Kamis, 29 Oktober 2020

Calon Bupati Gagal Memahami Pola Hidup Petani Gunungkidul

Calon Bupati Nomor Urut 3, Drs. Bambang Wisnu Handoyo mengatakan, pola dan budaya pertanian warga Gunungkidul menjadi kendala utama bagi  pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal itu muncul dalam debat pikkada 27/10/20. Pernyataan Bambang Wisnu Handoyo dikritisi pengamat Gunungkidul, Joko Priyatmo (Jepe).   


  Jepe mengutib Buku Informasi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul 2019, bahwa undikator IPM  bisa dilihat dari pengukuran  harapan hidup, harapan lama sekolah, harapan rata-rata sekolah dan  pengeluaran perkapita disesuaikan. 


Naiknnya IPM akan terlihat jelas pada bagaimana  empat indikator IPM ditangani secara serius, kemudian capaian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bisa diukur secara memadai.    Naiknya angka IPM menurut Jepe akan menggambarkan bagaimana kualitas kesehatan, pendidikan serta pendapatan perkapita warga, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul.  


Pada bagian awal, Bambang Wisnu Handoyo secara tersurat dan tersirat mengklaim, bahwa Gunungkidul merupakan kabupaten berbasis agraris, meski kemudian dia juga menyinggung dunia usaha (UMKM).


Pada musim kemarau, demikian Bambang Wisnu Handoyo menyebutkan, Gunungkidul tidak ada tanaman tumbuh di ladang. Pendapat Bambang Wisnu Handoyo, menurut Joko Priyatmo  tidak sepenuhnya benar. Termasuk ketika dia menganggap, bahwa di Gunungkidul tidak ada sawah. 


Jepe menilai, Bambang Wisnu Handoyo menutup kenyataan, bahwa pada musim kering, ladang pertanian Gunungkidul tumbuh tanaman semangka, melon, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, sayur-mayur, jagung, bahkan padi sawah.


 "Saya tidak habis pikir, mengapa Bambang Wisnu Handoyo seperti menafikan fakta dan data, padahal sumbangan dunia pertanian terhadap PDRB di Gunungkidul masih berada di nomor wahid. Pertanian berada di angka 24,22  prosen," ulas Joko Priyatmo mengevaluasi alur pikiran Calon Bupati nomor urut 3. 


Soal tiga hal yang disebut BWW seperti kendala SDM,  standar produk, dan pasar, Jepe menyatakan sependapat.   


Tahun 2018 IPM di Kabupaten Gunungkidul merupakan yang paling rendah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Realitasnya, menurut Jepe ada di angka 69,24%, sementara angka Nasional 71,39%, Propinsi 79,3%.  


"Dalam debat terbuka sesi pertama kemarin, yang ditunggu publik adalah, bagaimana Bambang Wisnu Handoyo  membeberkan teknik menaikkan angka IPM Gunungkidul  melebihi Propinsi dan Pusat, bukan malah berputar membahas budaya agris yang menurut saya malah pating blasur tidak karuan," pungkasnya.

(Bambang Wahyu Widayadi)


1 komentar:

  1. Tulisannya tendensius, justru penulis yang gagal paham dan kurang wawasan

    BalasHapus

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...