Senin, 14 Juli 2014

SUARA TUHAN PUN MAU DIRAMPOK




Episode bernama pemilu, senantiasa membuat sebagaian besar dada saling menyapa, dalam korelasi kepura-puraan. Sebab pada kedalaman tertentu, dada itu sesunguhnya saling bermusuhan.
Pemilu seperti halnya arus listrik, memproduksi getaran yang sangat hebat.  Pemilu bisa menimbulkan sakit, tetapi tidak sampai mematikan, dengan catatan, kalau koneksinya cuma sebentar.
Dan karenanya, tidak satupun orang  bisa menangis, karena pemilu bukan untuk ditangisi. Pemilu tidak melahirkan kesedihan, karena pemilu adalah pesta rakyat.
Terlanjur diyakini ratusan tahun, dalam pemilu suara rakyat adalah 100%.  Sebuah runing teks mengalir di televisi, produk pemilu 9 Juli 2014 adalah  presiden pilihan rakyat.
Ini bentuk pergeseran fondamental dari demokrasi ortodok ke demokrasi moderen. Demokrasi kuno divonis  sebagai dominasi  sekelompok penjahat politik, yang hanya menguntungkan pribadi seperti pada era Soeharto Presiden RI ke II.
Aku rampok hati kamu. Toh nggak ada yang nggak ngrampok di dunia ini. Iya nggak? Kalau nggak percaya tanya saja sama Polisi.” ungkap Yudhistira Ardi Noegraha,  pada tahun 1974.
Di era demokrasi moderen tidak ada lagi perampok. Maunya begitu. Namun realita barangkali tak jauh berbeda dengan ucapan Yudhis.
Pemilu yang memabi-buta, menganggap rakyat sebagai faktor dominan bahkan penentu. Tuhan, dianggap tidak ada. Ini sebuah perampokan yang melampaui batas.
Itu sebabnya  Goenawan Mohamad peduli. Penyair dan budayawan ini memaparkan  Tentang Seorang yang Terbunuh di Sekitar Hari Pemilihan Umum.   
Gunawan mengharap campur tangan Sang Khalik untuk membuka tabir terkait  seseorang yang mati di hari pemilihan umum. “Tuhan, berikanlah suara-Mu kepadaku.”
Dan pada Pemilu 9 Juli 2014,  Goenawan Mohamad tidak perlu memohon, “Tuhan, berikanlah suara-Mu kepadaku.” Allah SWT, saya yakin hadir di setiap TPS di seluru tanah air.
Tuhan tidak perlu ikutan mencoblos surat suara, apa lagi sampai dua kali. Tuhan cukup sekali dengan bahasa agung: Kun fayakun, jadi maka terjadilah.
Suara rakyat 99%, suara Tuhan 1%. Bangsa manusia tidak akan sanggup merampok suara yang 1%. Subhanallah..................




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...