Makin dekat ke angka 22,
situasi politik negeri ini suasananya tidak semakin kondusif, tetapi
sebaliknya, malah makin panas. Dengan segala kekuatan, saya mencoba
menikmatinya. Saya menelisik pengaruh alam pada manusia, versi budaya Jawa.
Selasa Pon, 5 November 2013 bersamaan dengan tanggal 1 Sura tahun
Jawa 1947. Berikutnya, tanggal 1 Sura Tahun Jawa 1948, jatuh pada Jum’at Pon 26
September 2014.
Selama 360 hari, 5
November 2013 hingga 26 September 2014, bumi dan isinya di bawah pengaruh anggara rekata. Diterjemahkan secara bebas, anggara rekata
artinya kepiting. Alam, terbatas Jawa,
ada dalam pengaruh Tahun Yuyu.
Berpegang pada referensi
Jawa, alam dan manusia yang berada pada
Tahun Sirah 7 (diambil dari angka paling belakang 1947), karakternya: sapto pitu, golek banyu apikulan warih.
Karakter tahun yuyu, oleh
sebab itu menjadi murah air. Tanaman serba tulus. Terbukti hingga bulan Juli
2014, Sebagian wilayah negeri ini masih diguyur hujan.
Tetapi ada pertanda lain,
Tahun Sirah 7 bermakna: Sapta perang, dewa yaksa geng sungkawa. Yen ana ratu
jumeneng ing Tahun Sirah 7, ora yuwana panjenengane, sarta ana perang gede. Lalu?
Saya melihat ada
indikasi, Prabowo Subianto berupaya menggagalkan Pemilu Pilpres 9 Juli 2014. Yang dijadikan alasan
macam-macam. Salah satu di antaranya banyak pemilih yang tidak menggunakan form
A5, diijinkan menggunakan hak pilih. Menurut Tim Prabowo ini keculasan.
Padahal, secara substantif
UUD 1945 dan UU Pemilihan Presiden itu, mengisyaratkan setiap warga negara
berhak memilih dan dipilih. Itu artinya, tanpa terkecuali, baik yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar di dalam DPT, warga negara boleh memilih di mana dia
berdomisili.
Formulir A 5 tidak lebih dari sekadar bukti bahwa seseorang
memang terdaftar pada DPT yang disusun KPU. Harus diakui, bahwa warga yang
tidak terdaftar pun, saat ini masih ada. Tatapi KPU sudah ambil solusi cerdas. Mereka
boleh memilih menggunakan KTP. Tidak ber-A5 kenapa dipersoalakan?
PPS yang mengijinkan
seseorang untuk memilih, meski tidak dengan A 5, tidak bisa dipandang sebagai
pelanggar konstitusi. Mereka, pada hemat saya justru merupakan aktor penyelamat
konstitusi.
Kalau nyoblos tidak
dengan A5, kemudian pemilu ditempat tertentu harus diulang, itu justru sebuah
pelanggaran serius. Paling tidak, menjadi kontra produktif dengan aturan, bahwa
warga boleh memilih dengan menunjukkan KTP.
Apakah Prabowo masih akan
bertahan dengan cara berkacak pinggang? Apakah Prabowo adalah wujud dari dewa yaksa geng
sungkawa.? Kita tunggu saja momentum 22 juli 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda