... Kontestan pastinya sudah ada C 1 dari saksi, buat apa? Untuk komparasi. Satu kontestan  memikiki 3 (tiga) berkas C1 sekaligus.  
selembar C1 dari saksi dan dua lembar C1 dari penyelenggara pemilu. Tiga C1 bisa disanding dan kemudian dibandingkan.
Saya yakin, bahwa dengan solusi sederhana, konflik, kecurigaan, tudingan miring ke KPU bisa hilang. Karena C1 kiriman saksi dengan C1 kiriman KPU sama, apa yang harus dipersoalkan? Kecurangan macam apa yang musti ditarik-tarik ke meja MK?

Senin, 21 Juli 2014

PRABOWO AKAN GAGALKAN PEMILU?



Makin dekat ke angka 22, situasi politik negeri ini suasananya tidak semakin kondusif, tetapi sebaliknya, malah makin panas. Dengan segala kekuatan, saya mencoba menikmatinya. Saya menelisik pengaruh alam pada manusia, versi budaya Jawa.
Selasa Pon, 5  November 2013 bersamaan dengan tanggal 1 Sura tahun Jawa 1947. Berikutnya, tanggal 1 Sura Tahun Jawa 1948, jatuh pada Jum’at Pon 26 September 2014.
Selama 360 hari, 5 November 2013 hingga 26 September 2014, bumi dan isinya di bawah pengaruh anggara rekata.  Diterjemahkan secara bebas, anggara rekata artinya kepiting.  Alam, terbatas Jawa, ada dalam pengaruh Tahun Yuyu.
Berpegang pada referensi Jawa,  alam dan manusia yang berada pada Tahun Sirah 7 (diambil dari angka paling belakang  1947), karakternya: sapto pitu, golek banyu apikulan warih.
Karakter tahun yuyu, oleh sebab itu menjadi murah air. Tanaman serba tulus. Terbukti hingga bulan Juli 2014, Sebagian wilayah negeri ini masih diguyur hujan.
Tetapi ada pertanda lain, Tahun Sirah 7 bermakna: Sapta perang, dewa yaksa geng sungkawa. Yen ana ratu jumeneng ing Tahun Sirah 7, ora yuwana panjenengane, sarta ana perang gede. Lalu?
Saya melihat ada indikasi, Prabowo Subianto berupaya menggagalkan Pemilu  Pilpres 9 Juli 2014. Yang dijadikan alasan macam-macam. Salah satu di antaranya banyak pemilih yang tidak menggunakan form A5, diijinkan menggunakan hak pilih. Menurut Tim Prabowo ini keculasan.
Padahal, secara substantif UUD 1945 dan UU Pemilihan Presiden itu, mengisyaratkan setiap warga negara berhak memilih dan dipilih. Itu artinya, tanpa terkecuali, baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar di dalam DPT, warga negara boleh memilih di mana dia berdomisili.
Formulir A 5  tidak lebih dari sekadar bukti bahwa seseorang memang terdaftar pada DPT yang disusun KPU. Harus diakui, bahwa warga yang tidak terdaftar pun, saat ini masih ada. Tatapi KPU sudah ambil solusi cerdas. Mereka boleh memilih menggunakan KTP. Tidak ber-A5 kenapa dipersoalakan?
PPS yang mengijinkan seseorang untuk memilih, meski tidak dengan A 5, tidak bisa dipandang sebagai pelanggar konstitusi. Mereka, pada hemat saya justru merupakan aktor penyelamat konstitusi.
Kalau nyoblos tidak dengan A5, kemudian pemilu ditempat tertentu harus diulang, itu justru sebuah pelanggaran serius. Paling tidak, menjadi kontra produktif dengan aturan, bahwa warga boleh memilih dengan menunjukkan KTP.
Apakah Prabowo masih akan bertahan dengan cara berkacak pinggang? Apakah Prabowo adalah wujud dari dewa yaksa geng sungkawa.? Kita tunggu saja momentum 22 juli 2014.


Minggu, 20 Juli 2014

JOKOWI PADA GARIS HIDUP 1



Joko Widodo lahir 21 Juni 1961. Berdasarkan hitungan numerologi, Joko widodo berada pada garis hidup 1 (satu). Seorang yang memiliki garis hidup 1 misi hidupnya adalah untuk bisa selalu independen.

Dalam proses mencapai tingkat indepedensi: pertama, dia banyak belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Begitu dia merasa benar-benar bebas dan independen, barulah dia belajar untuk menjadi pemimpin. Banyak jenderal, pemimpin perusahaan, dan politikus mempunyai angka Garis Hidup 1.

Orang-orang yang mempunyai angka garis hidup satu, selalu mempunyai potensi  hebat untuk menjadi pemimpin. Dia, kebanyakan bisa gagal bila menjadi pengikut. Banyak dari mereka yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang lain. Resikonya,  ini justru menyisakan sedikit waktu baginya untuk memperoleh kesenangan yang didapat dari keindependenan itu.

Orang dengan garis hidup 1 memiliki keinginan kuat utnuk keluar dari lingkungan yang membuat dia mudah tergantung, dan sulit untuk independen.

Pemilik angka garis hidup 1 kaya inspirasi kreatif, dan memiliki antusiasme dan dorongan untuk mencapai banyak hal. Semangat dan potensi tersebut datang dari kedalaman kekuatan yang dimilikinya, baik fisik maupun karakter.

Dengan kekuatan itu, muncul kegigihan dan kemampuan untuk memimpin. Sebagai pemimpin alami, dia mempunyai pengaruh untuk mengambil alih tiap situasi.

Tetapi dia terlalu percaya diri dan tidak sabaran. Yang orisinil, dia  berbakat sebagai seorang penemu atau inovator. Dalam tiap pekerjaan yang dia pilih, sikap independensinya sangat dominan.

Dia memiliki keinginan-keinginan pribadi yang sangat kuat, dan dia selalu merasa harus mengikuti keyakinanya itu.

Jika seseorang dengan angka garis hidup 1 ini belum ber-evolusi dengan baik, dan menunjukkan sisi negatifnya, justru yang tampak adalah sisi karakternya yang tergantung pada orang. Jika berada pada titik terburuknya, energi angka 1 ini bisa membuatnya menjadi egois.

Joko Widodo, menurut hitungan numerologi bisa saja tidak tunduk pada perintah siapa pun, termasuk perintah Megawati Sukarno Putri, selama dia berhasil menduduki kursi RI 1.

Kalau pada perintah UUD 1945? He he..........Kan belum jadi presiden. Tetapi ada potensi.   

PRABOWO 17, HATTA 18



Manusia yang berfikir terlalu rasional, tidak jarang  dia memiliki cara berfikir sebaliknya yakni sangat irasional. Rama Sindhunata menggambarkan hal tersebut sedemikian rinci dalam buku yang berjudul: dilema Manusia Rasional. Korelasi pikiran Sindhunata fokus pada perkembangan ekonomi. Saya melihat, di bidang poitik, paparan Rama Sindhu cukup relevan. 

Seseorang  yang lahir tanggal 17, berdasarkan  numerologi, memiliki  pola pikir dan kepribadian tinggi, dan tangguh. Dia kuat pendirian. Kalau punya sifat liberal, dia terlalu bebas. Kalau konsevtif, dia terlalu kolot. Tetapi dia berbakat sebagai pemimpin. Dia selalu tertarik pada urusan sekala besar. Dia tidak menyukai detail. Dia tidak mau repot dengan hal-hal yang teknis. Bidang usaha yang diminati adalah pertambangan, juga inves yang berkaitan dengan tanah dan peternakan. Terkait dengan spiritual, biasanya butuh bukti.

Berbeda dengan seseorang yang bekelahiran tanggal 18. Berbeda tetapi  saling melenkapi. Orang yang lahir di titimangsa 18, hidupnya penuh dinamika, penuh perubahan. Dia bertanggungjawab pada kesejahteraan orang banyak. Sifat suka menolong amat dominan. Dia jarang memerlukan nasehat, karena dia prototipe seorang intelektual yang menyukai logika dan argmunen. Dia tekun di bidang administrasi yang efisian seperti hukum, politik dan agama. Meski begitu, dia kadang  juga emosional.

Perkaranya menjadi sangat fenomenal ketika angka 17 dan 18 itu bersatu dalam pasangan pilpres Juli 2014. H. Prabowo Subianto lahir 17 Oktober 1951. Sementara Ir. HM Hatta Rajasa lahir pada 18 Desember 1953. Prabowo berkelahiran Jakarta, Hatta Rajasa kelahiran Lampung.

Angka kelahiran pasangan capres-cawapres tersebut berurutan. Apakah ini satu kebetulan? Atau ini tanda-tanda jaman? Wallahu alam bisawab.

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...