Senin, 21 Juli 2014

PRABOWO AKAN GAGALKAN PEMILU?



Makin dekat ke angka 22, situasi politik negeri ini suasananya tidak semakin kondusif, tetapi sebaliknya, malah makin panas. Dengan segala kekuatan, saya mencoba menikmatinya. Saya menelisik pengaruh alam pada manusia, versi budaya Jawa.
Selasa Pon, 5  November 2013 bersamaan dengan tanggal 1 Sura tahun Jawa 1947. Berikutnya, tanggal 1 Sura Tahun Jawa 1948, jatuh pada Jum’at Pon 26 September 2014.
Selama 360 hari, 5 November 2013 hingga 26 September 2014, bumi dan isinya di bawah pengaruh anggara rekata.  Diterjemahkan secara bebas, anggara rekata artinya kepiting.  Alam, terbatas Jawa, ada dalam pengaruh Tahun Yuyu.
Berpegang pada referensi Jawa,  alam dan manusia yang berada pada Tahun Sirah 7 (diambil dari angka paling belakang  1947), karakternya: sapto pitu, golek banyu apikulan warih.
Karakter tahun yuyu, oleh sebab itu menjadi murah air. Tanaman serba tulus. Terbukti hingga bulan Juli 2014, Sebagian wilayah negeri ini masih diguyur hujan.
Tetapi ada pertanda lain, Tahun Sirah 7 bermakna: Sapta perang, dewa yaksa geng sungkawa. Yen ana ratu jumeneng ing Tahun Sirah 7, ora yuwana panjenengane, sarta ana perang gede. Lalu?
Saya melihat ada indikasi, Prabowo Subianto berupaya menggagalkan Pemilu  Pilpres 9 Juli 2014. Yang dijadikan alasan macam-macam. Salah satu di antaranya banyak pemilih yang tidak menggunakan form A5, diijinkan menggunakan hak pilih. Menurut Tim Prabowo ini keculasan.
Padahal, secara substantif UUD 1945 dan UU Pemilihan Presiden itu, mengisyaratkan setiap warga negara berhak memilih dan dipilih. Itu artinya, tanpa terkecuali, baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar di dalam DPT, warga negara boleh memilih di mana dia berdomisili.
Formulir A 5  tidak lebih dari sekadar bukti bahwa seseorang memang terdaftar pada DPT yang disusun KPU. Harus diakui, bahwa warga yang tidak terdaftar pun, saat ini masih ada. Tatapi KPU sudah ambil solusi cerdas. Mereka boleh memilih menggunakan KTP. Tidak ber-A5 kenapa dipersoalakan?
PPS yang mengijinkan seseorang untuk memilih, meski tidak dengan A 5, tidak bisa dipandang sebagai pelanggar konstitusi. Mereka, pada hemat saya justru merupakan aktor penyelamat konstitusi.
Kalau nyoblos tidak dengan A5, kemudian pemilu ditempat tertentu harus diulang, itu justru sebuah pelanggaran serius. Paling tidak, menjadi kontra produktif dengan aturan, bahwa warga boleh memilih dengan menunjukkan KTP.
Apakah Prabowo masih akan bertahan dengan cara berkacak pinggang? Apakah Prabowo adalah wujud dari dewa yaksa geng sungkawa.? Kita tunggu saja momentum 22 juli 2014.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...