Rabu, 04 Agustus 2021

ZIKIR KEBANGSAAN


Dalam menyongsong hari jadi ke-76 negara yang sedang dicengkeram pandemi Covid-19  dicanangkan  idiom baru Zikir Kebangsaan.   

Dua kata tersebut saya anggap tidak ada kaitannya sama sekali tetapi dipaksa berkaitan karena demi sebuah permakluman benteng terakhir penanganan Covid-19.

Zikir Kebangsaan secara idiomatikal untuk sementara  diyakini bisa mengusir Covid-19.

Zikir, ditelusuri dari sisi leksikal maknanya adalah  mengingat Allah. 

Begitu digandeng dengan kata kebangsaan saya menjadi kehilangan makna, karena  zikir itu sebenarnya tidak sebatas ucapan, tetapi juga kekaguman kepada Allah SWT.

Ketika saya melihat wanita cantik hati dan pikirannya saya mengingat (teringat) Allah, kemudian hati dan lisan saya berucap subhanallah, Allah begitu kuasa menciptakan wanita begitu sempurna.

Ketika saya melihat  Virus Covid-19, dalam wujud serangannya yang begitu dahsyat, saya mengagumi Allah kemudian melafat subhanallah, Dia maha pencipta, makhluk sekecil itu sanggup memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan manusia.

Mengingat Allah (zikir) dipaksa bergandengan dengan istilah kebangsaan, itu maknanya apa, saya tidak mengerti.

 Saya gagal paham, tetapi  saat kata Zikir Kebangsaan saya posisikan sebagai idiom baru saya memutuskan berdamai dengan ketidakmengertian itu.

Dalam konteks menghentikan penularan Covid-19 Zikir Kebangsaan itu saya pahami sebagai tugas melekat Presiden Joko Widodo. Artinya bahwa saat ini Indonesia menjadi tanggungjawab Joko Widodo selaku imam negara.

Tidak bisa imam kenegaraan itu kemudian diserahkan kepada Kyai Ma'ruf Amin, apa lagi kepada Luhut Binsar Panjaitan, tidak bisa begitu.

Indonesia mentas dari gempuran Covid-19 adalah tanggungjawab Jokowi sebagai imam yang secara politis dipilih oleh rakyat untuk mengemudikan kapal dan menyelamatkannya hingga tujuan dermaga kesejahteraan. 

Pasalnya, pada hari kebangkitan ihwal tanggungjawab itu yang  akan ditagih bukan Wakil Presiden Kyai Ma'ruf Amin, bukan Luhut Binsar Panjaitan, tetapi Jokowi. 

Zikir Kebangsaan adalah kesempatan atau benteng terakhir bagi Jokowi dalam mengingat dan mengagumi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Suasana setelah tanggal 17 Agustus 2021, seperti apa akan sangat tergantung kepada Zikir Kebangsaan yang dilakukan Jokowi sebagai imam negara.

Kemungkinannya hanya ada dua, Jokowi dicintai Allah, atau sebaliknya. Rakyat Indonesia sangat berharap Jokowi pada podisi kemungkinan yang pertama.


(Bambang Wahyu Widayadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...