Kamis, 26 November 2020

Kelompok Tani Ngudi Makmur Panen Emas Hijau

Khoirudin  alias Kirun (46) Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur bersama anggotanya,  dua tahunan terakhir menanam melon, semangka serta cabai. Petani meraup rupiah ratusan juta.  

Didampingi Mustofa (47) petani andalan melon Kulon Progo.

Selasa ( 24/11/20) Kelompok Ngudi Makmur dusun Klayar, Kapanewon Nglipar,  mengundang Dinas Pertanian Pangan Gunungkidul untuk memanen melon dan cabai rawit.

Kadinas  Pertanian Pangan, Ir. Bambang Wisnu Broto didaulat Kelompok untuk memetik melon dan cabe. Usai prosesi panen dilakukan temu wicara. 


Mustofa mitra poktan Ngudi Makmur menyampaikan laporan, lahan yang diusahakan untuk tanaman melon seluas 1 hektar. Dia memperkirakan panen bulan November 2020 sebanyak 30 ton.

"Harga November 2020 Rp 10.000,00 per kilogram, sehingga Ngudi Makmur meraup hasil  Rp 300.000.000,00," ujar Mustofa, 24/11/20.


Budidaya yang dipergunakan adalah tanam melon tanpa lanjaran. Tiap batang menghasilkan  3 buah, bobot per buah 2 kilogram.

Tanam  tanpa lanjaran dilakukan karena melon bisa berbuah hingga 3 biji,  tetapi jika dengan lanjaran hanya menghasilkan satu biji  seperti banyak dilakukan di Sragen dan Sukoharjo. 

"Dengan  3 buah per batang, jika  satu rusak  masih menyisakan 2 buah," jelas Mustofa. 

Melaporkan soal pemasaran, Mustofa bilang sudah terbentuk jaringan, sehingga produk akan terserap oleh pasar. 
Selebihnya Mustofa memaparkan,  petani tidak tergantung pada pupuk bersubsidi. Kelompok memilih  pupuk tunggal phospat dan KCl. Menurut Mustofa  lebih efesien. Dengan  takaran pupuk yang tepat, terbukti melon terasa manis meski panennya di musim penghujan.

Berikutnya Mustofa bertutur soal cabai yang ditanam dan akan  panen merupakan cabai rawit. Total tanaman sebanyak  10.000 batang. 

Durasi panen, terang Mustofa,  50 kali,  tiap 1 batang menghasilkan 1 kilogram, sehingga sampai selesai panen diperkirakan menghasilkan 10 ton, dan jika satu kilo dihargai Rp 20.000,00 akan menghasilkan  Rp.200.000.000,00. Hasil  lumayan besar.

"Tanah  Klayar ibarat menghasilkan emas hijau," kata Khoirudin menimpali.
 
Kadinas  Pertanian Pangan, Ir. Bambang Wisnu Broto setuju bahwa tanah di Klayar menghasilkan  emas hijau.  Dia mendorong poktan terus mengembangkan usahanya karena terbukti meningkatkan pendapatan petani.

Bambang Wisnu Broto berharap agar mitra poktan masih terus mau menularkan ilmunya, melatih para petani di Klayar dan sekitarnya.

"Dinas akan terus mensuport usaha para petani dan poktan untuk maju," kata Bambang Wisnu Broto.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Selasa, 24 November 2020

Orkestra Gamelan: Tontonan Baru dan Langka

Penampilan Pengrawit Karangtaruna Desa Budaya, Desa Putat, Kapanewon Patuk diniliai sebagai embrio Gangsa Agung Mataram. Mereka bibit muda potensial, yang diyakini dan dipastikan menjadi pemicu bibit yang sama yang tersebar di 143 desa yang lain.
   
Jauh  sebelum masa kampanye Pilkada Gunungkidul 2020, H. Sunaryanta menyatakan, bahwa pentas gamelan  perlu dikemas dalam format Gangsa Agung Mataram, dimulai dari potensi generasi muda. 


Sepuluh hingga duapuluh grup pengrawit, demikian H. Sunaryanta bilang, melakukan  pentas secara kolosal dalam sebuah  panggung terbuka. Ini tontonan kelas nasional, bahkan internasional. 


"Itu semacam orkestra gamelan Jawa, yang tujuannya untuk suguhan budaya bagi turis manca negara, tutur H. Sunaryanta, kepada wartawan.  


Calon Bupati Nomor Urut 4 ini mencoba kilas balik soal upaya menjadikan gamelan sebagai salah satu intertainment skala internasional, untuk mengangkat kesejahteraan para penabuh gamelan.  


Didampingi Rusbandi, mantan Lurah Putat, Kapanewon Patuk, H. Sunaryanto menyaksikan, Karangtaruna Padukuhan Putat Wetan sedang unjuk ketrampilan membawakan Lancaran Manyar Sewu dan Ladrang Pariwisata. 

Atau klik di sini: https://youtu.be/BYuCShQIu9I

"Generasi seperti ini butuh  difasilitasi serta perlu  diwadahi. Saya sudah persiapkan, wadah itu bernama Gangsa Agung Mataram," tandas H. Sunaryanta, sebelum bersilaturahmi dengan ratusan warga Desa Putat, Senin Malam (23/11/20). 


Sunaryanta serius membetuk dan menggelar Gangsa Agung Mataram. Berdasarkan pengakuan Aris Wirya, presenter dan penyanyi Campursari Kecubung Gadung, Gangsa Agung Mataran dalam format orkestra gamelan Jawa, saat ini sedang secara teknis dirumuskan.



(Bambang Wahyu Widayadi) 

Minggu, 22 November 2020

BUKAN HANYA JABATAN, NYAWA PUN BISA DICOPOT

Mengapa corona terus mengincar dan mencopot nyawa? Itu pertanyaan simpel bagi Allah SWT. Tidak  dirahasiakan, karena jawabannya telah ditulis  di Al-Ankabut 3. 


  “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

  

Sangat jelas, bahwa dunia hanya ada  dua kelompok besar. Satu kelompok orang yang benar, dan kelompok lain orang yang berdusta. 


Apa pula yang diragukan  oleh para pendusta? Tidak lain, dari awal hingga kini masih sama, soal keraguan tentang Hari Pembalasan.


Karena ketidakyakinan adanya hidup sesudah mati, yaitu hari perhitungan,  tempat segala perbuatan manusia diperlihatkan, maka penyakit menular itu diturunkan. 


Penyakit menular yang penyebarannya dalam  skala besar sampai ke seluruh penjuru dunia, menjadi salah satu pertanda dekatnya hari kiamat. 


Rasulullah SAW pernah bersabda, “Di antara enam tanda-tanda kiamat adalah timbulnya berbagai penyakit menular yang mengakibatkan banyak di antara kalian meninggal (karenanya) seperti matinya kambing di tempatnya.”


Artinya? Meski manusia mengurung diri di dalam rumah, bukan mustahil corona akan menghampirinya.     Penyebaran penyakit mematikan dalam skala besar pernah terjadi di daerah ‘Amwas (daerah bagian Palestina) sekitar tahun 18 Hijriah. 


Diceritakan, penyebarannya  merambat sampai ke seluruh pelosok negeri Syam.  Tercatat lebih dari 25.000 orang meninggal dunia akibat penyakit menular, termasuk  di dalamnya adalah sahabat Nabi Muhammad SAW, yang terkemuka, Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah Ra.


Dalam poisi corona menghajar umat di tahun 2020, manusia menghadapi dua pilihan, siap  mati, dan siap hidup.   Mati merupakan kelanjutan hidup yang sesungguhnya. Hidup adalah antrian mati yang telah ditetapkan-Nya.  


Gagal mengatasi kerumunan, jabatan bisa dicopot oleh penguasa. Gagal atau berhasil menyelamatkan bumi dan isinya,  nyawa manusia mudah dicopot oleh pemilik-Nya, siapa pun dia, tidak pandang bulu.


Bambang Wahyu Widayadi

Rabu, 11 November 2020

Profesor Sutrisna: Goa Bribin Dikawinkan Dengan Waduk

Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi air bawah tanah yang melimpah. Program unggulan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 1 di bidang sarana dan prasarana adalah tata kelola air yang profesional sehingga menjadi sumber kemakmuran, demikian papar Artika Amalia dalam debat publik Pilkada putaran terakhir, 10/11/20. 


"Apa yang baru dari kebijakan tata kelola air yang Bapak tawarkan sehingga problem akses masyarakat terhadap air bersih dapat teratasi," tanya moderator Artika Amalia. 

Calon Bupati Nomor Urut 1, Sutrisna Wibawa dalam hal ini menyatakan, kekayaan air bawah tanah itu belum dieksploitasi seluruhnya. Persoalannya adalah bagaimana pemerintah  bisa menaikkan air di bawah tanah kemudian dialirkan ke daerah-daerah yang membutuhkan. Ini, menurut Profesor Sutrisna diperlukan Proyek besar.

Berdasarkan study lapangan, di Tepus ada pipa yang sudah terpasang lama tetapi belum pernah tersentuh oleh air. Menurut Profesor pipa tersebut bisa dimanfaatkan kembali. 

"Atau di daerah Bribin misalnya, kita layak membuat Waduk di atas seperti penampungan air hujan, berikutnya air didistribusi ke wilayah-wilayah yang membutuhkan yang tidak bisa teraliri air dari dalam tanah," terang Profesor Sutrisna.

Salah satu program unggulan dari Paslon Nomor Urut 1 menyangkut bidang pertanian adalah gerakan   mendorong lahirnya petani milenial yang  profesional. 

Pertanyaan moderator kepada Mahmud Ardi Widanto, bagaimana Saudara  merealisasikan program tersebut secara konkrit sehingga  lahir para petani muda yang modern dan profesional.

Tanpa menyebut luasan, Mahmud Ardi Widanto menyatakan, di Gunungkidul pada masa pandemi banyak lahan pertanian baru. Menurutnya itu merupakan harapan baru bagi pasangan Nomor Urut 1. Lahirnya petani milenial akan mempercepat kemajuan Gunungkidul.


(Bambang Wahyu Widayadi)


  


Mayore Bilang: Pelaut Gunungkidul Itu Perlu Disekolahkan

Artika Amalia dalam debat Pilkada putaran ke tiga kepada Paslon 4 menyatakan, bahwa Gunungkidul memiliki panjang pantai 70 Km yang tersebar di 6 Kecamatan pesisir, 7 unit pendaratan ikan dan 9 unit tempat pelelangan ikan. 


Potensi ini, menurut Amalia, perlu diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia. Salah satu program Paslon 4 adalah pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia secara optimal meliputi pertanian, peternakan dan  perikanan laut. 

Dalam beberapa kali wawancara dengan media Paslon 4 menyatakan bahwa SDM nelayan yang menangkap ikan di Pantai Selatan Gunungkidul kebanyakan bukan warga setempat. 

"Bagaimana  mengatasi krisis sumber daya manusia nelayan di tengah potensi laut yang sedemikian besar," tanya Artika Amalia ke Sunaryanta, di stasiun TVRI Yogyakarta, 10/11/20.

Memang, jawab Sunaryanta,  sebagian besar pelaut Gunungkidul bukan warga  asli. Ke depan langkah saya adalah pelatihan, pendampingan, dan pengawasan, bila perlu menyekolahkan  SDM setempat, untuk bidang pertanian, peternakan, dan  kelautan. 

"Dengan pelatihan, saya yakin SDM Nelayan Gunungkidul tidak kalah hebat dengan orang-orang dari luar. Sangat penting, bila perlu Nelayan itu diajak menimba pengalaman (sekolah) ke luar Gunungkidul," terang Sunaryanta.

Kepada Heri Susanto, selaku Calon Wakil Bupati, Artika Amalia menanyakan soal penyatuan antara zone utara, tengah dan selatan demi kesejahteraan yang seimbang, sementara secara topografis ketiga zone teraebut sangat karakteristiknya sangat berbeda.

Secara umum, jawaban Heri Susanto, kurang begitu kobgkret. Publik, agak susah menangkap alur pimikiran Heri Susanto. Patut diduga Wakil Bupati Gunungkidul No. Urut 4 ini  terserang penyakit demam panggung. Dia berbicara dengan gaya menyondongkan diri ke mike, sejaligus salah sebut dua kali, soal zone tengah, dia ganti dengan zone barat. 

"Dalam rangka untuk menyetarakan semua potensi alam baik itu yang ada di wilayah selatan utara dan juga barat, kita akan membangun integrasi masing-masing wilayah  untuk desa sekaligus menyalurkan semua potensi-potensi alam ke satu titik tertentu.  Dalam hal integrasi kawasan kami mengharapkan, semua sumber daya alam yang ada ini dapat kita lakukan untuk bisa kami manfaatkan. Pada akhirnya nanti dapat bisa kita optimalkan dari satu titik ke titik yang lain, sekaligus bisa memasarkan semua komoditas  alam yang ada di Gunung Kidul baik itu di wilayah utara selatan dan barat. 

(Bambang Wahyu Wisayadi)


 

Bambang Wisnu Handoyo: 144 Desa Harus Mandiri

Tim Perumus materi debat pilkada putaran ketiga, melalui Artika Amelia menyatakan, bahwa Gunungkidul membutuhkan strategi pembangunan yang tepat.  


Prinsip keadilan pemerataan dan kemakmuran menjadi dambaan yang harus diwujudkan secara nyata dalam wawasan lingkungan dan budaya agar masyarakat  Gunungkidul menjadi tangguh, berdaya, dan sejahtera.

"Jika saudara menjadi Bupati Gunungkidul, apa langkah konkrit dan kebijakan yang saudara  ambil dalam menggali potensi daerah, yang itu berbeda dengan kandidat lain," tanya Artika Ă€melia, 10/11/20.

Bambang Wisnu Handoyo sangat yakin, bahwa UU Keistimewaan dan UU Desa adalah kunci untuk membuat 144 desa di Gunungkidul menjadi mandiri. Alasan dia, yang tahu seluk beluk dan peta permasalahan adalah desa.

Di desa, kata Bambang Wisnu Handoyo, ada perangkat daerah yang siap memetakan segala macam sumberdaya. Menejemen terhebat, menurutnya ada di desa. Kakau 144 desa di Gunungkidul mandiri, maka pemerataan, keadilan dan kemakmuran itu pasti tercapai.

Berbeda dengan Benyamin Sudarmadi Calon Wakil Bupati yang mendampingi Bambang Wisnu Handoyo. Mantan Ketua IKG ini sedikit kurang fokus menjawab pertanyaan Artika Amelia.

Pertanyaan Artika sangat teknis dan sederhana, "Potensi dan sumber daya apa yang anda akan manfaatkan dalam menjalankan program saudara guna melindungi  perempuan dan anak," tanya Artika Amelia.

Tanpa berteke-tele, Benyamin Sudarmadi menjelaskan, bahwa perempuan dan anak diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan positif, tanpa menunjuk contoh kegiatan positif yang dimaksud.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Pada Sesi Pendalaman Materi: Immawan Normatif, Martanty Bidik UMKM


Setelah nemaparkan visi dan misi, Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 2,  Immawan-Martanty pada debat putaran ketiga, diberondong pertanyaan oleh moderator terkait terobosan yang bisa  dilakukan terhadap pitensi SDM dan SDA Kabupaten Gunungkidul. 


Potensi sumber daya manusia perempuan ibu rumah tangga hampir tidak dipandang sebagai kekuatan ekonomi potensial yang bisa menopang ekonomi keluarga bahkan ekonomi lokal. Pada sisi lain bahwa Gunungkidul memiliki potensi sumber daya alam berupa tanah tegalan seluas 64.536 hektar terbesar dibanding kabupaten lain. Berikutnya, potensi pantai mencapai 65 Km, bentang alam Krarst, dan pariwisata dengan potensi besar. 


"Apa program terobosan yang akan saudara lakukan untuk menjadikan ibu rumah tangga bisa menjadi kekuatan ekonomi produktif," tanya Artika Amelia, kepada Immawan Wahyudi. 


Sebagai petahana, Immawan Wahyudi tidak memberikan jawaban secara teknis. Sementara dia begitu yakin sekaligus nyaman dengan status quo.  


"Saya kira, saya akan  melanjutkan bahwa apa yang sudah dibangun Ibu Badingah dan saya waktu ini.  Kaum perempuan adalah segala-galanya," ujar Immawan normatif.  


Kabupaten Gunungkidul, ini pertanyaan lain yang ditujukan kepada Martanty,  sudah lama dikenal sebagai daerah miskin bahkan sudah menjadi semacam stigma. Bagaimana potensi SDA dan SDM  saudara kelola untuk membangun citra atau stigma baru.  


Stigma  yang kurang menguntungkan itu, demikian jawab Martanty Soenar Dewi, akan saya lawan dengan  Ayo Gass.  


Program Ayo Gass, kata dia,  sudah berjalan mulai September 2020. Hingga sekarang  5.000 UMKM telah bergabung dan kami bina. Sementara target kami adalah 14.000 UMKM untuk membangkitkan ekonomi masyarakat.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Selasa, 10 November 2020

EMPAT TIPE MANUSIA DIKURUNG DALAM AKUARIUM

Selasa Kliwon malem Rebo Legi tanggal 9 Novenber 2020, KPUD Gunungkidul mengajak masyarakat  bertemu dengan empat orang pasangan calon Bupati  dan Wakil Bupati di layar kaca TVRI Yogyakarta pukul 19.30 WIB. Ditinjau dari segi apa pun, penampilan keempat pasangan  tersebut dipastikan tidak akan sama. 


Sebaliknya, penonton Debat Pilkada untuk putaran yang  terakhir itu juga memiliki kebebasan menilai, dari sisi mana pun juga. Tidak akan salah jika masyarakat melihat mereka dari sisi yang sangat mendasar, yakni karakter, sebutlah itu tipe.  


Ucapan, gerak tubuh, aksentuasi, argumentasi akan mencerminkan sebagian kecil karakter masing- masing calon. Bagaimana menerka dan mengukur karakter seseorang, itulah persoalannya.  


Meminjam pisau analisa Imam Al-Ghazali, di dunia ini hanya ada empat tipe yang mencerminkan karaktetistik manusia.


Pertama, orang yang berilmu, dan dia tahu bahwa dirinya itu memang berilmu. 


Kedua, orang yang berilmu, tetapi dia tidak tahu bahwa dirinya itu berilmu.


Ketiga, orang yang tidak berilmu, dan dia tahu, bahwa dirinya tidak berilmu.


Keempat, orang yang tidak berilmu, tetapi dia tidak tahu, bahwa dirinya tidak berilmu. 


 Empat tipe manusia yang dirumuskan Imam Al-Gazali yang di tulis dalam buku Ihya Ulumiddin itu akan hadir dalam debat yang terkurung dan terbuka Pilkada 2020. 


Dalam hal ini, pemirsa bebas menyimak sekaligus menilai dari sudut pandang manapun.


Bambang Wahyu Widayadi





Senin, 09 November 2020

ADU TENGGOROKAN DI KOPI LIMO

Komunitas puter pelung menggedor pintu gerbang pariwisata Gunungkidul dari arah Kapanewon Patuk.

Direktur Resto Kopi Limo Kapanewon Patuk, Gunungkidul, Fia Marcelia berjuang  di tengah  Covid 19 untuk tetap menghidupkan pariwisata.  


Minggu 8 November 2020,  Resto Kopi Limo menggelar lomba burung puter pelung dalam rangka menyongsong hari pahlawan 10 November 2020. 


Fia Marcelia menyatakan, Kopi Limo dengan puter pelung sepintas hampir  tidak ada kaitannya, tetapi jika dicermati ada korelasi filosofis di antara keduanya. 


Di tempat yang sama, Penewu Patuk R Haryo Anbar Suwardi menilai lomba puter pelung yang dilaksanakan di Desa Ngoro-Oro ini  indentik dengan mencintai lingkungan. 


Sementara kerabat Kraton Yogyakarta, Gusti Aning mengulas, bahwa burung puter itu merupakan simbol kreatifitas yang tidak kenal henti. Di dalam kebudayaan Jawa hewan piaraan itu disebut klangenan yang kebetulan  saat ini sedang dilombakan. 


Seluruh peserta, seperti dipaparkan Rofik, selaku anggota panitia, tidak kurang dari 153 orang. Mereka datang dari berbagai daerah,  menggedor pintu gerbang pariwisata dari arah Kapanewon Patuk, dalam arti baru kali  komunitas  puter pelung gelar lomba  di Kabupaten Gunungkidul.



(Bambang Wahyu Widayadi)

Minggu, 08 November 2020

Calon Wakil Bupati Melakukan Pembohongan Publik

Menyimak klaim Martanty Soenar Dewi, bahwa dia adalah keturunan Bupati Pertama Gunungkidul, Mas Tumenggung Pontjodirdjo, H. Ir. Kelick Agung Nugroho berstatemen tegas, itu pembohongan publik, untuk meraih simpati politik. 


 Kelick Agung Nugroho Bakal Calon Bupati Gunungkidul dari jalur perseorangan yang saat ini masih berjuang menuntut hak konstitusi ini tersenyum kecut, begitu membaca klaim politik Martanty di pemberitaan di media, baik cetak maupun elektronik.


  "Pernyataan Martanty utu  bohong besar," ujar Kelick Agung Nugroho, di kediamannya yang berda di belakang Pendopo Sewoko Projo, Sabtu siang, 7/11/20. 


  Faktanya, menurut Kelick Agung Nugroho, Bupati Pontjodirdjo itu tidak memiliki keturunan. Dia pun memaparkan, bahwa Bupati Pontjodirdjo memerintah Gunungkidul hanya selama 3 bulan.  


  Bupati Gunungkidul Pertama, lanjut Kelick, terkena glukoma, sehingga pemerintahan kala itu diserahkan dan dikendalikan oleh Panji Harjodipuro yang tinggal di Semanu, selaku pelaksana tugas harian. 


 Bagaimana Martanty bisa mengatakan, bahwa dirinya adalah anak keturunan Bupati Pontjodirdjo, menurut Kelick, itu yang tidak masuk di akal.


"Tetapi kalau Martanty adalah  kerabat Bupati Pertama, bisa jadi begitu, karena Bupati Pontjodirdjo punya dua saudara,  kakak dan adik. Dan adiknya itu bernama Panji Harjodipuro tadi," terang Kelick Agung Nugroho.


   Dia bisa bertutur begitu runtut, karena berdasarkan pengakuannya, KelickaKelick salah satu keturunan Panji Harjodipuro.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Sabtu, 07 November 2020

Kirim Surat ke KPUD Gunungkidul, Tembus ke Jantung Presiden

H. Ir. Kelick Agung Nugroho, bakal calon perseorangan, Ju'mat 6 November 2020 mengirim surat kepada Ketua KPUD Gunungkidul. Isinya berupa ancaman  keras, akan menggugat KPUD karena selaku lembaga pelaksana Pemilukada menabrak PKPU yang dibuatnya sendiri.

   Kelick menyatakan,  dihitung dari rapat pleno rekapitulasi dukungan hasil perbaikan pasangan calon perseorangan dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Gunungkidul tahun 2020, yang kemudian tertuang dalam berita acara,  dirinya dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk mendaftar sebagai calon bupati dan wakil bupati Gunungkidul.

   "Kami meyakini, apa yang kami kerjakan dalam verifikasi faktual itu sudah benar sehingga kami menolak untuk menandatangani berita acara tersebut," ujar Kelick Agung Nugroho," di rumahnya, Purbosari,  Wonosari, Sabtu (7/11/20).
    
Terkait dengan penolakan penandatangan berita acara, menurutnya,  KPUD Gunungkidul menawarkan fasilitas konstitusi untuk  digunakan yaitu dengan mengisi formulir lampiran model BA. 7-KWK perseorangan perbaikan untuk meminta pendapat (fatwa) dari Mahkamah Agung.

  Tawaran KPUD tersebut kami terima, lanjut Kelick,  dan kami memburu fatwa itu ke Mahkamah Agung.

     "Ketika permohonan fatwa itu sedang berproses, KPUD memangkas hak politik saya  dengan melakukan penyusunan  jadwal tahapan Pemilukada yang begitu ketat. KPUD Gunungkidul tidak mempertimbangkan 9 November 2020 batas akhir pendaftaran calon perseorangan. Saya oleh KPUD Gunungkidul telah dianggap tidak ada," tandas dia.

 Sementara faktanya, menurut Kelick Agung Nugroho, Mahkamah Agung telah menyatakan bahwa yang dikerjakan dalam verifikasi faktual adalah benar sehingga tidak ada alasan lagi bagi KPU untuk tidak menyertakan dirinya dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Gunungkidul tahun 2020.

  "Tetapi hak konstitusi atau hak politik kami tidak akan terpengaruh dengan jadwal apapun yang dibuat KPU.  Apabila sampai dengan pemilihan bupati dan wakil bupati Gunungkidul tahun 2020 dilaksanakan tanpa keikutsertaan kami maka kami akan menggugat secara hukum ke Mahkamah Agung," tegasnya.

    Ancaman di atas begitu keras, tidak tertutup kemungkinan pilkada Gumungkidul 2020 diundur, atau bahkan batal demi hukum. Saat diminta membeberkan Fatwa MA, Kelick Agung Nugroho, berucap singkat, bahwa pada waktunya fatwa itu akan dibuka ke ruang publik.

   Surat bernada mengancam yang dikirim ke Ketua KPUD Gunungkidul ditembuskan ke: Presiden Republik Indonesia, Ketua DPR RI, Ketua KPU RI, Ketua DKOP RI, ketua Bawaslu RI,  Ketua Komnas HAM RI, Ketua Ombudsman RI Gubernur DIY, Ketua KPU Provinsi DIY, Ketua Bawaslu Provinsi DIY, Bupati Kabupaten Gunungkidul dan Ketua Bawaslu Kabupaten Gunungkidul.

  Dikonfirmasi, Ketua KPUD Gunungkidul, Ahmadi Ruslan Hani membenarkan telah menerima surat dari H. Ir. Kelick Agung Nugroho, tetapi belum terlampiri Fatwa MA.



Bambang Wahyu Widayadi

Wakil Ketua DPW NasDem DIY Membelot


Dalam Pilkada 2020, Pentolan  partai NasDem DIY, Ws Kuncoro tiba-riba berbalik arah, dari mendukung Immawan Martanty ke Sunaryanta Heri Susanta. Konsekuensi poilitik, Ws Kuncoro diberhentikan dari jabatan Wakil Ketua. 


 Di kator Sekretariat Bersama Pemenangan Sunaryanta Heri Susanta Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor Urut 4, Ws Kuncara memberitahukan bahwa telah mengundurkan diri dari anggota sekaligus kepengurusan DPW NasDem DIY.


  Dia telah mengirim surat pengunduran diri kepada DPP Partai NasDen tertanggal 3 November 2020 lalu, melalui pesan WhatsApp.


   "Saya  realistis. Kalau saya mendukung calon di luar yang diusung partai itu artinya saya berdosa dengan partai.  Jadi saya memilih meninggalkan jabatan Wakil Ketua, dan mundur dari keanggotaan  NasDem," tutur Ws Kuncara kepada sejumlah awak media Kamis (5/11/2020). 


  Keputusan tersebut diambil setelah dia menyaksikan 2 kali debat publik calon Bupati maupun calon Wakil Bupati Gunungkidul pekan lalu. Ia mengibaratkan pasangan Sunaryanta-Heri Susanto seperti Soekarno-Hatta. 


 Sunaryanta  orangnya rajin turun lapangan sedangkan wakilnya seorang teknokrat. Menurutnya, perpaduan karakter tersebut  tidak dimiliki oleh pasangan calon lain. 


  Sunaryanta dianggap  lebih paham dengan kondisi Gunungkidul  sehingga Sunaryanta bakal menjadi pemimpin yang cepat dalam mengambil keputusan.  


 Ws Kuncara juga menilai bahwa Sunaryanta dan Heri Susanta merupakan pasangan yang ideal dan diyakini paling realistis. Alasan itulah yang kemudian membuat dia mantab untuk mendukung pasangan nomor urut 4.  


 "Sebagai orang Gunungkidul saya mempunyai tanggung jawab moral terhadap bumi Handayani. Pilkada 2020 adalah kesempatan bagi masyarakat termasuk saya untuk mengubah Gunungkidul menjadi baik," tegas Ws Kuncara.


   Ratno Pintoyo,  Ketua Tim Pemenangan Sunaryanta  Heri Susanto, menerima dengan baik atas bergabungnya Ws Kuncara.


     "Pak Kuncoro runtut,  sebelum menyatakan bergabung dengan kami sudah mengundurkan diri dari partainya. Tentu saja  ini kami memperoleh tambahan kekuatan" kata Ratno Pintoyo.


   Terkait membelotnya Ws Kuncara, Subardi, Ketua DPW NasDem DIY menyatakan, resikonya Ws Kuncoro dicopot dari keanggotaan NasDem oleh DPP. 


  Di NasDen, terang Subardi, tidak ada ruang  bagi politisi oragmatis. Sikap yang diambil Ws Kuncara tidak menggambarkan keretakan NasDem di Dunungkidul.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Jumat, 06 November 2020

TLUTUR UNTUK KI SENO NUGROHO


Mengungkapkan suasana hati karena kehilangan sahabat yang dikagumi dan dicintai bisa dengan berbagai macam cara.


Sebagian besar orang, berduka  ditandai dengan linangan  air mata serta ucapan terbata-bata.

Langka, bahkan hampir jarang terjadi bahwa duka cita diekspresikan denga lantunan tembang seperti pernah dilukan penyanyi legendaris Titik Puspa,  Bing Slamet berpulang ke Rahmatullah.

Cendekiawan Supriyadi, dosen UNS Surakarta, warga Gunungkidul melantunkan suluk tlutur mendoakan kepergian  Ki Seno Nogroho. 



Kamis, 05 November 2020

Mencicipi Wedang Seruputan di Kampung Mompreneur


Wedang Seruputan atau Seruni Putat Wetan diproduksi untuk mendorong atau menaikkan pendapatan masyarakat di  level paling ujung, yakni tingkat padukuhan.

Seruputan, seperti dijelaskan Nunik Asngadah, selaku peramu bahan baku, merupakan wedang segar kreasi 30 emak-emak yang tergabung  dalam Kelompok Kampung Mompreneur, setelah bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi IST Akprind Yogyakarta.

 Dalam kesempatan melaunching Kampung Mompreneur, Penewu Patuk R Haryo Ambar Suwardi menyatakan, Wedang Seruputan merupakan bagian, sekaligus hasil dari kampanye one village one product. 


 Desa yang mampu memproduksi satu makanan,  minuman atau karya apapun, menurut Ambar   akan membawa pengaruh besar terhadap pertumbuhan  ekonomi.  


 "Dengan one village one product, masyarakat  Kapanewon Patuk tidak hanya akan menjadi penonton pariwisata yang faktanya hanya mendapat sampah dan asap knalpot," kata Ambar, Kamis 5/11/20, saat melaunching Kampung Mompreneur.

Utusan dari IST Akprind, atas nama Rektor  menyatakan sependapat dengan Ambar, bahwa program holistik pemberdayaan dan pembinaan desa bertujuan membantu meningkatkan pendapatan perkapita. 


   Di tempat yang sama, Kadis Pariwisata Gunungkidul, melalui Kabag Pemasaran, Yuni Hartini, S.P, M.Si mengapresiasi kegiatan Kampung Mompreneur. Seruputan, dia nyatakan  masuk dalam kategori ekonomi kreatif.


    Namun Johan Eko, Kadis Perindag mengingatkan, Kampung Mompreneur tidak boleh melupakan tiga hal, pertama kuantias pruduk, kedua kualitas produk, dan ketiga jaringan penjualan produk.  

Soal kuantitas, ini sambung Lurah Desa Putat yang diwakili Sumadi, dijamin tidak  akan mengecewakan, karena jeruk nipis, serai, temulawak jahe dan yang lain banyak dibudidayakan warga Desa. 


(Bambang Wahyu Widayadi)

Rabu, 04 November 2020

Ki Seno Nugroho: Senimu Panjang, Hidupmu Pendek

Tidak ada satu pun makhluk yang bernyawa sanggup menunda kedatangan Kereta Jemputan yang dikendarai Malaikat Izrail. Begitu pula Anda, Ki Sena Nugroho. 


 Art longa vita brevis, pepatah Inggris yang diadopsi dari bahasa Yunani kuna menyatakan, bahwa senimu, Ki Seno Nugroho, pastilah panjang, tetapi hidupmu, sedemikian  pendek, hanya 48 tahun, dari 1972 hingga 2020. 


 Setidaknya seperti Khairil Anwar penyair Binatang Jalang, Anda meninggalkan karya monumental yang tidak akan terhapus oleh zaman, kecuali jagat ini digulung oleh pemilikNya. 


  Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping menjadi saksi utama dari akhir perjalanan Anda Ki Seno Nugroho. Selasa Pon malam Rabu Wage, pukul 22.15, jasad Anda membeku sementara ilmu Anda karena izin Allah SWT mudah-mudahan mengalir seperti sungai.


  Air mata Anges Widiasmoro (istri), Anglir Kinanthi, Gading Pawukir, Jenar Nyimasayu (anak) serta ibunda tercinta, Sayekti Suparman srmoga berubah menjadi doa keberangkatan Anda ke peristirahatan terakhir.


  Sejak pukul 13.00 WIB Ki Seno, Anda akan berbaring sendirian di Makam Semaki Gede, Yogyakarta. Semoga Anda terjauh dari siksa kubur. Penggemar Anda melantunkan doa sederhana: lepasa parane, jembara kubure.  



Bambang Wahyu Widayadi




Campursari Klasik Tergerus Jenis Musik Dang Dut

Selama puluhan tahun Campursari klasik yang dibidani mendiang Manthous sang maestro, tetus tergeser oleh musik jenis lain. Hal itu terungkap dalam kesempatan pengukuhan pengurus Forum Campursari (FCKP) Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa, di Pendopo Kapanewon Patuk  Selasa siang, 3 November 2020. 

 Suharto, S.Pd.  dalam sambutan usai FCKP dikukuhkan Penewu, atas nama Forum Campursari Kabupaaten Guningkidul menegaskan, sesungguhnya Campursari Klasik itu telah menjadi salah satu ikon Kabupaten Gunungkidul, tetapi  sejak tahun 2006  Campursari klasik  mulai goyah karena terdesak oleh musik jenis lain.


 Dia memaparkan, pembentukan forum campursari di setiap kapanewon menjadi penting untuk dibentuk dan dikukuhkan, karena Dinas Kundha Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul memprihatinkan perkembangan Campursari Klasik.


 "Sejak tahun 2006, pergeseran itu sudah mulai dirasakan," ujar Guru Bahasa Inggris, SMP Negeri 1, Semanu ini. 


 Jenis musik yang dia sebut menggeser Campursari Klasik adalah penampilan orgen tunggal yang banyak menyajikan lagu keroncong dang dut. 


  Dia menyadari hal itu terjadi karena Babon Campursati Klasik memang merupakan satu kolaborasi dua jenis instrumen musik, yaitu gamelan dan keyboard.


  Jadi menurutnya, meskipun konsumen bermaksud mengundang atau menanggap Campursari Klasik, yang tersaji atau yang hadir cukup elektone, dan satu dua penyanyi, tanpa gamelan  gendang dan yang lain. 


  Siapa yang menginginkan pergeseran itu, menurutnya tidak lain adalah sebagian pelaku Campursari itu sendiri, yang kemudian dikuatkan dengan adsnya selera masyarakat ke arah salah satu genre musik. 


 Sementara itu FCKP yang dikawal  Hepy Budi Kurniawan dikukuhkan oleh Penewu Patuk, R Haryo Ambar Suwardi, SH. 


  Dalam pengukuhannya Penewu Patuk percaya, bahwa Pengusus FCKP bisa mengembangkan Campursari Klasik di wilayahnya.


(Bambang Wahyu Widayadi)







Selasa, 03 November 2020

Merawat Bumi-Mu Sejalan Dengan Mencintai Desaku

 

Amazingnya amazing atau keluarbiasaan yang paling luar biasa adalah dihamparkannya bumi sebagai fasilitas utama  manusia dalam menggapai perniagaan dunia akhirat.  Langit  ditinggikan tanpa tiang, angin diputar, awan pun menurunkan hujan sehingga bumi menghijau seperti zamrut.  

Tugas merawat bumi-Nya dengan pertanian, bagi saya adalah sama dengan mencintai tanah desa kelahiran guna melestarikan kebudayaan yang telah tumbuh berjuta-juta tahun lewat. 


Bercocok tanam atau bertani masih dianggap bukan merupakan kegiatan kebudayaan. Ini satu pendapat yang menurut saya tidak tepat, karena dihimpun dari berbagai sumber, kebudayaan itu terdiri dari tiga elemen utama yaitu ide, aksi dan karya. 

Setiap manusia, pada hemat saya dikaruniai energi untuk memikirkan sesuatu, dan  berfikir, menurut saya adalah fitrah manusia, kecuali mereka yang sedang hilang akal.

 Ide yang ditindaklanjuti dengan aksi akan melahirkan karya yang bisa dilihat atau diraba, yang dalam khasanah kebudayaan lazim disebut artefak.

Tidak boleh dilupakan, bahwa artefak tidak hanya  berupa benda mati seperti alat dari batu, logam, gerabah, dan prasasti. Atefak ada pula yang berupa benda hidup, sebut saja hiasan bonzai misalnya.

Bonzai, menurut saya merupakan  bagian sekaligus bentuk khusus dari kegiatan pertanian. Manakala teknik dan ilmu pencampuran media bonzai ditransfer ke dalam  pertanian umum, maka akan melahirkan hasil yang spektkuler guna mencukupi ketersediaan cadangan pangan di titik rumah tangga.

Pertanian di dalam pot? Benar, itu yang saya maksud. Tetapi bertani  selama ini hanya dikonotasikan sebagi menggarap sawah, ladang atau tegal.

Konsep dan  lokasi betani dalam arti luas untuk menuju kemandirian pangan, pada hemat saya perlu diperbaharui. Mengolah tanah di sekitar rumah pun  layak masuk ke dalam salah satu jenis pertanian yang memiliki keistimewaan khas. 

Budidaya  tanaman di dalam pot dewasa ini sedang ngetrend, terbukti banyak warga yang membeli  bibit dari produsen bibit seperti pepaya, jambu, jeruk, belimbing, kedondong, bahkan  bibit sayuran seperti seledri.  Mengapa harus membeli, sementara setiap warga bisa mengupayakan atau menyemai  sendiri tanaman tersebut sesuai selera yang dimaui.

Itulah yang saya maksud dengan merawat karunia Illahi yang berupa hamparan tanah. Saya tidak sebatas omdo alias omong doang. Di pekarangan rumah yang tidak begitu luas saya memiliki sejumlah tanaman di dalam pot plastik, dan juga polyback. 

Latar belakang gerakan budidaya tanaman di dalam pot, sebenarnya sangat sederhana, yaitu lantaran saya prihatin melihat fakta, bahwa serombongan ibu rumah tangga setiap pagi menunggu tukang sayur lewat. Ini pemandangan yang sangat aneh, karena orang desa membeli sayuran. 

Untuk mengurangi pengeluaran dapur saya merintis, kemudian  mengajak ibu-ibu dengan lecutan kalimat inspiratif dari Ir. Arintoko. Dia seorang petani tebu yang berpindah menjadi petani porang berucap begini, "Makanlah apa yang anda tanam dan tanamlah apa yang anda makan. Berhasil? Tentu awalnya sangat berat. 

Tetapi lurah saya, Lurah Desa Putat, Sukardi berhasil mendesain, tanaman di dalam pot menjadi ajang lomba antar Padukuhan pertengahan Oktober 2020 silam.

Padukuhan Putat Wetan, tempat saya tinggal, pada ajang lomba tempo hari, nomor harapan pun tak dapat, tetapi saya bangga karena pertanian di dalam pot menjadi pilihan kegiatan ibu-ibu secara berkelanjutan. Tidak harus diajari, hidup di tengah komunitas Desa Budaya, warga Padukuhan Putat Wetan klimaksnya  berhasil menciptakan Wedang Seruputan, berupa minuman Seruni Putat Wetan, yang bahan bakunya tanaman serai dan jeruk lemon yang budidayakan di sekitar pekarangan rumah.

Wedang Seruputan, saat ini menjadi trade mark, bahasa kerennya menjadi ikon Padukuhan Putat Wetan yang pada Kamis 5 November 2020 besok bakal diluncurkan Penewu Patuk, Raden Haryo Ambar Suwardi, SH,  disaksikan Dinas Perindustrian, juga Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul.

Semangat yang tertanam di dalam dada warga Putat Wetan, Merawat Bumi-Mu Ya Allah,  Sejalan Dengan Mencintai Desaku, Desa Budaya dengan aneka pernik kegiatannya, termasuk di dalamnya pertanian di dalam pot.

Catatan: Naskah ini disiapkan untuk mengikuti kompetisi penulisan esay yang diselenggarakan Dinas Kundha Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

(Bambang Wahyu Widayadi)



   

Senin, 02 November 2020

MENGINTIP MATAHARIMU DARI GENTING KACA YANG MULAI BURAM


Pada saat mengembara, manusia diwajibkan berdiri, rukuk dan sujud untuk menghapus bau keringat yang tidak terlalu sedap.

Tetapi sebagian besar manusia suka nenutupi kebenaran. Tidak salah,  jika mereka kemudian disebut sebagai  tuli, bisu, dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali. 

Aku manusia seperti apa, mengintip matahariMU dari genting kaca aku malu dengan setumpuk kebebasan yang Engkau limpahkan. 

Belum satupun hidup ini punya arti, terburu kulit muka keriput menyerupai daun pisang menunggu hujan. 

Sebaik-baiknya kembali adalah kepadaMU, tetapi hati ini seperti telah terkunci.  

Izinkan hamba memohon bisa menapaki jalan  lurus yang Engkau terangi, bukan jalan gelap yang Engkau padamkan cahayanya.


Meski satu seruputan kopi tanpa gula, indahnya jalan berliku hendak kuteguk, supaya perjalanan itu berpelita dengan ilmu, amal dan tabiat.    

Ini munajatku yang kecil tetapi besar. Terkabulnya ada di tangan kehendak Paduka Tuanku. Aku tak kuasa.  Aku terlambat mengagumi matahariMU.

Putat, 2 November 2020  
Bambang Wahyu Widayadi

Bambang Wahyu Widayadi


Golkar Ekplorasi Air di Gunungkidul Seperti Rama Tambak


Ketua DPD Golkar DIY, Drs. Gandung Pardiman mengekplorasi air yang berada di dalam perut bumi  Handayani untuk keperluan kemanusiaan.   

Gerakannya mirip Rama Tambak mambendung laut menuju Alengka membebaskan Dewi Sinta.


Dengan kekuatan politik Partai yang dikendalikan, tahun 2019 Gandung Pardiman bukan membendung laut, tetapi mengebor puluhan sumur  di 18 kapanewon secara beruntun untuk membebaskan warga dari keterhimpitan.


"Di Gunungkidul, pengadaan air tetap sebagai masalah yang harus dicarikan solusinya," tulis Gandung Pardiman, via aplikasi WhatsApp, (2/11/20. 


Bupati, menurut Gandung Pardiman enggak boleh pasrah dalam upaya mengatasi pengadaan air.  Pemerintah harus memperbanyak embung dan terobosan mengangkat air dari dalam tanah.


Dia menyatakan,  tahun 2020 baru menggarap Bribin untuk dikelola lebih secara lebih modern di tahun 2021, di samping mencari sumber-sunber air yang besar untuk dikelola.


Di bawah tanah, ucap Gandung Pardiman, air di Gunungkidul sangat melimpah. 


Membuka kegiatan  2019, Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar ini menjejer daftar sumur bor yang telah dieksplore, semua dilakukan di Gunungkidul.


Satu, kata Gandung Pardiman pengeboran dilakukan di Dusun Klepu, Kelurahan Banyusoca, Kecamatan Playen. (2), Padukuhan Bulu, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo (3). Padukuhan Bendo Kenteng, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, (4). Padukuhan Serut, Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, (5). Padukuhan Karangasem, Desa Karangasem, Kec. Ponjong, (6). Padukuhan Kalitekuk, Desa Kalitekuk, Kecamatan Semin, dan (7). di Dusun Wonolagi, Kelurahan Giriasih, Kecamatan Purwosari.


Sementara lokasi sumur bor  tahun 2020 di Kabupaten Gunungkidul antara lain: (1). di Dusun Susukan, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, (2). Dusun Plembon Lor, Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, (3). Dusun Ploso, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari,  (4). Dusun Kamal, Desa Wunung, Kecamatan Wonosari, dan (5). Dusun Karangasem, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari.


"Ada satu unit di dekat Polsekta Wonosari. Sumur bor digali di tengah ladang petani tembakau. Saat ini masih dalam pengerjaan. Sumur yang lain, semua berair bening, dan telah dinikmati warga," pungkas mantan instruktur drum band SMK Bhinakarya Gunungkidul ini. 

Ongkos 1 sumur bor Rp 350 juta.

(Bambang Wahyu Widayadi)


Minggu, 01 November 2020

GUNUNGKIDUL BAKAL DIBAWA KE PINGGIR JURANG?

Calon Bupati Gunungkidul yang bertarung pada Rabu Wage 9 Desember 2020, Nomor Urut 1 hingga Nomor Urut 4 secara linier rupanya ada dalam alur pikiran yang sama, bahwa usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM merupakan salah satu agen pertumbuhan ekonomi. Ada pihak yang berpendapat lain, bahwa pusat pertumbuhan tidak serta-merta di bidang usaha, tetapi di sektor SDM secara holistik dalam konteks upaya menaikan pendapatan perkapita.

Mengkritisi teknik pengembangan UMKM, di dalam konsep keempat Calon Bupati Gunungkidul  terlihat hal-hal yang bertentangan. 

   Di  satu sisi  mereka mendorong berkembangnya usaha keci, di sisi lain, mereka berharap pemodal besar menanamkan duitnya ke Gunungkidul.

   Jika pikiran mereka itu benar bisa diterapkan, yang terjadi adalah  (saya meminjam istilah Sutrisna WIbawa) inkubator  bisnis (UMKM) akan berhadapan  dengan predator bisnis.

   Siapa pemenangnya, bahwa mudah ditebak UMKM akan kembang kempis, karena pemilik modal besar pasti akan memggulung nasib UMKM di Gunungkidul. 

   Di kalangan pemikir pembangunan di Gunungkidul ada yang menganut teori yang keliru, terutama di dalam menyebut  pusat pertumbuhan ekonomi dan mesin pertumbuhan ekonomi.

  Unit terkecil negara adalah Kepala Keluarga. Pemikiran ini membawa konsekuensi  logis, bawa pusat pertumbuhan ekonomi tidak berada di tangan Pemerintah Desa, melainkan di tangan Kepala Keluarga.  

  Artinya, bahwa pendapatan setiap Kepala Keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, serta kelayakan sosial, merupakan inti pusat pusat pertumbuhan ekonomi suatu Desa.

     Gambaran kongkretnya begini manakaka 700 KK Gunungkidul masing-masing telah tercukupi kebutuhan dasarnya, berarti pertumbuhan ekonomi mulai bergerak, seiring dengan indek pembangunan manusia (IPM).

  Sebaliknya jika hanya UMKM yang didorong dan dugerakkan, ketimpangan pendapatan tidak akan teratasi. Apalagi mau mengejar angka pertumbuhan, pasti sangat sulit untuk bisa dicapai.  

   Secara  tersirat, keempat calon Bupati Gunungkidul itu konsep pemikirannya tidak jauh dari sidtem kapitalisme yang terus merangsek dan merombak tatanan sosial dunis.

   Sebut contoh, Cina yang awalnya mengagungkan sistem ekonomi komunal, kini rontok dan mengadopsi pergaulan kapitalistik.

   Masyarakat kapitalis yang banyak disebut sebagai masyarakat moderen, dikritik habis-habisan oleh Max Horkeimer, salah seorang cendekiawan sekaligus tokoh yang tergabung di dalam Sekolah Frankfurt di Jerman. 

  Max Horkeimer, di dalam buku Dilema Usaha Manusia Rasional, yang ditulis Sindhunata menyatakan kelemahan mendasar masyarakat kapitalis adalah buta.

 Alasan Max, di sepanjang hidupnya, manusia yang kapitalistik selalu berfikir bagaimana caranya agar modal yang di tangan bisa berkembang tanpa batas. 

  Sementara itu menurut Horkeimer, karakteristik modal adalah buta, karena modal adalah benda mati.

    Kembali ke Pilkada Gunungkidul 2020, pada tata pemerintahan baru, setidaknya di tahun 2022, akankah UMKM juga pemilik modal dihadirkan dalam kancah usaha,  kemudian mereka dibiarkan bertarung secara bebas?   

 Pasca Pilkada, Gunungkidul mau dibawa ke mana, ke pinggir jurang, atau ke laut kesejahteraan, itu tergantung, siapa Bupatinya.  
(Bambang Wahyu Widayadi).


DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...