melon hijau untuk si miskin |
WONOSARI, - Melambungnya harga tabung
gas tiga Kg. selalu berulang setiap tahun. Kritik pedas dilontarkan kepada
Pemerintah, tetapi tidak ada jalan ke luar yang memuaskan masyarakat.
Kelangkaan Melon dianggap sebagai sebuah permainan, merupakan perkiraan tanda
dasar.
Elpiji yang dikemas dalam tabung 3 kg,
yang banyak disebut sebagai gas Melon merupakan produk monopoli. Melon
dibungkus dengan regulasi semu tanpa sanksi.
Label yang ditulis, bahwa tabung hijau
itu hanya untuk rakyat miskin, justru memancing
kecemburuan sosial. Si Kaya menjadi kepencut menikmati subsidi dari
Pemerintah.
Khusus di Kabupaten Gunungkidul banyak
dijumpai keluarga mampu, enggan membeli tabung biru. Menyebut contoh, untuk
keperluan sehari-hari, istri pegawai BUMN menyimpan 15 tabung melon.
Hal itu dilakukan karena melon sering menghilang dari pasar. Belum
pernah ada penelitian, namun diduga kuat pelaku usaha rumah makan, kadang ayam
broiler, pengusaha ban vulkanisir menggunakan melon 3 kg.
Problembya bukan terletak pada harga Rp 15.500,00 menjadi melejit Rp 26.000,00 per
tabung, tetapi masyarakat termasuk para pelaku usaha lebih suka disebut sebagai
warga miskin.
Pemerintah membedakan tabung melon untuk
warga miskin, tabung biru 50 kg untuk warga kaya justru mendorong timbulnya
penyimpangan. Harga melambung, penyebabnya bukan karena persediaan berkurang
tetapi lantaran regulasi tataniaga yang semu.
Untuk Gunungkidul, tataniaga elpiji
hijau sangat diminati, sementara tataniaga biru cenderung dihindari.
Kesimpulannya, mempersoalkan
melambungnya harga melon sangat tidak relevan, karena Pemerintah tidak pernah
melakukan sweping terhadap pelaku usaha yang ngamuk membeli melon hijau.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda