Senin, 02 Agustus 2021

KAPTEN, ABK DAN PENUMPANG HARUS BERDAMAI

Diibaratkan kapal, Indonesia di tahun 2019-2024 sedang dinakhodai oleh Kapten lengkap dengan anak buah kapal (ABK) yang dihadang gelombang besar. Kapan gelombang itu berhenti menghantam, tergantung kekuatan angin.


Yang jelas, Nahkoda tidak akan bisa menghindar dari tanggungjawab karena layar sudah terkembang. 


Sesuai konstitusi, kapal bernama  Indonesia ini bakal berlabuh di dermaga kesejahteraan, tetapi kompasnya bergeser, sementara  tidak kunjung dibenahi.


Para penumpang gelisah,  Kapten dan ABK tidak pandai menentramkan kecemasan. Adanya sebatas kekhawatiran dan harapan, bahwa kapal ini pecah atau selamat.


Ketakutan di tengah laut itu sepertinya malah diciptakan sehingga banyak penumpang yang mabuk berat, bahkan tidak sedikit yang terlempar ke laut.


Antimo tidak lagi mampu meredakan gempuran gelombang, sementara layar sebagian besar telah sobek. 


Di antara para penumpang ada yang mengusulkan bahwa Kapten segera diganti. Secara politis  ekologis itu tidak bisa dan tidak mungkin.


Sampai pelabuhan atau tidak, Kapal Indonesia saat ini adalah tanggung jawab Sang Kapten, karena dia adalah Nahkoda yang dipilih secara demokratis.  


Ada saran, untuk  penumpang yang lain perlu memelihara keyakinan bahwa tidak akan mabuk atau terlempar ke laut, sampai Sang Kapten menyadari tanggung jawabnya.



(Bambang Wahyu Widayadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...