Minggu, 15 April 2018

TENTANG LANDASAN IDIIL, SAYA BERTANYA KEPADA SOEKARNO, BUKAN KEPADA SUHARNO



WONOSARI, Esay atau artikel bertajuk “Dasar Negara Republik  Indonesia Adalah Ketuhanan Yang  Maha Esa” yang saya bagikan di akun facebook 10/4 dengan link https://infogunungkidul.com.php?id=6052 ditanggapi Suharno, SE, Ketua DPRD Gunungkidul. Esay tersebut sebenarnya bertautan dengan artikel terdahulu berjudul Preambul UUD 1945 Karya Agung Manusia Sepanjang Sejarah.


Saya menduga, Ketua DPRD tidak membaca tulisan saya terdahulu. Secara pribadi dan secara tertulis, dia meminta kepada saya untuk menghapus postingan tersebut.


“Postingan jenengan mang hapus mbah,” pinta Suharno melalui aplikasi WhatapP, 10/4 pukul 16.46 WIB.


Menurutnya, tulisan saya menimbulkan kontroversi. Saya heran, kemudian saya jawab, bahwa saya tidak berrmaksud memancing kontroversi. Opini yang saya sertai link adalah cukup jelas. Saya tidak mengingkari Pancasila sebagai landasan idiil, tetapi justru meneguhkannya.


Lebih dari itu, saya berkeyakinan, bahwa landasan idiil dan landasan konstitusionil tidak bisa dipahami secara terpisah, karena keduanya merupakan kesatuan antara roh dan raga.


Saya kaget juga ketika Ketua DPRD Gunjngkidul menanggapi status di akun facebook. Pak Ketua menulis, “Ngati-ati Mbah,ndak tidak baik. Ini urusan idiologi bangsa dasar negara ya Pancasila”.

Esay yang saya tulis berseri / bersambung yang substansinya merupakan oto-kritik, karena saya merasa menjadi bagian kecil dari Bangsa Indonesia.


Tulisan saya yang kedua tidak terpisahkan dengan tulisan pertama. Aneh, Suharno tidak tergoda menanggapi tulisan pertama, tiba-tiba  berang masuk di postingan kedua.


Saya bertanggungjawab atas buah pikiran yang saya sebar ke publik. Untuk itu saya tidak akan menghapus postingan tersebut, termasuk tidak berhenti mengkaji landasan idiil dan landasan konstitusionil negeri ini, dari berbagai buku karya Soekarno.


Saya lebih nyaman bertanya langsung kepada Bung Karno melalui jejak tulisan-tulisan beliau yang tidak pernah dibaca oleh mereka yang mengaku sebagai Sukarnoist sejati.


Bambang Wahyu Widayadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...