Prabowo Subianto |
Prabowo Subianto dengan pidatonya yang menggeledek
dan menggebu dimaknai sebagai bentuk kemarahan. Angapan begitu tidak keliru.
sementara tafsir lain bahwa Prabowo sedang menangis karena tidak tahu apa-apa juga sah-sah saja. Alasannya, antara marah dan menangis hanya berbeda tipis.
Debat marah dan menangis sangat panjang,
dipertontonkan dalam ILC bertajuk
Politik Memanas, Prabowo Menyerang.
Ketika ucapan Prabowo Subianto diletakkan
dalam posisi tugas manusia, dia telah
melakukan kesalahan besar. Secara terang-terangan Ketua Umum Partai Gerindra
mengklaim, mampu menguasai dan mengendalikan waktu, adalah perbuatan melampaui
batas.
Lancang besar ketika Prabowo mengatakan bahwa
tahun 2030 Indonesia akan menjadi begini dan begitu. Prabowo menyebut Indonesia
akan bubar, tidak salah. Tetapi ketika menunjuk waktu, di sinilah Prabowo melakukan
kesalahan besar.
Menyatakan tahun 2030 Indonesia bubar
semakna dengan tahun 2030 Prabowo akan mati. Pernyataan tersebut menjadi benar-benar
melampaui batas. Karena ucapan Prabowo bersamaan dengan tahun politik, lalu para elit nasional ribut, padahal sesugguhnya ucapan Prabowo bisa
dilerai secara arif. Mana ada manusia tahu soal jodoh, rejeki dan mati.
Francois Railon, seorang sarjana
berkebangsaan Perancis, dengan fakta dan data, menulis buku berjudul Indonesia Tahun 2000.
Buku setebal 217 halaman tersebut mendeskripsikan,
bahwa di tahun 2000 Indonesia akan tinggal landas. Dalam hal teknologi dan
industri, menurut Francois Railon, Indonesia, di bawah Presiden Soeharto akan melejit
melampaui negara tetangga di Asia Tenggara.
Buku Francois Railon dicetak pertama
kali tahun 1990 dalam bahasa Perancis. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh Nasir Tamara, Wakil Pimpinan Redaksi, Warta Ekonomi.
Prediksi yang dipaparkan Francois Railon
tidak terjadi karena pergolakan sejarah di tahun 1998.
Kembali ke Prabowo Subianto, tidak ada
yang berani menjamin, bahwa kemarahan atau tangisan itu akan benar-benar terjadi
di tahun 2030.
Prabowo bisa mengedalikan ruang (sebut
saja bisa menentukan jumlah kuda yang akan dipiara), tetapi dia tidak kuasa
mengendalikan waku (kapan kuda betina kesayangannya akan melahirkan).
Menyikapi kemarahan dan atau tangisan
Prabowo tidak perlu buang-buang energi.
Bamang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda