Calon Bupati Gunungkidul, usai subuh berangkat kampanye. Adzan magrib masih di Makam Mbang Lampir, kembali ke markas besar bersamaan terdengar kumandang adzan isak.
Ketika kampanye Pilkada Gunungkidul 2020 memasuki hari ke 16, Minggu Kliwon 11/10/20, ada sesuatu yang lain dari biasanya. Catatan dan pantauan media setidaknya ada dua hal yang berbeda.
Pertama, tidak terjadi pertemuan antar massa masing-masing pendukung, meski faktanya mereka saling turun ke lapangan sesuai jadwal yang telah mereka rencanakan.
Pasangan nomor urut 1, 2, 3 dan 4, berlomba menarik simpati calon pemilih. Mereka mimiliki peluang yang sama, dalam kampanye terbuka, meski PKPU menetapkan kampanye terbuka dalam masa 70 hari, masing-masing hanya diberi kesempatan sekali, dan peserta dibatasi maksimal 100 orang.
Sunaryanta, Calon Bupati nomor urut 4, berpasangan dengan Heri Susanto, ini merupakan perbedaan yang kedua, berangkat kampanye sejak jago kluruk (ayam berkokok) menyongsong fajar. Hal tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh tiga calon yang lain.
"Pak Mayor, berangkat dari markas, di Kwarasan Wetan, Kedungkeris, Nglipar, jam 05.30 berkeliling Kapanewon Panggang" ujar anggota rombongan kampanye, Nur Yudi Widodo, Minggu, (11/10/20).
Titik pertama yang dikunjungi adalah pasar Jowa, Padukuhan Blimbing Desta Girisekar, sekaligus menyambangi telaga Thowet yang pada musim kemarau tidak pernah kering.
Berbeda ketika Mayor Sunaryanta ke telaga Pakem, padukuhan Bali, Desa Girisekar. Seratus warga berada di tengah telaga yang kering kerontang, melakukan bersih-bersih, menyongsong musim penghujan.
Dari Telaga Pakem Sunaryanta, dipandu pelawak Kartono ke Padukuhanan Tanggung Desa Girimulyo. Sunaryanta selaku Ketua PBVSI Gunungkidul menyaksikan regenerasi volley ball.
Di sana ada Klub Bantar Angin. Klub Senthir Cilik yang kesemuanya bernomor punggung 4 dipimpin Calon Bupati nomor urut 4, setengah set menjajal kemampuan Bantar Angin, dan diakhiri pada saat skor 14 - 16 untuk Bantar Angin.
Dari Padukuhan Tanggung rombongan bergerak ke Waru Girisekar menanam bibit bunga Kanthil di sekitar Gua Keceme.
Giliran berkunjung ke Padukuhan Warak, Sunaryanto menyempatkan diri jagong manten di dua tempat, termasuk melihat komunitas ternak kambing kacangan.
Tampak dalam dalam rombongan kecil itu Ery Agustin (Golkar) Ngatimin (Demokrat) Timbul S dan Sutiya (PKB) bergerak ke Padukuan krambil Girisekar.
Sunaryanta dijamu makan makan siang di rumah Mbok Padmo, janda yang hidup bersama Rukujan (51) difabel tuna. Netra, di Dusun Doplang, Girikarto, Pangang.
"Rukijan alias Onto, tunanetra sejak bayi, lahir 1969," kata Wadyem (61), saudara sepupu Rukijan.
Masih banyak tempat yang disambangi Mayor di antaranya: Kerajinan limbah kayu, di Pudak, sumber air Goa Sodong, warga kerja bakti di makam umum Gibal, Giriwungu, destinasi Bukit Rasa Wulan, Padukuhan Turunan, pemeliharaan lapangan sepak bola Gebang, Girisuka, Perajin Tas Temuireng I, Girisuka, menyapa pesenam di Pijenan Girisekar. Terakhir Sunaryanta dan istri, ziarah ke Mbang Lampir pas bersamaan adzan magrib.
"Kunjungan yang cukup menyenangkan, meski itu adalah sangat melelahkan," komentar Suharna, mantan anggota TNI yang mengikuti anjangsana sehari itu.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda