Sabtu, 19 Juli 2014

LIMA DETIK GEMBIRA, LIMA TAHUN MENDERITA



Menunggu pengumuman KPU soal hasil perolehan suara pilpres,    dari bilik 9 Juli ke 22 Juli 2014,  terasa begitu lama. Padahal jaraknya hanya 13 hari, tetapi rasanya seperti 13 tahun.
Begitulah suasana hati dua timses, yang berhadap-hadapan, termasuk para pendukung fanatik masing-masing. Ibarat nonton drama waiting for godoot.
Deg-deg plas berubah menjadi pecah telor, alias suka cita saat KPU mengumumkan pemenang dan menetapkannya. Paling banter, durasi kegembiraan itu getarannya hanya lima detik.
Oleh pemenang, tanpa disadari,  penderitaan bangsa ini masih berjalan cukup panjang, paling tidak 5 untuk tahun ke depan.
Biaya pendidikan, sulit diharapkan untuk segera turun. Jargon gratis adalah komoditas politik saat kampanye. Dicekoki begitu,  anehnya masyarakat  kok ya mau-maunya percaya.
Kesehatan murah, itu sebuah pelintiran alias kebohongan yang luar biasa busuk. Tidak dipungkiri, memang masuk rumah sakit kelas III, rakyat miskin tidak mengeluarkan ongkos sepeser pun.
Tetapi apa benar rumah Sakit itu mau-mau saja jika mereka tidak dibayar? Suwer.......... gak minta bayar? Ini bohong besar kalau jawabannya suwer......  Secara  administratif rumah sakit itu menagih rekening ke Pemerintah.
Pertanyaan sederhana, pemerintah itu bayarnya pakai uang siapa? Duwite mbahmu? Dalam hal membayar rumah sakit, pemerintah tidak transparan. Itu uang hutang luar negeri, atau uang dari pendapatan pajak?
Dengan memanipulasi dan menyembunyikan informasi soal sumber biaya pendidikan maupun kesehatankan melahirkan generasi miskin di masa depan.
Terkecuali jika para birokrat, yang dipimpin presiden terpilih rela melakukan bantingan guna mengurus rakyat yang memang membutuhkan bantuan pendidikan dan kesehatan.
Apa bisa? Lo kenapa tidak. Rakyat sudah beri contoh kongkrit. Joko Widodo nyalon presiden secara bantingan disumbang rakyat 100 milyar rupian lebih. Dan sumber sumbangan itu super jelas, dari kantong relawan.
Setelah mimpin negara, apa Jokowi gak bisa balas budi? Maksudnya, apa gak bisa dia menggalang dana bantingan ala relawan? Kudunya Joko Widodo Pinter banget.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...