Nawa Cita 2 |
Terkait Nawa Cita 2, Jokowi bertekad membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Langkah Jokowi dirintis melalui 6 (enam) jalur utama.
Pertama, Jokowi igin memulihkan
kepercayaan publik terhadap pemerintah, melalui reformasi sistem kepartaian,
pemilu dan lembaga perwakilan.
Jokowi gerah terhadap cara
kerja para politisi. Terlebih ketika di negeri ini lahir Koalisi Indonesia
Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP).
Ketidaksenangan Jokowi
terhadap sistem kepartaian di Indonesia diimplementasikan dalam bentuk
menaklukan ketua-ketua partai dengan cara menarik masuk ke dalam kabinet yang
dipimpinnya.
Langka Jokowi bukan memperbaiki
sistem kepartaian melainkan membungkam partai supaya tidak ribut mempersoalkan
kebijakan yang dijalankannya. Delapan partai dibuatnya tak berkutik, tetapi
empat parpol seperti PAN, PKS, Gerindra dan Demokrat tetap pongah berada di
luar kabinet.
Upaya meningkatkan
keterwakilan perempuan, ini poin yang kedua dari Nawa Cita 2, bukanlah hal yang
baru. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah merintIs ambang 30% perempuan
terlibat di kepengurusan parpol dan pencalegan.
Sistem pemilu yang baru memang
terjadi pada masa kekuasaan Jokowi, yakni Pileg dan Pilpres dilakukan serentak .
Munculnya Parpol yang ditopang penuh oleh perempuan memang terjadi, yakni dengan
berdirinya Partai Solidaritas Indonesia yang dikomandani Grace Nataly.
Keinginan Jokowi membangun sistem
kepartaian tidak ada perbaikan yang berarti. Jumlah partai tidak berkurang
melainkan bertambah. Peserta pemilu 2014 hanya 12, sementara tahun 2019
membengkak karena munculpartai baru seperti Beringin Berkarya, Garuda, dan PSI.
Di samping, itu tingkat
kepercayaan rakyat pada DPR makin merosot. Tingkah sebagian aktor politik hampir di seluruh parpol relatif buruk dan memuakkan.
Jokowi berkeinginan memperkuat
kantor Kepresidenan. Ini merupakan item
ketiga dari Nawa Cita 2.
Kehendak Jokowi
diaktualisasikan dalam bentuk mendirikan lembaga di bawah Presiden. Wujudnnya berupa
Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang dipimpin
intelektual muda Yudi Latif.
Lembaga yang secara khusus
ditugasi mengurus Pancasila itu dibentuk Jokowi pada bulan Juni 2017. Hamir setahun
berjalan, hasil kerja lembaga yang dikomandani Yudi Latif tidak kelihatan.
Agak aneh, di luar UKP-PIP,
Jokowi mengangkat para pensiunan seperti Megawati Soekarno Putri, Tri Sutrisno,
dan yang lain menjadi Pengurus UKP-PIP. Kewenangan dan ketugasan pengurus
UKP-PIP tidak begitu jelas, klik di https://news.detik.com/berita/d-3522402/.
Program keempat, Jokowi bertekad
membangun transparansi tata kelola pemerintahan. Ini bukan gebrakan baru,
karena transparansi itu di sepanjang sejarah dikontrol oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Hasil pemeriksaan BPK terhadap
kerja pemerintah dinyatakan dalam status
Wajar Tanpa Perkecualian (WTP). Mantan Ketua MK, Mahfud MD menyebut, status WTP
yang diraih lembaga pemerintahan tidak berarti bahwa bersih dari korupsi.
Item kelima dari Nawa Cita 2,
Jokowi getol menjalankan reformasi birokrasi. Pada proses perjalanan, pembentukan
UKP-PIP beserta pelantikan pengurus, bertentangan dengan reformasi birokrasi
yang dia canangkan.
Item terakhir dari Nawa Cita 2,
partisipasi publik dibuka lebar. Ini bisa dimaknai, rakyat boleh menilai
terhadap kerja Pemerintah. Tetapi ketika rakyat mempertanyakan masuknya tenaga
asing ke proyek-proyek yang dikerjakan Cina, Jokowi memperlihatkan
ketidaksukaan atas pertanyaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda