Dr. Supriyadi, cenekiawan sekaligus pengamat masalah sosial politik yang tinggal di Desa Petir, Kapanewon Rongkop, Gunungkidul berpandangan, bahwa Pilkada Serentak 2020, Gunungkidul lebih semarak dibanding Bantul dan Sleman. Mengapa?
"Pilkada Gunungkidul memasuki babak baru pasca Bupati Badingah tidak maju sebab regulasi tidak memperbolehkannya,"tulisnya dalam artikel pendek yang dikirim via aplikasi WhatsApp, 14/19/20.
Dia mensimulasikan, kompetisi yang diikuti 4 paslon, akan meraih simpati 600.000 pemilih. Menurutnya, semua paslon memiliki peluang yang sama, karena mereka mempunyai basis dan kantong suara yang unik, sehingga tim pemenangan akan sangat hati-hati dan cermat dalam menjual program ke basis suara.
Peta kekuatan, kata dia, akan terlihat setelah pertengahan November 2020, yaitu saat pemetaan terevaluasi secara cermat oleh masing-masing barisan paslon. Pertengahan November akan menjadi titik balik dalam menentukan langkah meyakinkan masyarakat.
Menurutnya, emosi politik dan psikopolitik masyarakat Gunungkidul tidak bisa dipungkiri, masih dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Pertama, putra daerah dan bukan putra daerah. Kedua, pengalaman Organisasi baik di pemerintah, maupun institusi paslon saat berkarya. Ketiga, tingkat kepopuleran paslon dilihat dari segi waktu dan komunikasi dengan masyarakat. Keempat, basis dan karakteristik Partai Pengusung paslon. Kelima kekuatan kapital paslon. Ini menentukan tingkat kekerapan dalam bertemu dengan masyarakat. Keenam, kemampuan / kelihaian tim pemenangan dalam membangun opini publik agar paslon yang diusung memiliki keistimewaan, sehingga calon pemilih tergerak menjatuhkan pilihannya.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda