Minggu, 28 Februari 2021

JOKOWI LEGALKAN MIRAS, MA'RUF AMIN TAK BERKUTIK

Minuman keras beralkohol mulai minggu pertama bulan Maret 2021 boleh diproduksi dan diperjualbelikan di tempat mewah hingga lapak kaki lima.   


Presiden Republik Indonesia telah mengijinkan hal itu dengan menandatangani Perpres No. 10 Tahun 2021 Tentang Bidang Usaha Penanaman Modal, 2-2-2021 silam.


Modal asing diijinkan menanamkan duit hingga Rp 10 milyar untuk miras berakohol  di propinsi tertentu. Perpres tersebut juga membolehkan lembaga koperasi, UMKM hingga pedagang kaki lima untuk bermitra sebagai pengecer. 


Dilansir dari laman Sekretariat Kabinet 28-02-2021 miras beralkohol boleh diperdagangkan di provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Papua dengan memperhatikan budaya serta kearifan setempat.    Terbitnya Perpres yang mengijinkan tata niaga miras beralkohol memukul wakil presiden Ma'ruf Amin. Tak pelak mantan pentolan MUI itu dicecar netizen sekaligus diminta tanggung jawabnya. 


Wapres yang ulama itu diam seribu bahasa. Secara struktural konstitusional dia terikat sekaligus terjepit karena dia adalah pembantu presiden. 


Tidak perlu tebak-tebakan Perpres Nomor 10 Tahun 2021 maunya Jokowi untuk mendongkrak ekonomi di masa pandemi Berhasil? Saya yakin tidak.


(Bambang Wahyu Widayadi)    



BUPATI SUNARYANTA MARATON DAMPINGI WAKIL MENTERI DESA

Dok. Humas Kemendes

Bupati dan Wakil Bupati Hj. Badingah, S.Sos dan Dr. Imawan Wahyudi, M. Hum di dalam RPJMD 2016-2021 bertekad mewujudkan Gunungkidul sebagai sebagai daerah tujuan wisata terkemuka dan berbudaya menuju masyarakat berdaya saing, maju, mandiri dan sejahtera. 


Hal di atas itulah yang kemudian dikenal  sebagai visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada Pilkada 2015 silam. 


Sebelum memasukkan visi 2022-2024, Bupati terlantik, H. Sunaryanta serta Wakil Bupati Heri Susanto terikat  oleh visi yang ditetapkan Badingah Immawan. 


Langkah kerja hari pertama,  Bupati dan Wakil Bupati secara normatif melakukan eksekusi yang telah dirancang Bupati dan Wakil Bupati sebelumnya.


Tidak jauh dari visi Bupati lama, Sunaryanta lansung melakukan gebrakan mengejutkan. 


Bupati alumni SMA Kartika 7 Nglipar ini mendampingi Wakil Menteri Desa PDT dan Transmigrasi Budi Ari Setiadi bersama Syahrul Direktur Promosi dan Pemasaran Produk Unggulan Desa berdialog dengan Organisasi Perangkat Daerah di Bangsal Sewoko Projo.  


Sabtu 27/2/2021, bersama Heri Susanto Sunaryanta mendampingi Budi Ari Setiadi berkunjung ke Bejiharjo, Karangmojo melihat langsung aktivitas BUM Desa Maju Mndiri. 


Secara maraton, Sunaryanta juga mengantar Wamen  melihat embung mencermati perkembangan bantuan  kambing  etawa di Desa Nglanggeran, Kapanewon Patuk. 


(Bambang Wahyu Widayadi)

PESAN PENTING GUBERNUR DIY KEPADA TIGA BUPATI TERLANTIK


Usai melantik Bupati dan Wakil Bupati Sleman, Bantul dan Gunungkidul, Jum'at 26-2-2021, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono ke 10 menyampaikan enam pesan utama.   Dikutip dari sambutan Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati terlantik harus:  


Pertama, membelanjakan APBD serta Danais dalam rangka pemulihan ekonomi.  APBD serta Danais merupakan pembiayaan yang saling melengkapi.


Kedua, pemberdayaan UMKM serta penyusunan daftar prioritas investasi daerah dilakukan secara ekstra ordinary (luar biasa). 


Ketiga, janji politik pada masa kampanye perlu dipilah,  didahulukan yang paling mendesak. Yang kurang penting bisa disisipkan pada APBD Perubahan tahun 2022.


Keempat, Forkompinda harus dijadikan ikatan  kepemimpinan yang mencerminkan kualitas kenegarawanan kolektif. 


Kelima, dialog personal dengan kandidat lain perlu dilakukan guna menghilangkan dinding pembatas yang terjadi pada masa kampanye. Program kandidat yang mengarah pada kemajuan daerah patut diakomodir.  


Keenam Seluruh elemen pemerintahan serta masyarakat harus mendukung agenda pembangunan yang dijalankan Bupati dan Wakil Bupati terlantik. 


(Bambang Wahyu Widayadi)

Sabtu, 27 Februari 2021

SUNARYANTA - HERI SUSANTO MEMILIH TIGA, GUBERNUR DIY MENYEDIAKAN LIMA KEMULIAAN



Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul Sunaryanta-Heri Susanto, mulai 1 Maret 2021 menggarap Bumi Handayani melalui tiga prioritas: pertanian, pariwisata dan investasi.


Gagasan pemimpin baru ini terkoneksi atau tidak dengan tajuk menyongsong abad Samudra Hindia warga Gunungkidul berhak mencermatinya.   Visi dan Misi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono ke 10 bertajuk Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk Kemuliaan Martabat Manusia Jogja. Tema itu disampaikan di dalam rapat paripurna DPRD DIY 16 Oktober 2017 silam.


Seluruh Bupati dan atau Walikota di DIY secara struktural terikat oleh visi dan misi Gubernur yang isinya dijabarkan dalam bentuk lima kemuliaan. Dikutip dari laman Humas Pemerintah DIY, lima kemuliaan yang kemudian dusebut Panca Mulia itu menjiwai Renacana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD empat kabupaten satu kota.


Kemuliaan pertama, meningkatkan kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat yang berkeadilan dan berkeadaban. Hal ini dicapai melalui peningkatan kemampuan dan  ketrampilan sumberdaya manusia Jogja yang memiliki daya saing.  Kemuliaan kedua meningkatkan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat. Penguatan ekonomi  berbasis  sumberdaya lokal, untuk mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus pemerataan ekonomi  berkeadilan.


Kemuliaan ketiga, meningkatkan harmoni kehidupan bersama, baik pada lingkup masyarakat maupun pada lingkup birokrasi  berdasarkan toleransi, tenggang rasa, kesantunan dan kebersamaan.     Kemuliaan ke empat mewujudkan tata dan perilaku penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis.


    Kemuliaan kelima mewujudkan perilaku  aparatur sipil penyelenggara pemerintahan atas dasar tegaknya nilai–nilai integritas, menjunjung tinggi kejujuran, nurani rasa malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan pemyimpangan dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme.


    Empat dan atau lima tahun ke depan, kedua pemimpin muda itu akan merealisasikan lima kemuliaan seperti dijabarkan Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono ke 10, atau hanya sebagian penilaian ada di tangan rakyat.



(Bambang Wahyu Widayadi) 


IJIN CAFE AND KARAOKE PUSPITA II 100% KOMPLIT

Pernyataan Suyanto pada berita ANGGOTA DEWAN MENDIRIKAN CAFE DAN KARAOKE TANPA UPL/UKL TANPA TDUP
Suyanto anggota DPRD Gunungkidul saat membuka Cafe and Karaoke Puspita II di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul yang oleh masyarakat dianggap ijinnya belum lengkap adalah keliru.

Saya anggota dewan, kalau sampai hal yang menyangkut Peraturan Daerah terkait perijinan saya tabrak, itu namanya saya tidak tahu diri," ujar Suyanto meluruskan kecurigaan dan tudingan publik 27-2-2021. 

Dia menyatakan tahu banyak tentang aturan mendirikan Cafe bahwa harus tunduk pada UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan serta Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM / 87 / HK. 501 / MKP / 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman.   

Pemilik Cafe berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sekurang-kurangnya harus menyimpan enam dokumen, semua dia lengkapi. 

"Semua dokumen perijinan ada termasuk UKL/UPL serta TDUP," tegasnya. 

Pemerintah, melalui institusi resmi yaitu Pratama, kata Suyanto, mulai tahun 2020 bahkan  telah menagih pajak kepadanya. Nilainya Rp 3 juta. 

"Itu artinya bahwa Puspita II yang ada di Pantai Sarangan, Ngestirejo, Tanjungsari adalah legal" tandasnya. 

Lebih rinci Suyanto menyatakan, bahwa Puspita II itu sebatas  menyewakan room, 1 jam Rp 50 ribu. Dia tidak berjualan makanan dan minuman yang aneh-aneh yang dilarang pemerintah.

"Jujur, bahwa anak saya memang berjualan makanan tetapi jenisnya angkringan," bebernya. 

Di Pantai Selatan, Suyanto berniat mengembankan pariwisata dengan cara normatif serta elegan. 

"Saya harus memberi contoh kepada pelaku usaha di bidang pariwisata agar mereka juga menyokong pendapatan asli daerah dengan cara membayar pajak," kata dia. 


(Bambang Wahyu Widayadi)

Jumat, 26 Februari 2021

BUPATI SUNARYANTA TIDAK MELUPAKAN NASI KUCING

Suasana di kediaman Sunaryanta usai dilantik 26/2/2021
Bupati dan Wakil Bupati Gunungkidul pilihan rakyat Sunaryanta -  Heri Susanto dilantik di Kepatihan  oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono ke 10. Sejak hari Jum'at Pon 26-2-2021 Sunaryanta resmi memimpin  Gunungkidul.


Meski ke tempat pelantikan Sunaryanta telah menggunakan mobil dengan nomor polisi AB 1 D tetapi sifat bersahajanya tercermin dalam persiapan penerimaan tamu.


Mulai dari penyediaan  kursi tamu hingga hidangan makan siang tidak ada yang mewah dan tidak ada yang berubah. Soto bihun dengan lauk telor puyuh, sate usus, bahkan nasi kucing sengaja dipajang untuk prasmanan.


Pada masa kampanye Sunaryanta memang pernah bilang bahwa hubungan personal antara dirinya dengan warga Gunungkudul tidak akan ada yang berubah. 


Hal itu dia buktikan usai pelantikan. Yang dimakan para tamu dengan yang dimakan Sunaryanta dan keluarganya tidak berbeda.


Namun demikian ada segelintir warga yang menuding pensiunan tentara berpangkat mayor ini hidup bermewah-mewah.


Ada mobil dinas kok  membeli kendaraan operasional Maung Pindat. Iya sih itu uang pribadi, ujar mereka sinis.


Pak Mayor, demikian sapaan akrab Bupati baru ini sepertinya tidak baperan. Tiba di rumah Kwarasan Wetan pukul 12.25 WIB  dia lansung menyalami para tamu dan foto-foto sebentar.


Dari Kepatihan Sunaryanta memang tidak menuju  Rumah Dinas. Petugas Satpol PP yang di gardu jaga menginformasikan bahwa Senin 1-3-2021 merupakan hari pertama Bupati Sunaryanta masuk kantor.  


(Bambang Wahyu Widayadi)

ANGGOTA DEWAN MENDIRIKAN CAFE DAN KARAOKE TANPA UPL/UKL TANPA TDUP

Suyanto, pemilik Cafe and Karaoke Puspita II
Suyanto anggota DPRD Gunungkidul membuka Cafe and Karaoke di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul. Publik menengarai bahwa usaha  tersebut dokumen perijinannya belum lengkap. 


Mendirikan Cafe menurut  UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan terutama Pasal 14 huruf e diartikan sebagai usaha menjajakan minuman dan makanan.


Sementara soal prosedur pendirian Cafe diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM / 87 / HK. 501 / MKP / 2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman.


Pemilik Cafe berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku sekurang-kurangnya harus menyimpan enam dokumen.


Pertama, akta pendirian badan usaha. Kedua fotokopi KTP penanggungjawab. Ketiga, fotokopi NPWP pemilik. Keempat fotokopi pengelolaan lingkungan hidup (UPL/UKL). Kelima proposal atau rancangan usaha. Keenam, Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP).  


Dari keenam dokumen itu yang menyangkut perijinan daerah adalah UPL/UKL serta TDUP.


Yang dipertanyakan masyarakat, sudahkah Cafe and Karaoke Puspita II mengantongi UPL / UKL dan TDUP.


Dikonfirmasi,  Suyanto menjelaskan, bahwa semua ijin sudah ada di tangan, mulai dari hak guna tanah Sultan Ground hingga sejumlah persyaratan yang ditentukan Peraturan Perundangan yang berlaku. 


"Kalau dari Kementrian Perdagangan telah mengeluarkan ijin, otomatis seluruh kelengkapan dokumen sudah saya pegang," ujar Suyanto di rumahnya Sokaliman 2,  Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.


Politisi Partai Demokrat yang anggota Komisi A itu  menunjukkan sejumlah dokumen meski tidak berkaitan langsung dengan subyek usaha yang sedang dijalankannya.


Cafe and Karaoke milik Suyanto terletak di Pantai Sarangan, Desa Ngestirejo, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Tanah yang digunakan sebagai  tempat untuk mendirikan bangunan serta usaha adalah kategori Sultan Ground dengan hak eigendom atas nama Raden Mas Triyanto Prastowo Sumarsono ahli waris turun temurun Sri Sultan Hamengku Buwono Ke 7.  


Tanah yang luasannya tidak disebutkan itu dipinjamjamkan oleh pemiliknya kepada Suyanto, yang beralamatkan di Sokaliman 2, RT 05 RW 20, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.


Bukti akta pinjam pakai Nomor 4, tanggal 27 Januari 2020  diterbitkan oleh Notaris Dwi Noor Yudisatmoko, SH. 


Dengan RM Triyanto Prastowo Sumarsono selaku pemilik tanah SG yang syah, Suyanto tidak ada persoalan, sementara hubungannya dengan Pemda Gunungkidul agak berbeda. 


Terkait dengan perijinan daerah berupa UKL/UPL serta Tanda Daftar Uusaha Pariwisata (TDUP) Suyanto selaku pemilik Cafe and Karaoke Puspita II belum menunjukkannya. 


(Bambang Wahyu Widayadi)

Kamis, 25 Februari 2021

SUNARYANTA MAU BERPIHAK KEPADA RAKYAT ATAU KEPADA OLIGARKI

Persoalan di negeri ini (di Indonesia) adalah who is real in control  (siapa yang berkuasa).  Sebab berbicara sistem yang kita jalankan sekarang, sengaja atau tidak, itu oligarki.


Kalimat di atas adalah pernyataan pengamat politik Prof. Salim Haji Said Ph.D dilansir dari JPNN.com 23-2-2021. 


Sebagai miniatur Indonesia, siapa yang berkuasa di Kabupaten Gunungkidul tentu analog dengan Jakarta.


Bupati terpilih, H. Sunaryanta apakah berkuasa penuh atas Bumi Handayani, perlu dicermati sejak purnawirawan militer berpangkat mayor itu duduk di kursi Bupati Gunungkidul 26-2-2021. 


Tekad politik yang dia kemukakan pada masa kampanye Pilkada 2020 seperti dikemukakan Ketua DPRD Endah Subekti Kuntariningsih, SE. akan dipelototi habis-habisan. 


Secara filosofis, selama kampanye tempo hari, Mayor Purnawirawan Sunaryanta mengusung tajuk Gunungkidul Membangun.


Bumi Handayani akan didorong ke arah gumebyarnya daerah,  ibarat mercusuarnya Indonesia.


Dalam Gunungkidul membangun, semua pihak dilibatkan dalam dinamika dan proses menuju ke arah Abad Samudera Hindia sebagaimana visi dan misi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono Ke 10.  


Sasaran utama Gunungkidul gumebyar, menurut Ketua DPD NasDem Gunungkidul Supardjo, SIP adalah terangkatnya perekonomian rakyat, bukan yang lain. 


Sri Sultan HB 10 dalam menyongsong Abad Samudera Hindia mencanangkan lima kemuliaan alias Panca Mulia.  


Sasaran Kemuliaan kedua adalah meningkatnya kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat. Penguatan ekonomi berbasis sumberdaya lokal untuk mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat sekaligus pemerataan ekonomi berkeadilan.


Empat tahun ke depan, 2021- 2024 tangan Sunaryanta akan berpihak kepada rakyat atau kepada oligarki, itulah yang harus dicermati atau dikawal.  


(Bambang Wahyu Widayadi) 


Selasa, 23 Februari 2021

DRAMA PARIWISATA GUNUNGKIDUL KRIWIKAN DADI GROJOGAN

Mohon sikap tegas pemda Gunungkidul dalam menindak segala bentuk pelanggaran investor khususnya kelengkapan perijinan. 


Jika tidak ada tindakan patut diduga ada keterlibatan oknum pemda yg ikut bermain melegalkan segala bentuk pelanggaran, apakah ada anggota dewan yg terlibat?


Kalau sudah seperti ini KPK wajib hadir melalukan pemeriksaan. Ketika daerah tidak mempan, presiden melalui kapolri segera melakukan tindakan pemeriksaan. 


Apakah harus nunggu surat aduan?? Ok sudah kita siapkan dan tinggal kirim.  Saya yakin tidak ada yg kebal hukum dinegeri ini. Bismillah gaas...!!! 


Statemen di atas merupakan tulisan yang diunggah Rino Caraka dari LSM Jerami di akun Facebook karena jengkel menyaksikan semrawutnya pemodal yang masuk ke Gunungkidul.


Saya menduga, Rino merekam  semacam kenakalan para tamu yang terhormat (pengusaha) dalam membuka lapak di sepanjang pesisir pantai selatan.


Saya berfikir sedikit berbeda dengan Rino. Yang nakal itu para tamu, apa para  tuan rumah. Atau kedua duanya nakal. 


Tuan rumah untuk Kabupaten Gunungkidul, mengutip pernyataan anggota DPRD DIY Supardja, SIP adalah Bupati dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta DPRD dan 45 anggotanya.


OPD seperti diketahui bersama, secara struktural berada di bawah koordinasi Pak Carik alias Sekretaris Daerah.  


Saat ini, sebelum Bupati terpilih H.  Sunaryanta dilantik di oleh Gubernur pada 26-2-2021, Pak Carik perlu menjelaskan duduk persoalan terkait ribut-ribut institusi swasta bernama Heha Ocean View (HOV).


Penjelasan tersebut menjadi penting mengingat Carik Dradjat Ruswandono kali ini menjadi Lurah Gunungkidul, walau hanya selama dua minggu.


 Untuk apa bicara? Agar publik tahu, dan supaya tidak timbul kasak-kusuk, kriwikan dadi grojogan.


KPK telah masuk Jogja membongkar data terkait pembangunan stadion Mandala Krida.


Bukan tidak mungkin lembaga anti rasuah itu juga mampir ke Gunungkidul.


(Bambang Wahyu Widayadi)








Senin, 22 Februari 2021

BUMI GUNUNGKIDUL BUKAN "KEBON SUWUNG"

Supardja, SIP
Kabupaten Gunungkidul yang luasnya 46% dari luas DIY menyimpan potensi alam yang super komplit. Penjaga  yang dipercaya oleh rakyat untuk mengamankan Bumi Handayani adalah Bupati dan 45 anggota DPRD. Bagaimana kerja mereka kaitannya dengan potensi pariwisata? 

Belakangan dua institusi itu diduga lengah. Akibanya tamu yang mengaku berkantong tebal nekad berbuat nakal. Mereka bahkan nyaris menganggap bahwa Bupati dan DPRD itu tidak ada. 

Padahal para intelektual itu tahu, bahwa dalam setiap Peraturan Daerah pasti terdapat penjelasan  mengenai pengertian Pemerintah Daerah.   

Supardja SIP anggota DPRD DIY angkat bicara, bahwa Pemda DIY dilaksanakan oleh Gubernur dan jajarannya bersama DPRD 1 dan anggotanya. Begitu pula dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.    

Menurut Supardja,  berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah bersama DPRD 2 yang beranggotakan 45 orang.    

Baik Gubernur bersama DPRD 1 maupun Bupati dengan DPRD 2 merupakan satu kesatuan, sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 

Terkait perkembangan pariwisata di Gunungkidul Ketua DPD NasDem itu menyatakan, Gunungkidul yang dijaga oleh Bupati bersama DPRD 2 kiblatnya tidak boleh menyimpang dari konsep DIY menyongsong abad Samudra Hindia.

Untuk itu pariwisata Gunungkidul pengembangannya adalah untuk kemakmuran rakyat, bukan untuk segelintir orang (pengusaha) dan kroni-kroninya.   Bumi Gunungkidul bukan hanya digawangi Bupati dan DPRD 2. Kedua  institusi tersebut, kata Supardja memiliki legalitas dalam mengatur segala sesuatu, termasuk penataan pariwisata.

Terkait ribetnya Heha Ocean View, sejumlah pengamat menyatakan, bahwa eksekutif dan legeslatif harus ada keberanian mulat Sarita hangrasa wani. Gunungkidul bukanlah kebon suwung yang bisa diacak-acak pihak luar semaunya.

(Bambang Wahyu Widayadi)










Minggu, 21 Februari 2021

GUSTI ANING SOROTI KEPEMILIKAN TANAH

Gusti Aning
Kerabat Kraton Yogyakarta Raden Mas Hertriyasning yang akrab disapa Gusti Aning merespon hiruk pikuk penguasaan tanah di Kabupaten Gunungkidul. Sumbu pendeknya adalah Heha Ocean View (HOV). 

"Jual beli tanah adalah hak setiap warganegara, tetapi semua itu tetap mengacu aturan kewilayahan," ujarnya 21-1-2021.  

Kabupaten Gunungkidul menurutnya  diatur dengan Perda  No. 130 tahun 2017 tentang izin pemanfaatan ruang. 

Perda tersebut jelas  mengatur luasan dan alih fungsi serta segala macam ijin.

Begitu pula Surat Edaran Gub DIY No. 13/SE/VIII/2017 tentang ijin Penataan, Pengawasan dan perlindungan Tanah Kasultanan.

Tidak hanya itu, masih dilengkapi MoU antara Pemkab Gunungkidul dengan Panitikismo-Gubernur DIY No 103/W&K/06/2016 tanggal 21 Juni 2016, tentang penertiban dan penataan Tanah SG, dan Pergub no 16 tahun 2011 tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau kecil. 

"Tetapi semua itu kembali kepada tangan kekuasaan (penguasa: red) yang membabi buta. Sementara itu saya belum ada data untuk babi yang buta," ujarnya berseloroh.

Gusti Aning menunjuk satu contoh dermaga Sadeng.  Saat ini tanah seluas 2,9 hektar dikuasai oleh 1 orang, dan itu pejabat. 

"Bagaimana bisa, TPI milik Pemerintah Propinsi dikuasai perseorangan dengan kekancingan resmi. Saya ada  fotokopi kekancingan tersebut," tegasnya.

Tersiar kabar, bahwa Lembaga Paniti Kismo sedang menerjunkan tim penelusuran lapangan. Penelusuran tersebut untuk mengetahui ada tidaknya tanah SG yang diserobot para pembeli tanah.

Menurut Gusti Aning, penelusuran itu akan sia-sia

(Bambang Wahyu Widayadi)

SETELAH DILANTIK: SUNARYANTA AKAN "UMBAR PELURU"?

Sunaryanta
Sunaryanta dilantik 26 Februari 2021. Gebrakan pertamanya ditunggu warga. Heha Ocean View terancam?


Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati terpilih Mayor Purnawirawan H. Sunaryanta dan Heri Susanto dipastikan terlaksana Minggu ke empat Februari 2021. 


Dihubungi melalui pesan singkat, H. Sunaryanta membenarkan ihwal kabar pelantikannya.


"Betul, kami dilantik tanggal 26 Februari 2021," ujar Sunaryanta, Minggu, 20-2-2021. 


Saat menjawab pertanyaan media, posisi Sunaryanta sedang berada di Jakarta dalam rangka  bertemu dengan beberapa kementerian serta duta besar. 


"Minggu depan, saya balik Gunungkidul," kata Sunaryanta.  


Sisi lain ada kabar mengejutkan, bahwa dua hari setelah pelantikan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, destinasi wisata Heha Ocean View akan segera ditutup total.


Publik memperkirakan ini shock terapi yang dilakukan oleh Bupati terpilih.


Ketika dikonfirmasi Sunaryanta menjawab singkat.


"Saya belum tahu persis," kata dia.  


Dihubungi terpisah, Joko Priyatmo (Jepe) menyatakan, Sunaryanta akan bersikap sangat hati-hati dalam menyelesaikan sejumlah persoalan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. 


"Dia memang seorang prajurit, tetapi saya yakin tidak akan mengumbar peluru sembarangan tanpa mempertimbangkan secara matang," ulasnya.


(Bambang Wahyu Widayadi)















Jumat, 19 Februari 2021

BUMI GUNUNGKIDUL DI BAWAH BAYANG-BAYANG BROKER TANAH

Budi Oetomo Prasetyo dan H. Subardi

Budi Oetomo Prasetyo mantan Ketua DPRD mengatakan Zone selatan  tanah seluas 1.400 hektar telah berpindah ke tangan para investor. Dengan alasan penanaman modal untuk mendongkrak pendapatan asli daerah sejumlah tanah strategis di Gunungkidul diburu oleh para investor.


Sementara itu H. Subardi anggota DPR RI dari Partai Nasional Demokrat menyatakan di Gunungkidul tidak ada investor. Yang bermain tanah, menurutnya adalah para broker.    


Secara tegas dia mengaku tahu persis karena semua broker tanah yang bermain di Gunungkidul adalah teman H. Subardi. 


Indikasi kehadiran Heha Ocean View (HOV) tercium sejak tahun 2019. Pengamat dinamika bisnis Gunungkidul Joko Priyatmo (Jepe) menengarai pernyataan Ketua DPW NasDem DIY merupakan pertanda adanya koneksitas pengusaha dan penguasa politik di Gunungkidul. 


"Pembangunan infrastruktur HOV tentu tidak serta-merta atau sim salabim sehari semalam jadi," ulas Jepe 19-2-2021.


Menurutnya banyak pejabat publik yang terlibat atau memberi dukungan atas terlaksananya pembangunan HOV. 


"Pejabat politik di ujung tombak jelas Lurah, sementara pejabat penentu kebijakan adalah Bupati. Ada permainan macam apa tidak seorang pun mengetahuinya," kata Jepe.  


Apakah ada suap di sana, itu dugaan yang bisa saja benar, bisa pula salah, imbuh dia. 


Untuk itu, menurutnya pihak yang berwenang musti melakukan investigasi, supaya masyarakat tidak berburuk sangka. 


"Sunaryanta, Bupati terpilih yang kabarnya akan dilantik pada minggu terakhir bulan Februari 2021, nyali dan ketegasannya benar-benar ditantang," tandasnya. 


Penanaman modal di HOV yang dihadapi Bupati terpilih, sebagaimana yang tersebar dari mulut ke mulut adalah bukan orang sembarangan.


(Bambang Wahyu Widayadi)










BOM WAKTU MELEDAK DI AREA PARIWISATA

Kaum borjuis alias orang-orang kaya atau pengusaha banyak merebut kursi legeslatif  mulai dari Jakarta hingga Kabupaten.  Diburu pula kursi Kepala Daerah mulai dari Gubernur Bupati dan Walikota. Berburu Kursi untuk apa?  


Kepentingan mereka cukup jelas. Para politisi yang pengusaha itu memburu rente guna melindungi kerajaan bisnis yang jauh sebelumnya telah mereka bangun.


Mengutip data ICW, seperti dilansir NBC Indonesia ekonom Faisal Basri menyatakan  bahwa nggota DPR RI 2014-2019 menunjukkan bahwa dari 560 anggota DPR RI sebanyak 293 orang berlatar belakang pengusaha. 


Periksa rujukannya ada di https://www.cnbcindonesia.com/news/20191007140241-4-104956/makin-banyak-pengusaha-rangkap-jadi-politisi-berbahayakah


Di luar fakta yang diungkap Faisal Basri di Daerah Istimewa Yogyakarta ada kecenderungan bahwa  mantan pejabat eksekutif membangun kerajaan bisnis pariwisata. 


Fakta terbaru di Kabupaten Gunungkidul ada ribut-ribut bisnis pariwisata yang patut diduga karena adanya koneksitas dengan tokoh politik yang masih aktif. 


Apakah politisi itu hanya membackup atau justru terlibat langsung dalam mengembankan bisnis pariwisata belum terkonfirmasi. 


Apa mendirikan kerajaan bisnis pariwisata itu  salah? Tidak, karena konstitusi negara menjamin kebebasan berusaha untuk seluruh warga negara.


Tidak dipatuhinya protokol kesehatan di area pariwisata pada masa pandemi menjadi pintu masuk ke sebuah kamar yang patut diduga merupakan kebobrokan birokrasi.


Bom waktu meledak di Gunungkidul. Dan  pembangunan kerajaan bisnis pariwisata tersebut memunculkan banyak teka-teki.


Masyarakat makin penasaran karena pejabat publik mulai dari Lurah hingga Bupati tidak ada suara. Inilah yang patut ditelisik media agar semua terang benderang.Tunggu tulisan berikutnya. 


(Bambang Wahyu Widayadi)






Selasa, 16 Februari 2021

PENGUASA DIDIKTE PENGUSAHA

Geger soal Heha Ocean View (HOV) tidak lepas dari agenda permainan yang dilakukan Pengusaha dengan Penguasa, atau sebaliknya Penguasa dengan Pengusaha. Penguasa lama (Badingah Immawan) lemah, bagaimana dengan Sunaryanta Heri Susanta?  


Artinya begini: Pengusaha melirik potensi wisata, berikutnya melakukan pendekatan kepada Penguasa di segala level mulai dari Desa hingga Kabupaten.

 

Yang kedua, Penguasa dalam hal ini eksekutif dan legeslatif berharap, para pemodal bersedia menanam dolar di Gunungkidul dengan dalih demi kemajuan daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat, walaupun alasan seperti itu tidak banyak terjadi.   


Spesial kasus HOV, ekspansi  Pengusaha sangat dominan, bahkan tingkatan sepak terjangnya mirip Jendral Romawi Julius Caesar. 


Vini Vidi Vici yang terjemahan bebasnya adalah saya datang, saya melihat, saya berkuasa merupakan  ucapan populer Jendral Romawi Julius Caesar pada tahun 47 Sebelum Masehi.


Julius Caesar menggunakan kalimat tersebut ditujukan kepada Senat Romawi untuk menggambarkan kemenangan atas pertempuran di wilayah Zela. 


 HOV terkesan seperti Julius Caesar, meski tidak terucapkan, ada nuansa saya datang, saya melihat, saya menguasai bumi pariwisata.


Fakta gegeran yang dibuka oleh sejumlah media baik lokal, regional maupun nasional menunjukkan bahwa Pengusaha mendikte Penguasa. 


Eksekutif dan Legeslatif dibuat tidak berdaya menyelesaikan kasus HOV. Di akhir masa jabatannya Badingah-Immawan terlihat sangat lemah. Di tahun kedua, Endah Subekti Kuntariningsih cq Ketua Dewan bahkan ikutan terkaget-kaget menghadapi kenyataan di Desa Girikarto Kapanewon Panggang.


Tumpuhan terakhir ada di pundak pasangan Bupati terpilih, Sunaryanta dan Heri Susanto. Sayang sekali, kabar pelantikannya mundur hingga awal Maret 2021.


Pertanyaan sederhana apakah Sunaryanta memiliki langkah cerdas, masyarakat harus menunggu satu setengah bulan ke depan. Apakah Suaryanta tidak berseberangan dengan segelintir anggota dewan, itu pun harus dilihat setelah de fakto de jure duduk di Sewoko Projo. 


(Bambang Wahyu Widayadi) 

Minggu, 14 Februari 2021

MANUSIA TAK BERKEPALA

Pada akhir zaman manusia hidup dalam  situasi  banyak melanggar janji. Mereka melupakan peringatan keras yang telah diberikan kepadanya. Lalu, manusia  diazab sampai mereka berputus asa. Semua manusia berbadan tetapi sebagian besar tidak berkepala. Manusia tidak bisa berfikir.

     Peringatan itu berupa seruan, jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi.


    Manusia menjawab: sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan untuk kepentingan ekonomi. 


  Kemudian  Allah  membukakan semua pintu kelebihan ekonomi untuk seluruh manusia yang melupakan peringatan keras. 


    Manakala manusia sedang bergembira dengan apa yang telah diberikan kepadanya, Allah siksa manusia secara tiba-tiba dengan pandemi corona. Ketika itu manusia terdiam dan putus asa.


     Religiusitas manusia pelanggar janji luluh lantak.  Kebingungan saja yang ada di kepala mereka. Mau bersekutu dengan apa dan siapa, manusia tak bakalan sanggup menghentikan pandemi sebagai sebuah ketetapan zaman.


    Manusia yang kebetulan menjadi pemimpin telah  kehilangan akal. Mereka terombang-ambing dengan kebijakan yang semenit silam diputuskan, gara-gara penyakit menular tidak gampang diatasi.


   Rakyat diblokir masuk rumah. Kegiatan diawasi secara ketat dengan istilah doktrin pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sekala mikro.


     Rakyat dikurung di dalam rumah. Mereka mau makan atau tidak, para pemimpin tidak ambil peduli. Para penguasa terus berimajinasi  penyakit menular bisa ditangani dengan kepala kosong. 


  Sebagian besar manusia tidak mampu melihat kalau Corona itu sesungguhnya merupakan akibat dari perbuatan tangannya sendiri. Mereka tidak menyadari karena telinga mulut dan mata mereka benar-benar pikun. Dan PPKM  tidak akan membuahkan hasil.  


  Agak emosional seorang teman  mengingatkan, kamu jangan cuma pintar crigis, coba tunjukkan jalan lain untuk menguasai keadaan. Ini darurat kemanusiaan, kata dia.   


 Saya jawab, usaha lahir sampean sudah tidak  kurang-kurang, tetapi upaya batin zero, zero dan zero.  


 Mintalah kepadaKu, demikian suara dari langit memecah kegelisahan, maka Aku akan mengabulkannya.  


 Memohon dengan kerendahan hati kepada Sang Khalik, itulah yang tidak pernah dilakukan oleh manusia di bumi yang tersiksa Corona. 


Munajat besar dengan Asmaul Husna itu solusi terakhir, dan manusia menolak mentah. 





(Bambang Wahyu Widayadi)







Sabtu, 13 Februari 2021

BALADA TUJUH SURGA DUNIA

Mereka menganjurkan kami harus selalu mencuci tangan, karena mereka telah terbiasa cuci tangan terhadap tanggungjawab yang dipikulkan kepadanya.


 Mereka meminta kami mengenakan masker, karena selama ini mereka memang rajin mengenakan topeng.   Mereka membujuk agar kami menjaga jarak, karena mereka tidak paham seluk beluk kehangatan silaturahmi. 


Mereka melarang kami hidup bergerombol, karena mereka memang mendewakan individualisme. 


Mereka mengunci dan mengurung kami di dalam rumah, karena mereka ingin leluasa bergerak di luar rumah untuk membangun menara kepentingan.


Mereka menyatakan siap disuntik  meski dadanya gemetar karena mereka ingin hidup sendiri dan kami mati lebih awal. Mereka tidak lebih baik dari para pengecut dan pecundang. 


Kami, di mata mereka  dianggap hanya merepotkan dalam  menggarong perut bumi. Mereka tidak paham, para penggarong itu menari-nari melingkari istana yang mereka bangun atas nama demokrasi.


Mereka jarang mensyukuri tujuh surga dunia seperti diceritakan Ki Dalang Purbo Asmoro. Tujuh surga dunia itu berpusat pads wudel, zakar, dubur, hidung, mata, telinga, serta mulut.


Wudel surga dunia pertama   dirasakan saat manusia bisa tidur pulas tanpa gangguan. 


Dan pada saat zakar memancarkan air mani  di situlah manusia menikmati surga dunia kedua.


Surga dunia ketiga berada di dubur. Semua manusia akan merasa lega setelah buang hajat besar. 


Surga dunia keempat pintunya berada pada hidung. Ketika penciuman hilang layaknya orang terserang Covid19, dipastikan ketidaknyamanan sangat menyiksa. 


Surga kelima berada di mata. Bisa melihat segenap keindahan dan membedakan siang serta malam, gelap dan terang merupakan kenikmatan yang sangat luar biasa.  


Pintu surga keenam ada di telinga. Ini  menyebabkan manusia bisa menikmati keindahan saat mendengarkan suara serba  harmonis dan menyenangkan.


Surga ketujuh mapan di mulut. Pusat keelokannya terletak di usus.  Begitu rupa manusia bisa menikmati lezatnya aneka kuliner yang sari patinya menjadi kekuatan hidup dalam pengembaraan sekejab. 


Segenap surga dunia adalah  kemahabesaran Sang Pencipta, dan manusia jarang menghargainya. Itulah kebebalan manusia. Sekaran atau esok sungguh diancam dengan azab yang pedih.  


(Bambang Wahyu Widayadi)




Jumat, 12 Februari 2021

PDAM TIRTA HANDAYANI DISERANG PELANGGAN

 

Toto Sugiharta, S.TP
Sejumlah pelanggan PDAM Tirta Handayani ngomel di media sosial kemudian menyerang perusahaan milik daerah itu. Toto Sugiharta, S.TP selaku Direktur yang baru, dituding sedang berjualan kopi mik. 


"Kami tidak memerlukan penjelasan macem-macem, yang kami harap, air PDAM Tirta Handayani itu jernih," ujar dua pelanggan asal Semanu dan Baleharjo," Jum'at 12/3/2021. 


Menanggapi kritikan pelanggan, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Toto Sugiharta, S.TP menyatakan, air keruh itu merupakan efek perbaikan menuju  peningkatan pelayanan. 


"Pencucian pipa sedang kami lakukan guna menghilangkan kotoran yang mengendap di dalamnya," ujarnya kepada awak media.  


Tentang panjang pipa yang sedang dikuras endapannya, menurut Dirut tidak mencapai ribuan meter.  


"Kami cukup melakukan di dua titik yaitu Semanu dan Baleharjo," terang Dirut PDAM.


Pelayanan ke depan, demikian dia berharap, bahwa para pelanggan  bisa menikmati air yang jernih.  


Air coklat yang mengalir ke pelanggan semua melalui meteran pengatur. Pertanyaan mereka, harus dibayar atau gratis. 


Menanggapi pertanyaan warga Direktur PDAM tidak menjawab substansi pertanyaan tetapi justru membalik fakta seperti menghindar. 

 

"Setahu saya air keruh itu terjadi sesaat, tidak sepanjang hari," tuturnya.   

Terkait geger air keruh tersebut publik menilai bahwa PDAM dipastikan  merugikan ribuan pelanggan.


(Bambang Wahyu Widayadi)


ASAL-USUL NAMA PANTAI GESING

Lingkar hijau pintu gua sebelum tertutup batu

Bergulir kabar dari mulut ke mulut bahwa ada cerita rakyat terkait dengan legenda. Cerita rakyat tersebut meriwayatkan asal usul nama Pantai Gesing.    

Beberapa  sumber menguatkan bahwa Gesing berkaitan  erat dengan kehidupan Sunan Geseng. 

Sementara nama Sunan Geseng berasal dari kata Gosong yang  maknanya RT r hangus karena terbakar. 

Raden Mas Kukuh Hertriasning kerabat Kraton Yogyakarta bercerita  bahwa nama Pantai Gesing itu nunggak semi (untuk mengenang) hadirnya Sunan Geseng di kawasan Pantai yang terletak di Desa Girikarto Kapanewon Panggang Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gusti Aning menuturkan bahwa  Sunan Geseng murid Sunan Kalijogo pernah bersamadi di gua kecil mepet tebing sisi tenggara Pantai Gesing.

Karena November tahun 2018  silam Pantai Gesing dihantam ombak besar maka pintu gua tempat Sunan Geseng bertapa tertutup reruntuhan batu. 

Nama kecil Sunan Geseng adalah Raden Cakrajaya. Cerita versi Wikipedia  hutan tempat Cakrajaya bertapa  terbakar tetapi dia tetap hidup bahkan sehat wal afiat meski tubuhnya hangus mengenghitam.

Oleh Kanjeng Sunan Kalijogo Cakrajaya kemudian dijuluki Sunan Geseng.    

FApakah pertapaan yang dimaksud adalah di Pantai Gesing Raden Mas Kukuh Hertriasning menyatakan hal itu masih misterius dan terus dikaji. 

"Termasuk apakah Sunan Geseng ada kaitannya dengan Kyai Panjolo si penemu Cupu masih juga ditelisik", ujar Gusti Aning 11/2/2021. 

(Bambang Wahyu Widayadi)

Selasa, 09 Februari 2021

CORONA BELUM REDA GUNUNGKIDUL DIOBOK-OBOK BANJIR

 

Mantan Sekda Gunungkidul Budi Martono terheran-heran. Kabupaten terluas di DIY  belakangan ini sering dilanda banjir. Kok bisa, kata dia 9 Februari 2020.

   

Menurutnya banjir di Bumi Handayani tidak terlepas dari tangan manusia. Saya membaca bahwa air itu sedang marah, simpulnya. 


Cak Budi, demikian sapaan mantan Carik Kabupaten Gunungkidul itu, berikutnya meminjam buah pikiran ahli Astrofisika Hubert Reeves.


"Manusia adalah makhluk yang paling gila. Mereka memuja Tuhan yang tidak terlihat dan merusak alam yang terlihat tanpa menyadari bahwa alam yang sedang mereka rusak sebenarnya adalah manifestasi Tuhan yang mereka puja,” kutub Budi Martono.

 

Terkait banjir Gunungkidul yang terjadi di mana-mana dia menduga manusia tidak pernah berfikir  bahwa sekarang ini adalah jaman jagad murka. 


Budi Nartono menyarankan bahwa konsep Geopark alias Taman  Bumi harus dimuliakan, sebisa mungkin tidak dirusak.


Dihubungi terpisah pengamat lingkungan Joko Priyatmo bilang bahwa pemangku kepentingan dan masyarakat tidak melakukan mitigasi banjir. 


"Ke depan, kota Wonosari bisa tenggelam karena diobok-obok banjir," ujarnya.

 

(Bambang Wahyu Widayadi)



Senin, 08 Februari 2021

JOKOWI DIKUDETA

Presiden Jokowi mempopulerkan protokol kesehatan 3M: mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Belakangan dia menyesal keputusannya itu tidak mempan. Jokowi sedang menghadapi kudeta alam, sayangnya dia tidak merasa. Selengkapnya ada di: https://youtu.be/QqCy__BUWJk

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...