Sabtu, 19 Juli 2014

PRESIDENKU BERMATA REMBULAN



Sebuah stasiun TV swasta nasional menyiarkan program Damai Indonesiaku. Tetapi yang terjadi adalah paradok, Gelisah Indonesiaku, terutama setelah episode pemilihan presiden 9 Juli 2014.
Gejolak, seberapa pun ruwet dan panas, patut disikapi sebagai bagian dari resiko kebinekaan. Jutaan  jiwa begitu kangen terhadap wajah Indonesia dalam format peradaban baru.
Soekarno sampai SBY, telah berbuat banyak untuk negeri tercinta. Tetapi rakyat masih juga berharap. Sebut mereka masih bermimpi, ingin menikmati rasa, lebih dari apa yang mereka telah perbuat.
Setidaknya, ingin menikmati peradaban yang pernah dilantukan Frangky And Jhean, dalam album cantik, “Rembulan di malam hari. Lelaki diam seribu kata. Hanya memandang. Hatinya luka, hatinya luka.”
Saya harus indentifikasi, Lelaki luka itu  adalah Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Dua-duanya seharusnya diam seribu kata. Mulat sarira hangrasa wani.  Dua lelaki itu sepatutnya sadar, bahwa di hatinya ada  keprihatinan, demi melihat wajah ibu pertiwi tercabik-cabik.
Bisa, bahkan sangat dipahami, bahwa Prabowo Subianto dan Joko Widodo sama-sama memendam amor patria (cinta tanah air), terlepas dari bisikan nafsu yang mengelelilinginya.
Udara, terasa berat. Karna asmara sesakkan dada. Ketika Cinta, terbentur dinding.” Itulah raut prabowo dan Joko Widodo, seharusnya.
Tetapi amor patria kedua tokoh nasional ini  terganggu karena munculnya 8 (delapan) makhluk ajaib, bernama lembaga survey.
Biarlah. Kepada mereka, duaratus limapuluh juta nyawa menaruh harapan. Bukalah pintu hatimu, demikian pinta rakyat Indonesia, yang slalu membeku. Agar kulihat lagi, rembulan di wajahmu. Jangan sembunyikan, hatimu padaku.
Harapan sederhana, wajah peradaban baru itu semoga tidak sebatas berganti silokon. Presidenku, siapa pun dia adalah prototipe Lelaki dan Rembulan. Menerangi, tanpa membuat hati rakyat menjadi bara. Apalagi menderita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...