Rabu, 04 April 2018

HANACARAKA, PESAN SINDIRAN YANG TAK TERPAHAMI



GUNUNGKIDUL,  - Di samping mengenal huruf Latin, orang Jawa mengenal huruf Arab. Istimewa, orang Jawa memiliki aksara (huruf) Jawa. Di dalam aksara Jawa tersimpan pesan sindiran, yang selama ini tidak pernah terpahami. Dalam kaitan ini diperingatkan dengan pernyataan pendek: Wong Jowo ilang Jawane, (Orag Jawa tercerabut dari kebudayaannya).


Dicermati lebih jauh, orang Jawa  juga mengenal tahun Masehi, Hijriyah dan tahun Saka. Hanacaraka, terkait erat dengan tahun Saka, yang di berbagai literatur disebutkan, tahun Saka diinisiasi oleh raja Aji Saka.


Merunut substansi ajaran Islam, manusia diciptakan sebagai  kalifatullah fil ardhi (sebagai utusan Alloh di bumi). Tugas utama adalah menyelamatkan bumi, dan bukan merusak bumi.


Ada kesamaan dengan substansi utusan, yang dalam Hanacaraka digambarkan dua orang (Doro dan Sembodo). Mereka melakukan tugas yang sama menjaga pusaka berupa keris ligan tanpa rangka.


Datasawala dikandung maksud tidak bisa mengelak, mau tak mau tugas sebagai utusan itu harus dijalankan.


Dora dan Sembodo digambarkan Padhajayanya. Maknanya, sebagai utusan, sama-sama mengklaim bahwa tugas yang dipikulkan ke pundaknya adalah benar. Mereka, kemudian berebut benar. Sementara kebenaran yang  mereka perebutkan tidak sama benar dengan apa yang mereka pikirkan..  


Perkelahian pun tak terhindarkan, ujung-ujungnya Magabathongo. Keduanya menjadi mayat, dan klaim tugas sebagai wakil tidak terwujud.


Ini sebuah metafora yang teramat halus untuk seluruh umat manusia yang selalu saling merasa benar. Tugas utama menyelamatkan bumi tidak pernah teraktualisasi. Yang terjadi justru eksploitasi bumi, air beserta isinya. Inilah protipe maling teriak maling.


Bambang Wahyu Widayadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...