Rabu, 18 April 2018

PEMILU SAMA DENGAN PESTA KUMBANG DAN KEMBANG



Berfikir sederhna itu sederhana. Pemimpin yang berlaga pada pesta demokrasi 2019 dan seterusnya, adalah peristiwa alami, paralel dengan pesta kumbang dan kembang.


Kumbang butuh makanan, kembang butuh penyerbukan. Untuk berkembang biak, keduanya pantang menyakiti. Hinggap di mana pun, kumbang tidak pernah mematahkan ranting, mengutip siraman rohani mendiang Zainudin MZ.


Calon Presiden, calon Wakil Presiden, calon Legeslator di semua tingkatan, serta calon anggota DPD, butuh kursi kekuasaan, implisit butuh penghasilan, atau apalah sebutannya oleh rakyat pasti diberi.


Cara traksaksional yang sangat memalukan sekaligus memilukan, tidak pernah dilakukan kumbang terhadap kembang. Keduanya kilafah alias taat pada hukum alam.


Calon pemimpin Indonesia 2019 berkehendak melindungi segenap bangsa, tetapi emoh menyimak perilaku kumbang dan kembang.


Dunia binatang (zoologi) dan dunia tumbuhan  (botani) adalah pergaulan lintas bangsa. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, dan setiap hari perilaku keduanya dipertontonkan di depan mata, tetapi manusia Indunesia sungkan memetik pelajaran karya agung dan dahsyat dari serangga kecil bernama lebah.


Alam sekitar memberi berjuta tanda, tetapi manusia Indonesia tetap saja tidak melihat, karena ukuran berhasil dan tidaknya kepemimpinan diletakkan di atas sepeda motor warna kuning yang modist, dan atau kuda pancal panggung Gagak Rimang tunggangan Haryo Penangsang.


Sebelum manusia Indonesia memahami perilaku kumbang dan kembang, perilaku politik manusia Indonesia, meminjam terminologi Jawa, Asu Gedhe Menang Kerahe, homo homini lopus.


Bambang Wahyu Widayadi
  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...