Senin, 09 Januari 2017

Tentara Berani Menyisir Kebudayaan



Mayor Sunaryanto

Sekitar tahun 1950, di di Jepara ada tokoh Nugroho Notosusanto. Dia adalah angota TNI aktif yang memiliki perhatian pada dunia sastra. Di samping karya esay, cerita pendeknya berjudul Hujan Kepagian termuat dalam bunga rampai Angkatan 66, karya kritikus kenamaan HB Jasin.

“Di Gununkidul muncul nama Sunaryanto. Dia juga anggota TNI aktif, yang selama ini bertugas di Jakarta. Dia bukan sastrawan, atau penulis esay seperti Nugroho Notosusanto, tetapi memiliki perhatian terhadap seni panggung,” ujar pengamat kebudayaan Wahyu Maretha Dwiantari, Minggu 8/1/2017.

Dari hasil ngobrol ringan denan Sunaryanto, di kediamannya Rt 04 Rw 01, Kwarasan Wetan, Kedungkeris, Nglipar, tentara  berpangkat mayor ini beberapa tahun ke depan, paling cepat 2021 berencana pulang kampung. Dia kepengin melanjutkan dinas ketentaraan di tanah kelahiran, sambil menikmati kedamaian Bumi Handayani.

Menurut catatan Maretha, mulai  2010, sejak masih berpangkat Kapten, Sunaryanto aktif menyisir, seraya menikmati dan membina sejumlah grup kesenian di wilayah kecamatan Ngilpar.

Reog Kolaborasi Satrio Pinandito adalah grup kesenian pertama yang lahir dari kreasi dan imajinasinya. Orkes Melayu yang manggung di lapangan Kesatrian Wonosari menampilan bintang tamu Rita Sugiyarto tahun 2015 merupakan bagian dari perhatiannya terhadap dunia musik.

Karya berikutnya  Campur Sari Kecubung Gadung (CSKG). Grup ini tampil memeriahkan malam tahun baru 2017. Mayor Sunaryanto, kata Maretha, tidak puas berhenti di situ.

Orkestra Kroncong Bunga Nirwana, dari Desa Bale Harjo, Kecamatan Wonosari, grup gemblengan  Mayor Sunaryanto untuk yang kesekian kalinya, dijadwalkan gelar panggung di Gedung Serba Guna Siyono Harjo, 28/1/2017 mendatang.

“Saya tidak punya latarbelakang pendidikan seni, tetapi saya pengagum sekaligus penikmat seni,” sahut Mayor Sunaryanto, mencoba menjelaskan mengapa dia banyak berkiprah di aneka grup seni di Gununkidul.

Menurut pengamatannya, Bumi Handayani merupakan cagar seni. Terlalu sayang bila dilewatkan dan dibiarkan tak tergarap dengan serius. Untuk keperluan olah seni sekaligus diskusi, Sunaryanto membuat semacam sangar.

“Saya telah siapkan tempat khusus. Saya beri mama Sasono Krido Wening, di kompleks studio rekaman. Insya Allah bulan Februari bisa dimanfaatkan,” tandas Sunaryanto.

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...