Sabtu, 21 Agustus 2021

DUA PULUH MENIT PEJABAT TINGGI JAKARTA TURUN GUNUNG


Petinggi  TNI, Polri dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul dalam rangka memonitoring dan   dukungan pelaksanaan program vaksinasi nasional, Sabtu, 21-8-2021.

Marsekal TNI Hadi  Tjahjanto, SIP Kapolri Jenderal Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si  bersama Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin didampingi Pangkowilhan, Kapolda DIY, Pangdam IV, Wakil Gubernur DIY, Kapala Deviasi Propam Polri, ADC Panglima TNI, ADC Kapolri tiba di Gunungkidul disambut H. Sunaryanta, Ketua DPRD, Dandim 0730/GK, Kapolres, Kajari  menuju lokasi pelaksanaan vaksin. 

Kepala Dinas  Kesehatan Gunungkidul dr.Dewi Irawati M.Kes didepan panglima dan kapolri menyampaikan progres pelaksanaan vaksinasi di Kabupaten Gunungkidul. Menurutnya hingga 21 Agustus 202  telah mencapai 36%. Pemerintah terus bekerjasama dengan berbagai pihak  mendorong vaksinasi. 

Tak lebih dari 20 menit monitoring yang dilakukan  Panglima  TNI, Polri. Rombongan  pejabat tinggi Jakarta segera meneruskan  melaksanakan kunjungan kerja ke Sukoharjo,  Klaten, Jawa Trngah menggunakan helikopter. 

Selain melakukan monitoring Panglima secara simbolis  menyerahkan bantuan sembako kepada 5 perwakilan warga Gunungkidul. 

Pelaksanaan  vaksinasi di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 3000 paket vaksin ditambah 2000 paket sembako. 

Untuk  2000 paket vaksin dilaksanakan di GOR Siyono. Sisanya dilaksanakan di Girimulyo serta Gedangsari masing masing 500 vaksin.

Pelaksanaan  vaksinasi di GOR Siyono kali ini ini dikhususkan bagi kalangan pelajar. Mereka  adalah pelajar  SMK 2 Wonosari.  Tidak hhh anya itu, yang hadir di GOR Siyono pun diakomodir. Mereka dimobilisasi  menggunakan  armada TNI, polri dan Dinas Perhubungan.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Jumat, 06 Agustus 2021

GANTUNG DIRI DI GUNUNGKIDUL 13:28

Warga Gunungkidul yang memilih mati dengan cara gantung diri  sejak awal Januari 2021 hingga   30 Agustus 2021 tercatat 35 pelaku. Perempuan 13, laki-laki 20 orang.


Empat belas warga jenis kelamin perempuan urut berdasarkan waktu gantung diri antara lain: 


Jakinem 76, Mariyem 75, Kasminah 41, Waginem 71, Sukiyah 62, Mijem 80, Painem 78, Siti Rohani 55, Sutini 72, Karbinah 82,  Catur Surati Ayu Ambarwati 22,  Ranti 63,  serta Sukini 56 tahun, Sukinem 76 Saptosari.


Sementara dua puluh satu pelaku jenis kelamin kaki-laki secara berurutan tercatat nama seperti:


Margiyo 77, Raji 84, Tony Putra 21, Ngadi 40,  Wasito 75, Mulyono 91, Surapto 61, serta Suwarno 86, Wastono 51, Sukarman 36, Margi Wiyono 70, Karso Semito 80, Yadi Mulyono (68) warga Sawahan 5 Jatiayu, Daliyo (80) Semin, Tukimin (50) Girikarto, Narto Utomo (65) Panggang, Ngadino (53) Tepus,  Kiswanto (70) Rongkop, Tugiran (53) Tanjungsari, Senen (84), Playen, Albertus Dwi Sutrisno (35) Gading Playen









Rabu, 04 Agustus 2021

JOKOWI

Lelaki itu  rajin menghitung bencana gempa bumi. Kurun waktu 2008 hingga 2016 rata-rata terjadi gempa 5.000 hingga 6.000 kali dalam setahun. 


Pada tahun 2017,  kata dia, jumlah bencana meningkat menjadi 7.169 kali dan pada 2019 naik signifikan menjadi lebih dari 11.500 kali.

Gempa bumi, menurutnya harus diantisipasi dengan menguatkan manajemen penanganan bencana dan meningkatkan kemampuan memitigasi bencana,  agar risiko korban jiwa, kerusakan, dan kerugian harta benda terkurangi. 

Layaknya seorang penceramah, lelaki itu ngomong sulit dipotong. Dia tidak memberitahu kapan bakal terjadi gempa. Dia juga lupa menjelaskan mengapa di bumi ini sering  terjadi gempa.

Lelaki itu sama sekali tidak mengenal sejarah penduduk Madyan. Mereka diperingatkan Syu'aib Alaihissalam untuk tidak menyembah berhala dan berkeliaran di bumi membuat kerusakan. 

Mereka,  penduduk Madyan itu lalai kemudian ditimpa gempa bumi, tak satu pun mampu memitigasi. 


ZIKIR KEBANGSAAN


Dalam menyongsong hari jadi ke-76 negara yang sedang dicengkeram pandemi Covid-19  dicanangkan  idiom baru Zikir Kebangsaan.   

Dua kata tersebut saya anggap tidak ada kaitannya sama sekali tetapi dipaksa berkaitan karena demi sebuah permakluman benteng terakhir penanganan Covid-19.

Zikir Kebangsaan secara idiomatikal untuk sementara  diyakini bisa mengusir Covid-19.

Zikir, ditelusuri dari sisi leksikal maknanya adalah  mengingat Allah. 

Begitu digandeng dengan kata kebangsaan saya menjadi kehilangan makna, karena  zikir itu sebenarnya tidak sebatas ucapan, tetapi juga kekaguman kepada Allah SWT.

Ketika saya melihat wanita cantik hati dan pikirannya saya mengingat (teringat) Allah, kemudian hati dan lisan saya berucap subhanallah, Allah begitu kuasa menciptakan wanita begitu sempurna.

Ketika saya melihat  Virus Covid-19, dalam wujud serangannya yang begitu dahsyat, saya mengagumi Allah kemudian melafat subhanallah, Dia maha pencipta, makhluk sekecil itu sanggup memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan manusia.

Mengingat Allah (zikir) dipaksa bergandengan dengan istilah kebangsaan, itu maknanya apa, saya tidak mengerti.

 Saya gagal paham, tetapi  saat kata Zikir Kebangsaan saya posisikan sebagai idiom baru saya memutuskan berdamai dengan ketidakmengertian itu.

Dalam konteks menghentikan penularan Covid-19 Zikir Kebangsaan itu saya pahami sebagai tugas melekat Presiden Joko Widodo. Artinya bahwa saat ini Indonesia menjadi tanggungjawab Joko Widodo selaku imam negara.

Tidak bisa imam kenegaraan itu kemudian diserahkan kepada Kyai Ma'ruf Amin, apa lagi kepada Luhut Binsar Panjaitan, tidak bisa begitu.

Indonesia mentas dari gempuran Covid-19 adalah tanggungjawab Jokowi sebagai imam yang secara politis dipilih oleh rakyat untuk mengemudikan kapal dan menyelamatkannya hingga tujuan dermaga kesejahteraan. 

Pasalnya, pada hari kebangkitan ihwal tanggungjawab itu yang  akan ditagih bukan Wakil Presiden Kyai Ma'ruf Amin, bukan Luhut Binsar Panjaitan, tetapi Jokowi. 

Zikir Kebangsaan adalah kesempatan atau benteng terakhir bagi Jokowi dalam mengingat dan mengagumi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Suasana setelah tanggal 17 Agustus 2021, seperti apa akan sangat tergantung kepada Zikir Kebangsaan yang dilakukan Jokowi sebagai imam negara.

Kemungkinannya hanya ada dua, Jokowi dicintai Allah, atau sebaliknya. Rakyat Indonesia sangat berharap Jokowi pada podisi kemungkinan yang pertama.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Senin, 02 Agustus 2021

KAPTEN, ABK DAN PENUMPANG HARUS BERDAMAI

Diibaratkan kapal, Indonesia di tahun 2019-2024 sedang dinakhodai oleh Kapten lengkap dengan anak buah kapal (ABK) yang dihadang gelombang besar. Kapan gelombang itu berhenti menghantam, tergantung kekuatan angin.


Yang jelas, Nahkoda tidak akan bisa menghindar dari tanggungjawab karena layar sudah terkembang. 


Sesuai konstitusi, kapal bernama  Indonesia ini bakal berlabuh di dermaga kesejahteraan, tetapi kompasnya bergeser, sementara  tidak kunjung dibenahi.


Para penumpang gelisah,  Kapten dan ABK tidak pandai menentramkan kecemasan. Adanya sebatas kekhawatiran dan harapan, bahwa kapal ini pecah atau selamat.


Ketakutan di tengah laut itu sepertinya malah diciptakan sehingga banyak penumpang yang mabuk berat, bahkan tidak sedikit yang terlempar ke laut.


Antimo tidak lagi mampu meredakan gempuran gelombang, sementara layar sebagian besar telah sobek. 


Di antara para penumpang ada yang mengusulkan bahwa Kapten segera diganti. Secara politis  ekologis itu tidak bisa dan tidak mungkin.


Sampai pelabuhan atau tidak, Kapal Indonesia saat ini adalah tanggung jawab Sang Kapten, karena dia adalah Nahkoda yang dipilih secara demokratis.  


Ada saran, untuk  penumpang yang lain perlu memelihara keyakinan bahwa tidak akan mabuk atau terlempar ke laut, sampai Sang Kapten menyadari tanggung jawabnya.



(Bambang Wahyu Widayadi)

Minggu, 01 Agustus 2021

JOKOWI SEDANG BERDOA, TIDAK USAH DIGANGGU


Politisi PDIP Effendi Simbolon mengkritik bahwa langkah penanganan pandemi Covid-19 telah salah jalan. Menurutnya sejak awal Pemerintah harusnya berada di jalur lockdown.  Jokowi menolak. Dia memilih PSBB, kemudian PPKM yang ongkosnya sebesar Rp 1000 triliun. Ini sebuah doa, seyogyanya tidak diganggu.


Di mata Effendi Simbolon hasilnya nol besar, pandemi tidak kunjung reda walau penanganannya hingga akhir 31 Juli 2021 sudah 17 bulan dengan anggaran Rp 1000 trilyun.  


Berikutnya disusul pernyataan pakar epidemiologi Pandu Riono bahwa Indonesia berada dinilai berada pada jalur jebakan pandemi Covid-19.


Jokowi selaku penanggungjawab negara tidak tinggal diam. Dia beralasan, tidak melakukan lockdown karena 270 juta jiwa menjerit.


Dari sudut pandang pemikiran holistik penanganan pandemi sebenarnya sudah masuk ke dalam ranah doa yang komplit.


Sementara doa itu sesungguhnya hanya ada dua macam, satu berupa ucapan, satu yang lain berupa tindakan atau tingkah laku.


Bagus yang mana? Ya semua bagus, orang namanya doa, tentu tidak ada yang jelek. 


Mustajab atau manjur yang mana antara ucapan dan tindakan? Nah kalau ini tergantung kesadaran manusia.


Persoalannya, ucapan dan perilaku itu sama-sama berupa infrastruktur. Kalau disejajarkan dengan mitos bidadari yang sedang bermandi di sebuah sedang yang  kemudian diintip Joko Tarub, ucapan dan tindakan itu adalah pelangi.


Kolaborasi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, niila, dan ungu (mijiku hi ini) itu meminjam narasi Cak Nun, merupakan tangga menuju ke langit dengan kedua tangan tengadah berharap.


Tangan Jokowi telah menengadah ke langit dengan PSBB dan PPKM. Perkara Effendi Simbolon masih bilang nol alias tidak ada hasil, itu perkara lain.


Sebagai konsekuensi logis dari pesta demokrasi 2019, faktanya Jokowi keluar sebagai pemenang, maka negeri ini de facto de jure adalah tanggung jawab Jokowi.



Pandemi Covid-19 menjadi resiko politik yang harus dipikul Jokowi. 


Doa yang Jokowi lakukan hasilnya sedang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Optimal dikabulkan atau tidak, secara personal yang tahu hanya Jokowi dan Tuhan ke mana Jokowi memohon.


Sebaiknya rakyat tidak perlu menambah masalah dengan merecoki upaya yang sedang dilakukan Jokowi. Biarkan dia berdoa dengan ucapan dan tindakan. 


Ada keraguan besar, dia terlipih yang kedua kalinya tahun 2019, kemudian  ada pandemi namanya Covid-19. Apa angka 19 ini sebuah kebetulan? 


(Bambang Wahyu Widayadi)


DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...