NKRI terbelah menjadi dua
bagian adalah realitas hari ini. Seperti tertulis dalam sejarah, mirip pecahnya
Kraton Yogyakarta. Satu pihak berada di Kasultanan, pihak lain mengikuti
kelompok Kasunanan. Itulah karya besar Belanda pada zaman Perjanjian Giyanti
tahun 1755.
Siapa yang menangguk untung?
Pasti bukan kerabat Kraton. Hasil skenario besar politik pecah belah begitu
terang-benderang berada ada di tangan penjajah Belanda.
Sejak tahun 2015, Rakyat
negeri ini, sebagian berada di belakang Prabowo Subianto yang bangga mengenakan
kaos bertuliskan Presiden Indonesia. Sebagian
lain berada di belakang Joko Widodo yang kukuh dengan Nawa Cita dalam segala
bentuk kekurangannya.
Indonesia berada di
perbenturan nyata, satu membenarkan diri sendiri, dengan cara menyalahkan pihak
lain. Ini adalah karya besar sebuah skenario perebutan kekayaan.
Boleh disebut, Prabowo-Jokowi
rebut balung tanpo isi. Mereka diadu satu sama lain. Mereka berdua tidak sadar
bahwa sedang berada dalam bahaya.
Dan berjuta-juta pengikut
mereka yang taklid buta meramaikan perang di palagan media sosial. Kelompok
satu ingin menerkam, bahkan menggannyang kelompok yang lain. Mereka lupa, bahwa
Negeri Jamrut Katulistiwa, Sang Ibu Pertiwi berada di genggaman para Naga.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda