GUNUNGKIDUL, - Di samping
mengenal huruf Latin, orang Jawa mengenal huruf Arab. Istimewa, orang Jawa memiliki
aksara (huruf) Jawa. Di dalam aksara Jawa tersimpan pesan sindiran, yang selama
ini tidak pernah terpahami. Dalam kaitan ini diperingatkan dengan pernyataan
pendek: Wong Jowo ilang Jawane, (Orag Jawa tercerabut dari kebudayaannya).
Dicermati lebih jauh, orang Jawa juga mengenal tahun Masehi, Hijriyah dan
tahun Saka. Hanacaraka, terkait erat dengan tahun Saka, yang di berbagai
literatur disebutkan, tahun Saka diinisiasi oleh raja Aji Saka.
Merunut substansi ajaran Islam, manusia diciptakan
sebagai kalifatullah fil ardhi (sebagai
utusan Alloh di bumi). Tugas utama adalah menyelamatkan bumi, dan bukan merusak
bumi.
Ada kesamaan dengan substansi utusan, yang dalam Hanacaraka
digambarkan dua orang (Doro dan Sembodo). Mereka melakukan tugas yang sama
menjaga pusaka berupa keris ligan tanpa rangka.
Datasawala dikandung maksud tidak bisa mengelak, mau
tak mau tugas sebagai utusan itu harus dijalankan.
Dora dan Sembodo digambarkan Padhajayanya. Maknanya,
sebagai utusan, sama-sama mengklaim bahwa tugas yang dipikulkan ke pundaknya
adalah benar. Mereka, kemudian berebut benar. Sementara kebenaran yang mereka perebutkan tidak sama benar dengan apa
yang mereka pikirkan..
Perkelahian pun tak terhindarkan, ujung-ujungnya
Magabathongo. Keduanya menjadi mayat, dan klaim tugas sebagai wakil tidak
terwujud.
Ini sebuah metafora yang teramat halus untuk seluruh
umat manusia yang selalu saling merasa benar. Tugas utama menyelamatkan bumi
tidak pernah teraktualisasi. Yang terjadi justru eksploitasi bumi, air beserta
isinya. Inilah protipe maling teriak maling.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda