Minggu, 14 Februari 2021

MANUSIA TAK BERKEPALA

Pada akhir zaman manusia hidup dalam  situasi  banyak melanggar janji. Mereka melupakan peringatan keras yang telah diberikan kepadanya. Lalu, manusia  diazab sampai mereka berputus asa. Semua manusia berbadan tetapi sebagian besar tidak berkepala. Manusia tidak bisa berfikir.

     Peringatan itu berupa seruan, jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi.


    Manusia menjawab: sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan untuk kepentingan ekonomi. 


  Kemudian  Allah  membukakan semua pintu kelebihan ekonomi untuk seluruh manusia yang melupakan peringatan keras. 


    Manakala manusia sedang bergembira dengan apa yang telah diberikan kepadanya, Allah siksa manusia secara tiba-tiba dengan pandemi corona. Ketika itu manusia terdiam dan putus asa.


     Religiusitas manusia pelanggar janji luluh lantak.  Kebingungan saja yang ada di kepala mereka. Mau bersekutu dengan apa dan siapa, manusia tak bakalan sanggup menghentikan pandemi sebagai sebuah ketetapan zaman.


    Manusia yang kebetulan menjadi pemimpin telah  kehilangan akal. Mereka terombang-ambing dengan kebijakan yang semenit silam diputuskan, gara-gara penyakit menular tidak gampang diatasi.


   Rakyat diblokir masuk rumah. Kegiatan diawasi secara ketat dengan istilah doktrin pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sekala mikro.


     Rakyat dikurung di dalam rumah. Mereka mau makan atau tidak, para pemimpin tidak ambil peduli. Para penguasa terus berimajinasi  penyakit menular bisa ditangani dengan kepala kosong. 


  Sebagian besar manusia tidak mampu melihat kalau Corona itu sesungguhnya merupakan akibat dari perbuatan tangannya sendiri. Mereka tidak menyadari karena telinga mulut dan mata mereka benar-benar pikun. Dan PPKM  tidak akan membuahkan hasil.  


  Agak emosional seorang teman  mengingatkan, kamu jangan cuma pintar crigis, coba tunjukkan jalan lain untuk menguasai keadaan. Ini darurat kemanusiaan, kata dia.   


 Saya jawab, usaha lahir sampean sudah tidak  kurang-kurang, tetapi upaya batin zero, zero dan zero.  


 Mintalah kepadaKu, demikian suara dari langit memecah kegelisahan, maka Aku akan mengabulkannya.  


 Memohon dengan kerendahan hati kepada Sang Khalik, itulah yang tidak pernah dilakukan oleh manusia di bumi yang tersiksa Corona. 


Munajat besar dengan Asmaul Husna itu solusi terakhir, dan manusia menolak mentah. 





(Bambang Wahyu Widayadi)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...