Menunggu pengumuman KPU soal hasil perolehan suara pilpres, dari bilik 9 Juli ke 22 Juli 2014, terasa begitu lama. Padahal jaraknya hanya 13
hari, tetapi rasanya seperti 13 tahun.
Begitulah suasana hati
dua timses, yang berhadap-hadapan, termasuk para pendukung fanatik
masing-masing. Ibarat nonton drama waiting for godoot.
Deg-deg plas berubah
menjadi pecah telor, alias suka cita saat KPU mengumumkan pemenang dan
menetapkannya. Paling banter, durasi kegembiraan itu getarannya hanya lima
detik.
Oleh pemenang, tanpa
disadari, penderitaan bangsa ini masih
berjalan cukup panjang, paling tidak 5 untuk tahun ke depan.
Biaya pendidikan, sulit
diharapkan untuk segera turun. Jargon gratis adalah komoditas politik saat
kampanye. Dicekoki begitu, anehnya
masyarakat kok ya mau-maunya percaya.
Kesehatan murah, itu
sebuah pelintiran alias kebohongan yang luar biasa busuk. Tidak dipungkiri,
memang masuk rumah sakit kelas III, rakyat miskin tidak mengeluarkan ongkos sepeser
pun.
Tetapi apa benar rumah
Sakit itu mau-mau saja jika mereka tidak dibayar? Suwer.......... gak minta
bayar? Ini bohong besar kalau jawabannya suwer...... Secara administratif
rumah sakit itu menagih rekening ke Pemerintah.
Pertanyaan sederhana,
pemerintah itu bayarnya pakai uang siapa? Duwite mbahmu? Dalam hal membayar
rumah sakit, pemerintah tidak transparan. Itu uang hutang luar negeri, atau
uang dari pendapatan pajak?
Dengan memanipulasi dan
menyembunyikan informasi soal sumber biaya pendidikan maupun kesehatankan
melahirkan generasi miskin di masa depan.
Terkecuali jika para
birokrat, yang dipimpin presiden terpilih rela melakukan bantingan
guna mengurus rakyat yang memang membutuhkan bantuan pendidikan dan kesehatan.
Apa bisa? Lo kenapa tidak.
Rakyat sudah beri contoh kongkrit. Joko Widodo nyalon presiden secara bantingan disumbang rakyat 100
milyar rupian lebih. Dan sumber sumbangan itu super jelas, dari kantong
relawan.
Setelah mimpin negara, apa
Jokowi gak bisa balas budi? Maksudnya, apa gak bisa dia menggalang dana
bantingan ala relawan? Kudunya Joko Widodo Pinter banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda