Sabtu, 31 Oktober 2020

BUPATI GUNUNGKUDUL YANG BARU MEMANG MAU APA

Empat Colon Bupati Gunungkidul di musim Pilkada 2020, sama sama memiliki kesempatan untuk memenangkan kompetisi. Hanya tiga Calon Bupati yang memang harus dipaksa untuk mengaku kalah. 


Nomor Urut 1, 2, 3, dan 4, siapapun yang lolos dari lubang jarum demokrasi Rabu Wage 9 Desember 2020, pada tahun 2021 tidak akan serta merta bisa menjalankan visi, misi dan program yang telah dipersiapkan dalam debat mati-matian pada 27 Oktober,  3 November, dan 10 November 2020.


Tahun 2021 adalah tahun anggaran milik Hj. Badingah, S.Sos, yang secara faktual telah diketok Oktober 2020. Oleh sebab itu, siapa pun yang terpilih, mau tidak mau harus menjalankan visi, misi, dan program Bupati lama. 


Kabarnya, masa jabatan Bupati Bandingah berakhir Februari 2021. Penggantinya praktis mempunyai kesempatan menerapkan visi, misi dan program di tahun 2022, 2023, dan 2024, kecuali dia cerdas dan memiliki power untuk mendikte Sekretaris Daerah. 


Artinya begini, Bupati terpilih melalui Sekda, perlu memiliki keberanian untuk meminta, agar program yang  urgensitasnya tidak mendesak, yang ada di  Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) diberi tanda bintang alias ditunda. Ini yang pertama.


Langkah kedua, Bupati terpilih harus berani melakukan APBD Perubahan, bukan di bulan Setember-Oktober 2021, tetapi maju di bulan Juli-Agustus 2021, supaya visi, misi, dan program yang ditawarkan selama debat terbuka segera terealisasi.


Sementara itu mengubah APBD Gunungkidul 2021 yang telah ditetapkan, tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. APBD Perubahan, memerkukan persetujuan DPRD. Di sinilah pekerjaan rumah Bupati terpilih. 


Soal mengubah APBD 2021, Calon Nomor Urut 1 dan 4, mentangkut akses ke DPRD relatif sempit,  bisa jadi malah dihanlangi. Sementara Calon Nomor Urut 2 dan 3, aksesnya relatif licin. 


Kira-kira demikian gambaran gerak pembangunan terkait dengan Bupati yang akan mengganti Badingah kelak. 


Kalau tidak ada keberanian, maka, program pembangunan tahun 2021 terkesan tidak ada perubahan yang berarti.  Ituharap dimaklumi, karena yang dijalankan adalah programnya Bupati Hj. Badingah, S.Sos.

(Bambang Wahyu Widayadi)


PENDUKUNG CALON BUPATI PECAH KARENA AIR, ITU SEBUAH "KETOLOLAN"

Kabupaten Gunungkidul merupakan tempayan kecil yang besar, hendaknya kalian bersyukur, dan tidak malah bertengkar. Bambang Wusnu Handoyo, tidak berniat menghina siapapun. Pikiran kalian yang sedang mendidih tidak perlu dieksplore hanya untuk keperluan mengaduk-aduk air yang bening.


"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu."(QS. Ibrahim 14: Ayat 32).  


Kabupaten Gunungkidul diberi air lebih. Pantai sepanjang 72 kilometer seluruhnya terisi penuh, tidak ada celah kosong. Sungguh Allah Aza Wajala maha pemurah.  Kalian tidak perlu menutupi kebenaran. 


Rupanya kalian saja yang tidak berilmu, bagaimana mengubah air asin menjadi tawar, seperti yang dilakukan keluarga besar Baron Tekno Park. 


Kiranya kalian saja yang melupakan gua melupakan telaga yang di musim kemarau masih menyisakan trilyunan meter kubik air minum. Kalian  juga meragukan keikhlasan sungai Oya yang terbukti  sanggup menghapus dahaga ribuan  warga Desa Banyusoca di Kapanewon Playen.  


Bumi Handayani mau kalian namai bumi yang tadus? Cobalah barang sedikit mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 


 "Dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanam-tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak memperhatikan?"(QS. As-Sajdah 32: Ayat 27).


Sudah, berhentilah berolok-olok, kemudian mengusap kening, agar diberi petunjuk, bagaimana memanfaatkan air yang berlebih. Tidak perlu menunggu air itu menenggelamkan manusia, seperti dialami  penguasa yang sombong.  


 "Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun, sedang kamu menyaksikan," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 50).


Bambang Wahyu Widayadi

Jumat, 30 Oktober 2020

Menunggu Turunnya Target Angka Kemiskinan 2024

Dalam debat Pilkada 27/10/20, belum satupun empat Calon Bupati Gunungkidul  menyebutkan secara kongkret angka target turunnya  kemiskinan di Gunungkidul. Itu bukan kekhilafan para kandidat, tetapi karena pertanyaann yang disusun Wasingatu Zakiah dan kawan-kawan selaku tim perumus yang dipercaya KPU memang tidak menggiring ke arah turunnya angka kemiskinan secara kuantitatif. Wasingatu Zakiah dkk. lebih mengedepankan pertanyaan kualitatif.

  

Oleh sebab itu debat sesi pertama, tidak banyak memberikan deskripsi kongkrit, angka kemiskinan yang masih berada di 16,01 tersebut mau digeser ke angka 13,  12, atau 11%, belum muncul di tengah debat. 


Sementara itu, kilas balik melacak jejak digital Pemerintahan Badingah-Immawan, target angka menjadi salah satu tolok ukur sebuah janji politik pasangan calon Bupati dan calon Wakil Bupati. 


Pada saat debat terbuka di Gedung DPRD  berhadapan dengan Jangkung, Benyamin Sudarmadi, dan Subardi, Badingah-Immawan menarget anggka kemiskinan anjloknya di angka 11% dari angka kemiskinan 2015 sebesar 20, 83%.  

Tekad serta janji itu berubah, setelah BAPPEDA menyusun RPJMD, faktanya dalam masa pemerintahannya, Bandingah-Immawan 2016-2021 baru sanggup mematok turun 1% per tahun. 


Pada masa akhir jabatannya tahun 2021, duet politisi yang dikenal  santun itu sangat optimis angka kemiskinan berada di angka 15,6%. 


Kembali ke debat terbuka 37/10/30, bahwa, Sutrisna Wibawa, Immawan Wahyudi, Bambang Wisnu Handoyo, dan Sunaryanta, belum menyodorkan pertanyaan menyangkut target turunnya angka kemiskinan di tahun 2024, meski kemungkinan itu sangat terbuka. 


Tidak ada debat yang mulus dan sempurna. Publik menunggu debat sesi kedua Selasa Pon 3 November 2020, dan keyiga Selasa Kliwon 10 November 2020. Harapannya angka itu mengerucut di sana.  

   (Bambang Wahyu Widayadi) 


Kamis, 29 Oktober 2020

Calon Bupati Gagal Memahami Pola Hidup Petani Gunungkidul

Calon Bupati Nomor Urut 3, Drs. Bambang Wisnu Handoyo mengatakan, pola dan budaya pertanian warga Gunungkidul menjadi kendala utama bagi  pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal itu muncul dalam debat pikkada 27/10/20. Pernyataan Bambang Wisnu Handoyo dikritisi pengamat Gunungkidul, Joko Priyatmo (Jepe).   


  Jepe mengutib Buku Informasi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul 2019, bahwa undikator IPM  bisa dilihat dari pengukuran  harapan hidup, harapan lama sekolah, harapan rata-rata sekolah dan  pengeluaran perkapita disesuaikan. 


Naiknnya IPM akan terlihat jelas pada bagaimana  empat indikator IPM ditangani secara serius, kemudian capaian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bisa diukur secara memadai.    Naiknya angka IPM menurut Jepe akan menggambarkan bagaimana kualitas kesehatan, pendidikan serta pendapatan perkapita warga, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul.  


Pada bagian awal, Bambang Wisnu Handoyo secara tersurat dan tersirat mengklaim, bahwa Gunungkidul merupakan kabupaten berbasis agraris, meski kemudian dia juga menyinggung dunia usaha (UMKM).


Pada musim kemarau, demikian Bambang Wisnu Handoyo menyebutkan, Gunungkidul tidak ada tanaman tumbuh di ladang. Pendapat Bambang Wisnu Handoyo, menurut Joko Priyatmo  tidak sepenuhnya benar. Termasuk ketika dia menganggap, bahwa di Gunungkidul tidak ada sawah. 


Jepe menilai, Bambang Wisnu Handoyo menutup kenyataan, bahwa pada musim kering, ladang pertanian Gunungkidul tumbuh tanaman semangka, melon, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, sayur-mayur, jagung, bahkan padi sawah.


 "Saya tidak habis pikir, mengapa Bambang Wisnu Handoyo seperti menafikan fakta dan data, padahal sumbangan dunia pertanian terhadap PDRB di Gunungkidul masih berada di nomor wahid. Pertanian berada di angka 24,22  prosen," ulas Joko Priyatmo mengevaluasi alur pikiran Calon Bupati nomor urut 3. 


Soal tiga hal yang disebut BWW seperti kendala SDM,  standar produk, dan pasar, Jepe menyatakan sependapat.   


Tahun 2018 IPM di Kabupaten Gunungkidul merupakan yang paling rendah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Realitasnya, menurut Jepe ada di angka 69,24%, sementara angka Nasional 71,39%, Propinsi 79,3%.  


"Dalam debat terbuka sesi pertama kemarin, yang ditunggu publik adalah, bagaimana Bambang Wisnu Handoyo  membeberkan teknik menaikkan angka IPM Gunungkidul  melebihi Propinsi dan Pusat, bukan malah berputar membahas budaya agris yang menurut saya malah pating blasur tidak karuan," pungkasnya.

(Bambang Wahyu Widayadi)


Rabu, 28 Oktober 2020

Dr. Immawan Wahyudi Terperanjat

Calon Bupati Gunungkidul Nomor Urut 2, Dr. Immawan Wahyudi, MH terhenyak ketika mencermati ulasan pengamat terhadap debat terbuka Calon Bupati Gunungkidul 2020.  

  Dia menyatakan, bahwa penilaian pengamat terhadap jalannya debat terbuka di TVRI Yogyakarta jauh berbeda dengan kenyataan. 

   "Kok bertolak belakang dengan pandangan masyarakat ya,"  tulis Immawan Wahyudi pukul 12.27 WIB, di aplikasi WhatsApp, Rabu 28/10/20.

   Dr. Immawan Wahyudi menganggap, bahwa narasumber dalam berita tersebut belum mewakili masyarakat secara keseluruhan. 

  "Sayang penulisan di  https://draft.blogger.com/u/1/blog/post/edit/5074785027683472054/2564074173542062918 jaringannya kurang luas," tutur Immawan, selaku petahana yang maju berkompetisi di Pilkada Gunungkidul 2020.

   Budi Martono, mantan Sekda Gunungkidul pun menimpali berkomentar.

   "Menurut saya sebenarnya beliau beliau tidak belepotan kok. mereka orang orang yang terpilih dan hebat, hanya mungkin keterbatasan waktu dan strategi komunikasi yang belum sepenuhnya dikuasai. 

  Di lain pihak, apa sih tugas dan fungsi Tim Relawan dan Partai Pengusung, mestinya mereka bisa membekalinya," ulas Budi Martono. 

 ."Pengamatan saya acara obyektif, yang menampakkan mental tanpa beban semalam justru No 4, walaupun materi tidak substantif. Dia tampak bisa menawarkan konsep," timpal Cendekiawan Supriyadi, pengamat yang tinggal di Desa Petir, Rongkop, Gunungkidul. 

  Tanpa mengecilkan arti penilaian pengamat, media telah berupaya mencari narasumber sebanyak-banyaknya melalui berbagai jaringan dan saluran.

   "Perlu dimaklumi, yang dimaksud berlepotan adalah kurangnya menejemen data, kaitannya dengan waktu yang tersedia, sehingga uraian tidak mudah dipahami oleh publik. Itu pengertiannya," susul Endar Widodo meluruskan pemberitaan terdahulu.


 (Bambang Wahyu Widayadi)


Debat Publik Calon Bupati Gunungkidul Belepotan

Debat Calon Bupati Gunungkidul yang diselenggarakan Selasa Legi jam 19.30 di TVRI Yogyakarta dinilai belepotan. Tidak muncul teknik serangan yang berati dalam mengatasi tema besar kemiskinan dan kemandirian desa.   Hal itu dikemukakan wartawan senior Gunungkidul, Endar Widodo, dan Slamet Harjo, mantan anggota DPRD DIY, Rabu 28 Oktober 2020. Bambang Krisnadi, bahkan melihat, Calon Nomor Urut 2 dan 3 tekesan megap megap.


"Dari keempat calon saya lihat tidak fokus ke tema yang diangkat KPU. Memang, bahwa Prof. Sutrisna Wibawa relatif lancar membeberkan visi misi dan program, karena dia membaca teks.  Sementara saat memasuki sesi 2, 3, 4 dan 5, keempat kandidat kehilangan momentum, bagaimana memecahkan angka kemiskinan Gunungkidul 16,01% menuju kemandirian desa, buyar sama sekali, ulas Endar Widodo, 28/10/20. 


Dalam debat malam itu, menurut Ewi, publik tidak punya gambaran yang jelas, bagaimana yang seharusnya dikerjakan oleh keempat kandidat tersebut dalam mengurangi angka kemiskinan di Gunungkidul. 


 "Saya melihat, Bambang Wisnu Handoyo malah berusaha menggebuk Sutrisna Wibawa dengan pertanyaan rasio dokter dengan jumlah penduduk Gunungkidul. Pertanyaan ini, menurut publik tidak ada relevansinya dengan upaya menurunkan angka kemiskinan dan kemandirian desa," tegasnya.


Berbeda dengan pengamatan Slamet Harjo. Dia melihat, calon nomor urut 1, 2, dan 3, terbebani oleh latar belakang sebagai birokrat, tempat  mereka mengabdi.  

 

"Menurut saya, Sunaryanta lebih leluasa dalam mengekspresikan pikirannya, meski soal data harus diakui bahwa masih terlalu minim. Pertanyaan yang ditujukan kepada tiga rival tidak ada yang bernuansa menjatuhkan. Dia mengarah ke menggali pikiran ketiga kandidat lain, seperti kesenian Gunungkidul mau dibawa ke mana," ujar Slamet, S.Pd MM. 


Soal ide pengaktifan kembali Dinas Peternakan misalnya,  demikian Slamet mengkritisi gagasan Sunaryanta, perlu dilihat regulasi yang ada.


Penilaian Bambang Krisnadi, mantan anggota DPRD DIY malah bikin merinding.  

 

Kandidat Nomor Urut 2 dan 3 kehabisan nafas, tulis Bambang Kris di grup whatsApp bernama GUYUB. .

(Bambang Wahyu Widayadi)




 

Senin, 26 Oktober 2020

Hujan Mengguyur Bumi Tidar Kolam Ikan Mawut-Mawut

 



Ediana Nuri Hermarwati warga Ngrajek lll RT 03 RW 06, Kalurahan Ngrajek Kecamatan Mungkit,  Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menginformasikan, hujan berdurasi 10 jam mengguyur bumi Tidar tanpa henti memporak porandakan kolam ikan dan pemandian Mudal.


Senin, 26/10/20, jam 00.00 WIB dini hari merupakan puncak paling deras. Hujan berlangsung hingga pagi hari, ujar Nuri. 


Dampak hujan deras semalam, sambung Eko Budi Santoso, suami Nuri Hermawarti, kolam ikan milik warga hampir semuanya jebol.


Belum terhitung, bawal, nila dan lele yang saya piara di dekat garasi, ludes terseret  air yang meluap dari jalan umum yang masuk ke pekarangan.


Kolam pemandian putri yang di Umbul Mudal, menurut Eko rusak berat, sementara kolam untuk bagian putra aman.  


Hujan semalam  melibas kekayaan warga terutama petani ikan, tetapi kerugian material belum diketahui secar pasti. 


Tetangga saya punya bawal indukan bobot 70 kg, lepas entah ke mana, pungkas Eko. 


(Bambang Wahyu Widayadi)




PERJALANAN TANAH KERING DAN LUMPUR YANG BERDEBU

Apakah semua calon bupati masih sanggup mengingat, dulu bapak moyang bangsa manusia diberi bentuk setelah tanah liat yang kering ditempel lumpur hitam seperti Adam.  
 
Menyelamatkan, menjaga dan memimpin rombongan tanah liat dan lumpur, dipikulkan ke pundak sepasang kekasih.    

Sungguh, mereka berdua melangkahi larangan karena terdustai semata.  

Puncak memuliakan bumi itu bernama bukit kekuasaan. Saat ini tahun 2020, Tuan berempat sedang mengejar bayangan kursi dengan kertas  biru dan merah. 

Jangan semua Tuan anggap sebagai sedekah, karena Tuan tidak lebih dari seonggok batu licin
tertempeli debu. Begitu tersapu gerimis, batu itu kembali botak tak berambut. Dan debu tak ditahu, terlempar dia  ke mana, debu tak ditahu jejak kemanfaatannya.
  
Hanya satu yang tetangkat ke atas kursi kemuliaan, yang tiga dibakar dengan api kekalahan. 

Siapa di antara Tuan yang pandai melampaui dua ujian, hormatku kutaruh di lapangan sejarah pemilihan.
    
(Bambang Wahyu Widayadi)




Minggu, 25 Oktober 2020

Mayor Duel Dengan Profesor, Doktor dan Sarjana

Debat di depan publik yang digelar KPU Gunungkidul di TVRI Yogyakarta jam 19.30 untuk putaran pertama bagi Paslon Bupati dan Wakil Bupati, jatuh hari Selasa Legi 27 Oktober 2020. Salah satu politisi partai besar menyangsikan kemampuan Mayor Sunaryanta, karena yang dihadapi adalah satu orang profesor, satu orang doktor dan satu orang berpendidikan sarjana. 


Sunaryanta, kepada awak media mengaku, memang tidak menyiapkan naskah akademis, terkait tema menurunkan angka kemiskinan untuk kesejahteraan sosial. Faktanya, saat ini kemiskinan di Gunungkidul memang masih bertengger di angka 16,6%. 


Sunaryanta bilang, tidak akan memaparkan  angka kemiskinan secara ilmiah. Dia lebih  tertarik mencari  biang atau penyebab, mengapa kemiskinan itu terjadi di Gunungkidul.  


Tidak meratanya kesejahteraan, menurut Sunaryanta, menjadi salah satu indikator kemiskinan. Penyebabnya, salah satu diantaranya adalah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gunungkidul sangat kecil.


Untuk menuju Gunungkidul sejahtera dengan ukuran angka kemiskinan di bawah  dua digit, (di bawah 10%), Pemkab  harus fokus meningkatkan PAD, yang saat ini masih berada di angka  Rp 1.701.244.592,15, kata Sunaryanta mengutip Raperda RAPBD yang diajukan Bupati Hj. Badingah, S.Sos, di dalam paripurna DPRD pertengagan Oktober 2020.


"Apa yang mau dibagi, dan uang siapa yang mau diratakan demi kesejahteraan bersama, kalau PAD sangat kecil, dua trilyun saja tidak ada, sementara penduduk yang perlu disejahterakan lebih dari 700 jiwa, tegasnya (24/1020).  


Untuk itu, lanjut Sunaryanta, terobosan sumber PAD baru harus dicari. Pengelolaan limbah medis demikian dia mengambil contoh, di Gunungkidul belum dijamah sama sekali, padahal di  Surabaya, limbah medis menyumbang trilyunan rupiah untuk PAD.  


BUMD yang yang telah ada seperti BGD juga PDAM perlu didorong agar sumbangan terhadap PAD bermanfaat bagi masyarakat. 


Khusus. PDAM dia menyatakan, ketersediaan air harus memenuhi standar 3K (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas).     Pada masa kampanye, saya berkeliling Gunungkidul selama 29 hari. Banyak saya jumpai sumber air yang di musim kemarau airnya melimpah. Di Kapanewon Panggang ada Goa Doplang, yang itu sesungguhnya bisa dikelola oleh BUM DESA, sehingga urusan droping air bisa diminimalisir.  


 "Air, bagi saya adalah kebutuhan pokok. PDAM dan BUM DESA, atau SPAM IKK Oya Wening di Kapanewon Patuk harus mensejahterakan warga, bukan sebaliknya. Mengurusi air identik dengan menekan atau mengurangi kemiskinan. Ratusan juta bisa dialihkan dan diratakan untuk keperluan lain, tidak sebatas untuk pebisnis Tanki Rp 150 ribuan," ungkap Sunaryanta.  


Berbicara kesulitan pupuk, berdasarkan obrolan kilat dengan petani peladang, menurut Sunaryanta, tidak begitu krusial. 


Menurutnya, petani masih rajin menggunakan pupuk kandang dan kompos. Bahkan ada yang berani menyebut, tidak tergantung pada pupuk pabrik, kualitas tanah pertanian versi petani, bila kebanyakan  pupuk pabrik justru memburuk.   


Terkait ketahanan pangan, guna menekan angka kemuskinan Sunaryanta berpendapat, pemerintah tidak perlu fanatik padi jagung dan kedelai (pajale). Yang pokok, warga Gunungkidul perlu digerakkan menggarap lahan tidur. 


Dia setuju ajakan Ir. Arintoko, bahwa nandura sing mbok pangan, mangana sing mbok tandur. Menanam pangan jenis apapun,  bisa dilakukan di lahan lahan tidur, dilakukan serentak, secara bersama sama.  


Gunungkidul membangun, gambarannya seperti itu. Saya warga biasa yang tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan sedulur yang jumlahnya 16,6% dari     700.000 jiwa, kata anak petani itu merendah.


Sementara itu, politisi sekaligus Ketua DPC Gerindra Gunungkidul, Purwanto, ST menyimak, soal status kependidikan 4 calon Bupati Gunungkidul.


"Yang  tidak  dicermati, No  1 bergelar propfesor,  No. 2 doktor,  No 3 sarjana, dan 4 SMA," tulis Purwanto" ST via aplikasi WhatsApp, jauh sebelum debat dilakukan.   


(Bambang Wahyu Widayadi)


Jumat, 23 Oktober 2020

Hari Debat Publik Diumumkan, Tetapi Nama Pemandu Debat Dirahasiakan


Ketua KPU Gunungkudul, Ahmadi Ruslan Hani menberitahukan, bahwa debat di depan publik untuk calon Bupati dan calon Wakil Bupati Gunungkidul dilakukan tiga Selasa berturut-turut . Tempat dan tema debat dibocorkan, tetapi nama pemandu debat dirahasiakan.

"Debat di depan publik di stasiun TVRI Yogyakarta, tiga Selasa berturut-turut dimulai  jam 19.30 Wib," ujar Ahmadi Ruslan Hani, Jum'at siang (23/10/20).

Dia merinci, debat pertama hari Selasa Legi  27 Oktober 2020, debat kedua, Selasa Pon 3 November 2020 dan ketiga, Selasa Kliwon 10 November 2020.

Dalam debat pertama ditampilkan calon Bupati Sutrisna Wibawa, Immawan Wahyudi, Bambang Wisnu Handoyo dan Sunaryanta. Perlu diketahui,  team yang diperbolehkan  mendanpingi masing-masing calon Bupati hanya empat orang. 

"Disamping memaparkan visi dan misi, keempat calon Bupati Gunungkidul diminta membedah tema besar mengatasi kemiskinan menuju kesehahteraan sosial," terang Ketua KPU Gunungkidul.

Diminta menyebutkan nama pemandu debat di minggu pertama, Ruslan Hani menyatakan keberatan. 
 
"Pada hari H, masyrakat  pasti tahu, karena akan diumumkan di sana" kelitnya. 

Debat kedua menampilkan calon Wakil Bupati Mahmud Ardi Widanto, Martanty Soenar Dewi, Benyamin Sudarmadi dan Heri Siswanto. Tentang tema untuk Wakil Bupati Ruslan Hani belum menyebutkannya.

Debat ketiga, atau debat yang terakhir menampilkan calon Bupati  bersama  calon Wakil Bupati.  

Paslon Nomor Urut 1, 2, 3, dan 4, saling adu gagasan merebut simpati pemilih,  yang jumlahnya tidak kurang dari 5.909.850 orang.
(Bambang Wahyu Widayadi).

BAMBANG WIS NU

 

Video politik ini othak athik gathuk.  Bambang Wisnu dimaknai sebagai BAMBANG WIS NU he he bisa aja.   ... .......

Kamis, 22 Oktober 2020

Kabar Terbaru, Doktor Immawan Wahyudi Dikudeta


Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu Kepala Daerah Kabupaten Gunungkidul dari koalisi Kadung Trisno, Heri Kriswanto, S.Ag. menyatakan  tentang ralitas politik. Satu diantaranya adalah cerita awal tersingkirnya Wakil Bupati Gunungkidul dari peta perpolitikan Pilkada serentak 2020. Menurutnya, Dr. Immawan Wahyudi tidak didhzolimi PAN, melainkan  dikudeta oleh alam. 


"Betul, alam menghendaki bahwa Dr. Immawan Wahyudi saatnya kembali ke kampus," demikian Heri Kriswanto, menulis di media WhatsApp, kepada awak media, Rabu malam, (21/10/20).

Publik tidak boleh salah tafsir, lanjut politisi PAN yang tinggal di Desa Piyaman itu, bahwa Dr.Immawan Wahyudi tidak dibuang atau PAN membuang Immawan,  bahkan tidak mendhzoliminya. Immawan tersingkir alias tereliminasi karena proses seleksi alam.  Itu hak yang normatif.  Perlu  diketahui Sutrisna Wibawa kimi jagokan karena beliau memiliki kriteria yang sesuai degan keiginan masyarakat serta perkembangan zaman.  PAN menyeleksi calon Bupati degan penuh kehati-hatian dan pertimbangan yang masak.

Lebih rinci, mantan anggota DPRD Gunungkidul itu menyatakan, bahwa Immawan pernah ditawarkan kepada calon mitra koalisi, yakni PKS, Gerindra, dan Demokrat, sebagai bakal calon Bupati, tetapi ketiganya menolak.

Terkait penolakan parpol calon mitra koalisi, sebagian pengamat politik menilai, Immawan tidak disukai oleh elit pucuk pimpinan parpol di luar PAN. Tidak terkabarkan, mengapa tidak disukai, tetapi patut diduga, karena Immawan tidak punya banyak dana.

"Sementara itu, PAN juga memberi kebebasan kepada Dr. Immawan Wahyudi untuk mencari teman yang mau diajak berkoalisi. Faktanya, Pak Immawan gagal," tandas Heri Kriswanto.

Perkara di menit terakhir, Immawan selaku petahana maju bergandengan dengan Martanty Sunar Dewi, menurut Heri Kriswanto merupakan realitas politik yang tidak bisa ditampik.

"Yang jelas, Dr. Immawan Wahyudi ditubruk oleh partai NasDem," tegasnya. 

Di samping cerita, bahwa Immawan tereliminir oleh alam pikiran sebagian elit parpol di Gunungkidul, Heri Kriswanto juga membeberkan keberhasilan parpol besutan Amien Rais. PAN sukses dalam mengusung bakal calon Bupati pada tiga periode Pilkada sebelumnya. 

Suharto, Sumpeno, dan Badingah menurut Heri Kriswanto  berhasil menduduki kursi Gunungkidul-1 merupakan karya politik terbesar Partai Amanat Nasional di bumi Handayani.

Tidak pernah diucapkan,  sepertinya Heri Kriswanto optimis, siapa pun yang diusung PAN ada kecenderungan untuk memenangkan kompetisi.

PAN (6 kursi) PKS (4 kursi) Gereindra (4 kursi) dan Demokrat (3 kursi) akan sanggup menumpulkan angka 160.000 suara," pungkasnya. 

Bambang Krisnadi, mantan anggota DPRD DIY dari PDIP, di berbagai kesempatan menyatakan, bahwa tingkat keterpilihan calon kepala daerah dipengaruhi oleh figur 60 % partai politik 40 %. 

(Bambang Wahyu Widayadi) 





 

Rabu, 21 Oktober 2020


 

Wakil Kepala Polisi Resort Gunungkidul, Komisaris Polisi (Kompol) Supriantoro, SH. SIK menyatakan, salah satu warga Gunungkidul berinisial T. terjaring operasi cyber yang digelar Polres Gunungkidul.


Peristiwa penangkapan pelaku terjadi belum lama, berbarengan dengan maraknya demo Omni Bus Law. Pelaku T yang diketahui sebagai karyawan percetakan atau fotocopy itu adalah warga Gunungkidul. Dia memposting sesuatu di media sosial. Tidak ada kaitannya dengan Pilkada Serentak 2020, meski berdasarkan catatan Bawaslu intensitas kampanye Pilkada tertinggi di lndonesia.

Begitu ditrax anggota serse, terang Wakapolres, dia berada di wilayah hukum Polres Gunungkidul, kemudian dilakukan penangkapan dan oengamanan. 

Pelaku,  menurut Wakapolres Gunungkidul cukup kooperatif. Keluarganya menjamin, bahwa pelaku tidak akan mengulangi perbuatan yang sama.  Penyidikan, sampai saat ini  masih berproses.

Kompol Supriantoro menjelaskan hal tersebut di depan sejumlah awak media Jateng DIY, di Rumah Makan Sego Abang Gunungkidul, Selasa, (20/10/20).

Terkait kebiasaan menyebar postingan maupun komentar, dia berharap agar warga melakukan dengan cara hati-hati, karena unggahan berita yang tidak jelas sumbernya, dewasa ini banyak berseliweran di sekitar warga.

(Bambang Wahyu Widayadi)

Senin, 19 Oktober 2020

Doa Simbah Si Penjual Tempe Dari Pundong

Kampanye Pilkada 2020 di Gunungkidul tidak ada Ä·ata duka, semua ditemukan  suka ria. Sedekah  tidak kenal  wilayah, cakupannya  bisa  lintas daerah, sebab sedekah itu adalah doa.


Sebagian Tim  Paslon No. Urut 4, Mayor Sunaryanta,  Senin 19/10/20, dari pintu ke pintu, bergerak di Kapanewon Purwasari. 

 

Di Padukuhan Klampok Desa Giripurwo mereka bertemu Mbah Tumiyem penjual tahu, tempe, brambang dan bawang. SebaÄ£ian dagangan tempe dibeli, Mbah Tumiyam  nenerima Rizki nomplok sebesar Rp 40 ribu. 


 "Lho kok kathah sanget (kok banyak amat)," ujar Mbah Tumiyen setelah menerima dua lembar uang kertas duapuluhribuan, dari Tim Mayor Sunaryanta.

 


Kepada awak media Mbah Tumiyen mengaku, bukan warga Gunungkidul. Dia bilang, bahwa berdomisili di Pundong, Kabupaten Bantul.  Hari itu dia mujur karena mendapat rizki lewat Mayor Sunaryanta, meski 9 Desember 2020 dia tidak bakal mencoblos atau memilihnya.  


"Tidak masalah. Melarisi pedagang, tidak harus dikaitkan dengan pencoblosan 9 Desember 2020," kata Mayor Sunaryanta, saat diminta komentarnya.


Menurutnya, membeli tempe Mbah Tumiyen,  dengan harga lebih, identik dengan sedekah. Kepada siapa,  dan di mana pun, kata Mayor Sunaryanta, yang namanya sedekah itu baik. 

 

Dilansir dari berbagai sumber, memberi sedekah bisa menjauhkan malapetaka. Lebih dari itu, ucap Mayor menegaskan, doa Mbah Tumiyen yang tinggal di Pundong, Insya Allah mustajab. 

(Bambang Wahyu Widayadi)


Minggu, 18 Oktober 2020

Kampanye Kreatif: Sematkan Gelang-Gelang Hingga Gathul-Gathul di Ladang

Kampanye gaya lama adalah berbentuk tatap muka diikuti dialog yang sebelumnya didahului dengan paparan program Calon Bupati. Kampanye model anyar sangat berbeda karena memanfaatkan alat peraga sederhana (gelang dan gathul). Kata sebagian orang, cukup efektif sebab mampu menarik pikiran dan perhatian calon pemilih. Pasangan Calon Bupati Gunungkidul 2021 - 2024, Sunaryanta - Heri Susanto, banyak melakukan kampanye model terbaru yang dimaksud.

Hal di atas terlihat ketika politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Suwignyo memandu Calon Bupati yang diusung bersama Partai Golkar yakni nomor urut 4 Sunaryanta - Heri Susanto saat tilik warga di Kapanewon Rongkop dan Girisubo. 

Sasaran pokok sebenarnya basis massa PKB, kala Pileg 2019. Sementara dengan kreasinya, Sunaryanta keluar dari kebiasaan, melebar ke peradaban agraris  Di sepanjang perjalanannya, dia mensuport petani, agar mereka terus berkarya, walau dalam posisi serba sulit. 

Selama berkeliling di Kapanewon Rongkop dan Gitisubo, terang Suwignyo, tidak  ragu-ragu, Mayor Sunaryanta turun dari mobil, masuk ke ladang menyemangati simbok-simbok yang sedang menabur gabah dan jagung dengan alat tertanian jenis gathul.

Awalnya, Suwignyo, yang anggota DPRD Gunungkidul 3 periode ini mengajak Sunaryanta masuk ke telaga Ngluluran, Padukuhan Gandu, Desa Karangwuni, Kapanewon Rongkop. Setidaknya, 100-san, di sana warga sedang bekerja bakti.

Berikutnya Sunaryanta digiring bergerak ke Padukuhan Pampang, dan Karangwuni, Desa Karangwuni, serta Padukuhan Suruh,  Padukuhan Semampir, Desa Semugih, Kapanewon Rongkop.

Calon Bupati Gunungkidul nomor urut 4 bertemu dengan ratusan petani,  warga dan kelompok pesenam yang sedang melakukan kegiatan. 

"Saya lega. bisa menyematkan gelang tanda persaudaraan abadi ke ibu-ibu pesenam dan yang lain," ujar Mayor Sunaryanta, Sabtu, 17/10/20.

Bergeser ke Kapanewon Girisubo, Pak Mayor, demikian kata Suwignyo, meninjau Balai Padukuhan Duwet, Desa Jerukwudel, Girisuba. Di sana Sunaryanta juga memberi dorongan ke Karangtaruna yang sedang membangun lapangan volybal. 

Tidak ketinggalan, bahwa Mayor bertemu warga di padukuhan Gangsalan Kidul,  ternasuk Karangtaruna yang sedang bikin jalan ke arah lapangan Desa Thileng. Tanpa istirahat, Mayor melanjutkan ke Dusun Manukan Desa Jepitu. Setelah dari Ngrombo 1, Ngrombo 2, dia mengakhiri perjalanan   di lapangan voly Ngawar Awar, Desa Balong, Kapanewon Girisubo.  

 (Bambang Wahyu Widayadi)

Jumat, 16 Oktober 2020

Sepuluh Hari Pertama Kampanye, Belum Ada Pelanggaran

Anggota Bawaslu Gunungkidul dari divisi pengawasan Rosita menyatakan, hingga 10 hari pertama kampanye terbuka belum ada laporan pelanggaran protokol kesehatan maupun pelanggaran yang lain. 


"Pelanggaran protokoler sampai pembubaran kami belum temukan. Jika masih bisa dicegah belum kami anggap suatu pelanggaran," ujar Rosita melalui grup WhatsApp Bawaslu Gunungkidul, Kamis 15/10/20. 


Dia memaparkan, masing-masing pasangan calon telah terjun ke 18 Kapanewon di Gunungkidul, dalam bentuk kampanye tatap muka terbatas. Pasangan Sutrisna-Ardi, sesuai data Bawaslu melakukan tatap muka 139 kali. Pasangan Immawan-Martanty 54 kali. Pasangan Bambang-Benyamin 51 kali, dan Sunaryanta-Heri Susanto 33 kali.

"Yang sepuluh hari kedua, datanya sedang kami kumpulkan," terang Rosita.   


Kalau di lapangan ditemukan indikasi potensi terjadi pelanggaran protokol kesehatan, imbuh Rosita, mereka pun langsung ditegur.


Pada dasarnya,  ini pernyataan Ketua Bawaslu Gunungkidul, Tri Asmiyanto, di berbagai kesempatan, bahwa Bawaslu tidak mencari kesalahan, melainkan mengawasi untuk mencegah terjadinya pelanggaran.

  

  (Bambang Wahyu Widayadi)



Kamis, 15 Oktober 2020

KULAK PERTALITE DENGAN JERIGEN, APA KABAR

Geger soal membeli bensin dengan jerigen hanya berlaku sebentar, saat seluruh SPBU di Gunungkidul memasang spanduk besar, bahwa Pertamina tidak melayani pengecer BBM kelas gurem. 


Seiring dengan perjalanan waktu, para pengecer yang berada di seluruh pelosok desa dan dusun Gunungkidul kembali bergerak.


Larangan itu ditabrak. Pembuat kebijakan tahu semua itu, tetapi diam dan menutup mata, tidak mampu berbuat banyak. Apa boleh buat, karena para pengecer bensin tersebut adalah pengusaha kecil yang pertumbuhannya sedang digiring untuk ikut menopang pertumbuhan ekonomi. 


Ibu-ibu membeli pertalite di salah satu SPBU di jantung kota Wonosari kepergok dengan puluhan jerigen plastik dalam mobil Xenia  AB 1013 ND. 


Dia agak tersipu, tetapi cuek, meski perbuatannya tertangkap kamera. Begitulah hidup di negeri yang kemakmuran minyaknya sebatas dinikmati oleh segelintir orang. 


Dia harus kucing-kucingan laiknya pencuri, meski pekerjaan yang dia lakukan adalah 100 prosen halal.  


Ibu-ibu tersebut mewakili ribuan pengecer bensin di Gunungkidul, dan bahkan representasi jutaan yang ada di Indonesia.  


Nekad, tidak masalah, karena konstitusi menjamin, bahwa setiap warga negara punya hak berusaha sesuai kemampuannya.  


Rujukannya ada pada  Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945, bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.  


Kalau ada larangan membuka usaha dengan cara menjual bensin secara eceran, itu artinya merampas hak konstitusional warga negara.  


(Bambang Wahyu Widayadi)

Fatwa MA Untuk Kelick Keluar Mundur

Keputusan berupa Fatwa Mahkamah Agung atas gugatan Ir.  H. Kelick Agung Nugroho, bakal calon Bupati Gunungkidul dari jalur perseorangan, hingga 14 Oktober belum juga diterima. Menurut pengakuan Kelick, terkendala urutan prioritas penyelesaian kasus Jaksa Pinangki. 


 "Saya belum menerima Putusan atas gugatan itu. Lewat Kuasa Hukum saya,  konseptornya memberitahu, bahwa ada jadwal mundur karena kasus Jaksa Pinangki, sehingga kemungkinan mundur, tetapi saya dijanjikan aman sampai pendaftaran terakhir di KPU," terang Kelick Agung Nugroho, melalui WhatsApp,  (14/10/20 jam 08.31).  


Diminta menyebut nama konseptor yang menginformasikan, bahwa putusan MA mundur, Kelick Agung Nugroho keberatan. 


 "Saya tidak tahu karena konseptornya ada sekitar 7 orang," kata dia. Pemberitahuan mudur tersebut, menurut Kelick, dikirim via email kepada kuasa hukum, bukan langsung kepadanya. 


Kelick juga enggan menerangkan lebih detail, yang jelas, menurutnya, kasus Jaksa Pinangki cukup ramai menjadi bahan  pembetitaan di media Nasional. 


Pendaftaran ke KPU, menurut pemahaman publik sudah lewat, sementara  ada jaminan, bahwa Fatwa MA tidak melewati batas akhir pendaftaran.  


"Untuk pendaftaran bakal calon Bupati dari jalur perseorangan  sampai 9 Nopember," kata Kelick.   


Dikonfirmasi tentang batas akhir pendaftaran, KPU Gunungkidul belum memberikan respon.  


(Bambang Wahyu Widayadi)


Rabu, 14 Oktober 2020

Enam Faktor Pengaruhi Emosi Politik Pemilih Calon Bupati Gunungkidul

Dr. Supriyadi, cenekiawan sekaligus pengamat masalah sosial politik yang tinggal di Desa Petir, Kapanewon Rongkop, Gunungkidul berpandangan, bahwa Pilkada Serentak 2020, Gunungkidul lebih semarak dibanding Bantul dan Sleman. Mengapa? 


"Pilkada Gunungkidul memasuki babak baru pasca Bupati Badingah tidak maju sebab regulasi tidak memperbolehkannya,"tulisnya dalam artikel pendek yang dikirim via aplikasi WhatsApp, 14/19/20.


Dia mensimulasikan, kompetisi  yang diikuti 4 paslon, akan meraih simpati 600.000 pemilih. Menurutnya, semua paslon memiliki peluang yang sama, karena mereka  mempunyai basis dan kantong suara yang unik, sehingga tim pemenangan akan sangat hati-hati dan cermat dalam menjual program  ke basis suara.


Peta kekuatan, kata dia, akan terlihat setelah pertengahan  November 2020, yaitu saat pemetaan terevaluasi secara cermat oleh masing-masing barisan paslon. Pertengahan November akan menjadi titik balik dalam menentukan langkah meyakinkan masyarakat.


Menurutnya, emosi politik dan psikopolitik masyarakat Gunungkidul tidak bisa dipungkiri, masih dipengaruhi oleh sejumlah faktor. 

Pertama, putra daerah dan bukan putra daerah. Kedua, pengalaman Organisasi baik di pemerintah, maupun institusi paslon saat berkarya. Ketiga, tingkat kepopuleran paslon dilihat dari segi waktu dan komunikasi dengan masyarakat. Keempat, basis dan karakteristik Partai Pengusung paslon. Kelima kekuatan kapital paslon. Ini menentukan tingkat kekerapan  dalam bertemu dengan masyarakat.   Keenam, kemampuan / kelihaian tim pemenangan dalam membangun opini publik agar paslon yang diusung memiliki keistimewaan, sehingga  calon pemilih  tergerak menjatuhkan pilihannya. 


(Bambang  Wahyu Widayadi)


Sahabat BaBe Mau Gebuk Limapuluh Ribu Suara

Koordinator Relawan Sahabat Bambang Wisnu Handoyo - Benyamin Sudarmadi (BaBe) menargetkan 40 hingga 50 ribu suara dalam kontestasi Pilkada Rabu Wage, 9 Desember 2020. Sahabat BaBe tidak mau berfikir, bahwa target itu kemungkinan gagal. 


"Saya telah memilah dengan cermat. Artinya, yang kader partai tidak disasar. Termasuk yang telah menjadi garapan relawan paslon lain," ujar Dadang Iskandar saat deklarasi Sahabat Babe di RM Mbok Seneng, di pinggir kota Wonosari, Selasa, (14/10/20). 

 

Dia yakin benar, Babe bakal memenangkan pertarungan, karena sangat berpengalaman dalam memilih dan menggunakan strategi. 

Apalagi   kata Dadang, programnya cukup berbobot, banyu rata dalan amba. 


 Seratus tujuhpuluh (170) relawan tingkat kabupaten, ini tambahan keterangan Windi, yang mendampingi Dadang Dadang Iskandar dalam deklarasi Sahabat BaBe, cukup tangguh dalam menggerakkan relawan di 18 Kapanewon. 


 "Sesuai data yang masuk, dari 144 desa, 92 di antaranya, per tanggal 14/10/20 telah terbentuk relawan Sahabat BaBe," tegas Windi.  


Dia mengumpamakan, BaBe itu merupakan mobil yang bergerak dengan kecepatan tertentu. Kami, terang Windi, bertugas menambah power, agar BaBe bergerak maksimal.  


 "Angka yang ditargetkan bukan hanya impian.  Tanpa meremehkan relawan paslon lain, 4.000 Sahabat BaBe sanggup memenuhi target yang dimaksud," pungkas dia. 


(Bambang Wahyu Widayadi)


Personel Panwas Rapid Test di RSUD Wonosari

Bukhori Ikhsan, Ketua Panwas Kapanewon Wonosari menginformasikan, seluruh personil pengawas pemilukada antri rapid test di RSUD Wonosari. Rapid test bertujuan untuk memastikan, seluruh personil pengawas Pilkada Gunungkidul 2020 steril dari covid-19.

  "Seluruh personil panwaskap, staff dan PPD hari ini rapid test,   termasuk Kasek dan bendahara," ujar Bukhari Ikhsan, Selasa, (14/10/20). 

Rosita, Komisioner Bawaslu Gunjngkidul, saat dikonfirmasi menyatakan, rapid test  diikuti 102 personil.


"Mereka diperiksa secara bergantian.  Begitu itu yang saya peroleh dari staf piket RSUD Wonosari," terang Rosita.
   
Menurutnya rapid test tersebut diwajibkan untuk memastikan bahwa para pengawas tidak tertular covi-19.  

"Untuk keselurahan jajara
Bawaslu, jumlahnya 305 orang," imbuh Rosita.

Tetapi, jata dia, jumlah tersebut masih dikurangi beberapa yang tidak ikut rapid karena sudah swab/rapid secar mandiri. 

Di berbagai kesempatan Kadinas Kesehatan dokter Irawati menyatakan, 
rapid test per orang biayanya mencapai Rp 600 ribu. 

"Kalau urusan keuangan itu Sekertariat yang faham. Silakan konfirmasi," pungkas Rosita. (Bambang Wahyu Widayadi)

Selasa, 13 Oktober 2020

PEREKONOMIAN DUNIA BAKAL SEMAKIN BURUK


Seluruh negara di dunia sambat, pada masa pandemi corona, perekonomian mereka hancur. Sibuk mencari solusi pemulihan, tidak satupun pemimpin dunia mengucap syukur, mulat sarira hangrasa wani. Rabu Wekasan, 14/10/20 ada isyarat 360.000 musibah diturunkan. Tidak mustahil tata perekonomian dunia akan makin memburuk.


Corona menyebar ke seluruh penjuru dunia, merujuk satu tuntunan yang mustahil salah, adalah satu musibah yang telah ditetapkan. Meratakan corona, tidak sulit, karena Allah adalah Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu.


 Hancurlah, maka hancur pula perekonomian seperti yang dirasakan banyak orang, mulai April 2020, dan sampai kapan kehancuran itu pulih, manusia tidak akan pernah tahu kapan dan di mana batasnya.      


Banyak pemimpin berpikir bawa pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) bisa menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh pandemi, sementara faktanya sangat kedodoran.   

Terlalu sedikit, bahkan nyaris tidak terjadi, bawa para pemimpin bermunajat, meminta kepada Sang Pemilik supaya corona diralat, maksudnya ditarik agar tidak memporak porandakan bumi, dan mengahancurkan ekonomi.


Dan tuntunan itu sesungguhnya cukup jelas, mintalah kepada-Ku, pasti aku akan mengabulkan permohonan hamba-Ku. 


Seluruh pemimpin Indonesia mulai dari Presiden sampai Lurah, bahkan Dukuh, sepatutnya merujuk, atau minimal  mengingat, bahwa Indonesia merupakan negara Berketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana tertulis di dalam Pasal 29 UUD 1945.   


 Dikutip dari narasi para ulama, Rabu Pon, tanggal 14 0ktober 2020, bertepatan dengan tanggal 27 Safar 1441 Hijriah. Artinya, umat Islam memasuki hari yang dikenal dengan istilah Rabu Pungkasan, atau Rabu Wekasan.

    

Rabu Pungkasan adalah Rabu  terakhir di bulan Safar sebelum memasuki Bulan Maulid (Mulud) atau Rabbiul Awal. 

 

Hari itu, Rasulullah Muhammad SAW  jatuh sakit, selama 12 hari berturut turut. Sakit beliau dimulai Rabu terakhir Bulan Safar. Pada hari Ke-12, hari Senin bulan Maulid Rasulullah Muhammad SAW wafat.   


Pada hari itu Pula (Rabu Pungkasan) Allah menurunkan  360.000 macam musibah baik kecil maupun besar, berlaku untuk seluruh mahluk di langit dan bumi dimulai dari fajar subuh di hari Rabu 27 Safar H.  Untuk itu para ulama menyarakan agar umat Islam mekakukan doa bersama dan dersedakah, karena sedekah  mampu menolak musibah. 


Rasulullah Muhammad SAW berwasiat, "Bersegeralah untuk bersedekah, karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah".     


Tahun 2020, Rabu wekasan jatuh pada hari Selasa pahing malam Rabu Pon. Indonesia yang penduduknya tetbilang sebagai pemeluk agama Islam terbesar di dunia, apakah ada upaya munajat  dan sedekah, agar musibah dosisnya tidak ditambah?


(Bambang Wahyu Widayadi)


Senin, 12 Oktober 2020

Berangkat Kampanye Saat Ayam Berkokok

Calon Bupati Gunungkidul, usai subuh berangkat kampanye.  Adzan magrib masih di Makam Mbang Lampir, kembali ke markas besar bersamaan terdengar kumandang adzan isak.   


  Ketika kampanye Pilkada Gunungkidul 2020 memasuki hari ke 16, Minggu Kliwon 11/10/20, ada sesuatu yang lain dari biasanya. Catatan dan pantauan media setidaknya ada dua hal yang berbeda.


   Pertama, tidak terjadi pertemuan antar massa masing-masing pendukung, meski faktanya mereka saling turun ke lapangan  sesuai jadwal yang telah mereka rencanakan. 


  Pasangan nomor urut 1, 2, 3 dan 4, berlomba menarik simpati calon pemilih. Mereka mimiliki peluang yang sama, dalam kampanye  terbuka, meski PKPU menetapkan kampanye terbuka dalam masa 70 hari, masing-masing hanya diberi kesempatan sekali, dan peserta dibatasi maksimal 100 orang. 


 Sunaryanta, Calon Bupati nomor urut 4, berpasangan dengan Heri Susanto, ini merupakan perbedaan yang kedua, berangkat kampanye sejak jago kluruk (ayam berkokok) menyongsong fajar. Hal tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh tiga calon yang lain.  


  "Pak Mayor, berangkat dari  markas, di Kwarasan Wetan, Kedungkeris, Nglipar, jam 05.30 berkeliling Kapanewon Panggang" ujar anggota rombongan kampanye, Nur Yudi Widodo, Minggu, (11/10/20).  

Titik pertama yang dikunjungi adalah pasar Jowa, Padukuhan  Blimbing Desta Girisekar, sekaligus menyambangi telaga Thowet yang pada musim kemarau tidak pernah kering. 


 Berbeda  ketika Mayor Sunaryanta ke telaga Pakem, padukuhan Bali, Desa Girisekar.  Seratus warga berada di tengah telaga yang kering kerontang, melakukan bersih-bersih, menyongsong musim penghujan. 


   Dari Telaga Pakem Sunaryanta, dipandu pelawak Kartono ke Padukuhanan Tanggung Desa Girimulyo. Sunaryanta selaku Ketua PBVSI Gunungkidul  menyaksikan regenerasi volley ball. 


Di sana ada Klub Bantar Angin. Klub Senthir Cilik yang kesemuanya bernomor punggung 4 dipimpin Calon Bupati nomor urut 4, setengah set menjajal kemampuan Bantar Angin, dan diakhiri pada saat skor 14 - 16 untuk Bantar Angin.


   Dari Padukuhan Tanggung rombongan bergerak ke Waru Girisekar menanam bibit bunga Kanthil di sekitar Gua Keceme. 


  Giliran berkunjung ke Padukuhan Warak, Sunaryanto menyempatkan diri jagong manten di dua tempat, termasuk melihat  komunitas ternak kambing kacangan. 


  Tampak dalam  dalam rombongan kecil itu Ery Agustin (Golkar) Ngatimin (Demokrat) Timbul S dan Sutiya (PKB) bergerak ke Padukuan krambil Girisekar.   


  Sunaryanta dijamu makan makan siang di rumah Mbok Padmo, janda yang hidup bersama Rukujan (51) difabel tuna. Netra, di Dusun Doplang, Girikarto, Pangang.   


 "Rukijan  alias Onto, tunanetra sejak bayi, lahir 1969," kata  Wadyem (61), saudara sepupu Rukijan.  


 Masih banyak tempat yang disambangi  Mayor di antaranya: Kerajinan limbah kayu, di Pudak, sumber air Goa Sodong, warga kerja bakti di makam umum Gibal, Giriwungu, destinasi Bukit Rasa Wulan, Padukuhan  Turunan, pemeliharaan lapangan  sepak bola Gebang, Girisuka, Perajin  Tas Temuireng I, Girisuka, menyapa  pesenam  di Pijenan Girisekar. Terakhir Sunaryanta dan istri, ziarah ke Mbang Lampir  pas bersamaan adzan magrib.

 

"Kunjungan yang cukup menyenangkan, meski itu adalah sangat melelahkan," komentar Suharna, mantan anggota TNI yang mengikuti anjangsana sehari itu.

 (Bambang Wahyu Widayadi)


Jumat, 09 Oktober 2020

Diundang Makan, Sunaryanta Diarak Petani



Hati Calon Bupati  Nomor Urut 4, Kabupaten Gunugkidul, Sunaryanta  tersentuh. Matanya berkaca-kaca saat ratusan petani  Padukuhan Manggung, Desa Ngalang, Kapanewon  Gedangsari mengundang silaturahmi dan mengajak makan  nasi bancakan di atas daun pisang.


  “Ini pengalaman yang tak mungkin saya lupakan. Saya  terharu menghadiri undangan ini. Mereka tulus menyambut dan menerima saya. Apalagi saat saya diajak makan bersama dengan alas daun pisang,” ungkap Sunaryanta kepada awak media, Jumat (9/10).


  Calon Bupati Gunungkidul yang diusung Golkar dan PKB ini diarak puluhan warga menggunakan sepeda motor menuju ke lokasi acara makan bersama. Sesekali terdengar  teruakant Nomor 4 Menang. Ada juga yang mengumandangkan Mayor Menang, Pertanian Berkembang, Rakyat Senang. 

Sampai di tempat acara, Sunaryanta disambut puluhan ibu dan bapak-bapak, berjajar berdiri menunggu.

 

“Terimakasih Pak Sunaryanta telah berkenan hadir memenuhi undangan  petani Padukuhan Manggung. Saya tidak menduga, kalau undangan lewat whatsApp Bapak  respon  cepat,” kata Muhtar, mewakili petani saat acara dimulai.


 Sebagai petani, kata Muhtar, dirinya dan semua warga tahu cara berterimakasih kepada calon pemimpin yang  baik seperti Mayor Sunaryanta.


   “Bapak tak usah ajari kami, siapa yang harus kami coblos pada tanggal 9 Desember nanti. Kami sudah mengerti bagaimana membalas kebaikan Bapak kepada kami,” tegasnya.


 Merespon sambutan tersebut, Sunaryanta yang berpasangan dengan Heri Susanto ini pun menyampaikan ucapan  yang sama.


 Sebuah bentuk kesungguhannya maju menjadi calon bupati, Sunaryanta menegaskan, bahwa dia ingin menjadi pemimpin  sekaligus menjadi pelayan rakyat.

 

“Pemimpin itu bukan hanya menggunakan telunjuk untuk memerintah, tapi juga harus mampu dan mau menjadi pelayan rakyat. Jangan dibalik, pemimpin minta dilayani. Pemimpin itu yang harus melayani,” tandasnya.


  Sebagai wujud keseriusannya, Sunaryanta menyampaikan pesan simbolik dengan mengambilkan piring beserta nasi dan lauk pauk yang tersedia, lalu menyerahannya kepada salah satu warga yang dianggap paling sepuh. 


 “Mohon diterima sepiring nasi ini, dan mohon ijin saya mau menyuapi salah satu warga paling tua sebagai bentuk rasa sayang dan hormat. Bagi saya, dimana pun kalau saya ketemu orang yang lebih tua, saya selalu anggap sebagai orang tua sendiri. Apalagi, mereka yang sudah jompo,” tururnya terbata-bata.


 (Bambang Wahyu Widayadi)


Mengamankan APK Agar Tidak Hilang Atau Dirusak Orang


Alat peraga kampanye (APK) hilang dan kemungkinan memang sengaja dirusak atau dihilangkan, dalam pesta demokrasi adalah biasa. Itu lagu lama, alias nyanyian emosional yang selalu terdendang, karena satu kebodohan. Ada solusi sederhana, agar APK tidak dijahili orang. Ini masukan untuk empat tim Paslon Bupati Gunungkidul 2020.  

 

Menghadapi orang-orang bodoh, tidak perlu emosi. Tim pemilik  APK  yang rusak, dirusak, atau dihilangkan harus berfikir super cerdas. 


Danang Ardianto, salah satu tim pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, Sunaryanta - Heri Susanta, tidak yakin Bawaslu bisa menemukan perusak APK, meski itu dilaporkan secara bertubi-tubi.


"Gak mungkin ketemu," kata Danang Ardianto dalam komentarnya di salah satu grup WhatsApp, mengomentari raibnya rontek Immawan Wahyudi, di Semanu beberapa waktu lalu. 


MH Mudi Lestari,  pegiat perempuan yang jarang ngomong politik pun harus nimbrung bicara, agar APK aman. Dia menjamin selama 40 hari masa kampanye Pilkada 2020, tidak ada rontek, banner, atau spanduk yang cacat. 


"Caranya sederhana. APK diawasi, dijaga siang malam oleh petugas partai," ucap MH Mudilestari, tidak haya berseloroh, (9/10/20).  


Logika yang dia mainkan, pilkada 2020, yang di dalamnya ada tahapan kampanye itu dibiayai oleh masing-masing kontestan. 


Itu sebabnya, terang Mudilestari, KPU meminta masing-masing tim pasangan calon mendaftarkan besaran dana kampanye yang digunakan.   


"Petugas penjaga APK bisa dibayar dari anggaran yang memang sudah disediakan. Selesai toh? Mengapa harus ribet dan ribut," tegas Mudi Lestari.    


Dia tahu, tim pasangan calon bakal mengeluh, karena anggaran kampanye pasti membengkak. Menurutnya itu resiko.

 

Kalau keberatan, kata dia, APK raib, ya gak usah mencak-mencak. Dia menunjuk, pada Pileg 2019, pengrusakan banyak terjadi. Pemiliknya cukup memasang  dengan APK yang baru.


(Bambang Wahyu Widayadi)


DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...