Senin, 17 April 2017

AIR



Sebagai manusia, Seorang Pejabat acap kali berbuat khilaf, bahkan super khilaf. Anda bisa membayangkan, dia menuduh, bahwa alam ( sebut saja air) belakangan ini berperilaku menyimpang. Pejabat yang saya maksud, tidak pernah memiliki kesadaran, bahwa alam itu selalu berlaku lurus, tidak pernah salah, tidak pernah menyimpang. Alam bergerak bardasarkan hukum keseimbangan.

Ingat Mpu atau ahli pembuat keris? Pakar yang satu ini membuat pusaka dengan bahan dasar ‘biji besi murni’ yang disediakan oleh alam. Mpu tidak menambang, tidak membongkar alam, melainkan mengumpulkan biji  besi yang bertebaran di pinggir sungai atau laut.

Orang Jawa bilang ‘wedhi malelo’, pasir hitam gemerlap. Mpu memisahkannya dengan hati-hati, yang hitam legam dia pungut, yang kemerlip bercahaya dia tinggalkan.

Para Mpu pantang menambang bukan karena  alasan teknologi, melainkan karena hal tersebut dianggab merusak alam. Sangat berbeda dengan yang dipirkan seorang pengusaha.

Ada peluang bisnis bahan baku cat dan kosmetik, dia gempur habis-habisan itu bukit karst. Kegiatannya dilegalkan dengan Undang-Undang, Peraturan Mentri, Perda, Peraturan Gubernur, dan peratutan Bupati.

Menambang bukit karst dipayungi hukum sedemikian rinci: bukit A boleh, bukit B tidak dengan embel-embel pengusaha harus melakukan reklamasi terhadap bukit yang usai  ditambang, dengan sejumlah tanaman terntentu.

Ini paralel dengan pembabatan hutan di luar Jawa semasa rezim Orde Baru. Indonesia sebagai paru-paru dunia tidak pulih meski ada kebijakan hutan tanaman industri (HTI).

Penambangan berhasil, Penebangan hutan sukses, tetapi reklamasi gagal total. Tahun 2016 ada gejala, Agustus kudune ora ono udan, malah ngrejih ngeyiyis adheme ora kiro-kiro.

Pejabat yang kebetulan bekerja di BMKG kemudian bilang, bahwa alam saat ini menyimpang, cuaca ekstrem, di luar kebiasaan.

Lho....Pejabatku  ki piye to? Dia tidak pernah bisa berfikir sederhana, bahwa TAHUN 2014, SBY pernah cincing di dalam istana negara, lantaran gorong-gorong yang ada di depannya tersumbat gulungan kulit kabel. Air pun memiliki logika sendiri.

 “Kalau enggak boleh lewat gorong-gorong, ya saya harus mlumpat melalui emperan istana negara, mohon maaf Pak SBY,” demikian air berceloteh.

Apakah Anda akan ikut-ikutan protes, atau setidaknya mengamini bahwa perilaku air itu menyimpang? Ha ha ha kluthik....... sing nyimpang ki jan-jane sopo? (Bambang Wahyu Widayadi).

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...