Murtini minum jamu |
RPRC tiba-tiba datang ke rumah warga yang tes rapidnya reaktif, menyerahkan jamu, kemudian secepatnya dia menghilang.
Terkait gerakan tersebut, Wakil Bupati Gunungkidul, sekaligus Ketua Gugus Tugas Covid-19, Immawan Wahyudi menyarankan, untuk bersikap hati-hati.
"Siapa yang mengkoordinir? Jangan terlalu dekat dengan warga yang test rapidnya reaktif. Mereka belum bisa disebut pasien karena tidak/ belum sakit, tapi mengatur jarak jauh kira-kira 10 meter lebih baik. Sekaligus edukasi untuk warga agar tidak takut, tapi juga harus hati-hati atau waspada," pesan Immawan Wahyudi (1/6/20).
Terima kasih, lanjut Immawan Wahyudi, atas peran teman-teman untuk terus bergerak Stop Covid 19, apapun kegiatannya.
"Salam untuk rekan semua," kata Immawan.
Panji Emas selaku pengendali RPRC menyatakan, bahwa teamnya cukup disiplin dalam menjalankan tugas.
Meski demikian, kata Dia, pesan Ketua Gugus Tugas Covid-19 Gunungkidul bisa menambah referensi dalam bertindak di lapangan.
Team RPRC telah persiapkan segala sesuatu sesuai kesepakatan. Penyerahan jamu kepada personil rapid tes reaktif dilakukan bersama warga setempat.
Seperti itu yang kami lakukan kemarin ketika bergerak di Bantul dan Sleman," terang Panji.
Peminum Jamu Ramuan Jawa, di Sleman dan Bantul, menurutnya mencapai puluhan orang.
Jumiyatun dan dua anaknya Sayyida & Raina, Agus Sudrajat dengan dua anak Gunawan serta Arif, Teguh, Likik, Febrian, Widodo, Fitriyani, Januar, Bambang, dan Gunawan Gr, dan masih banyak yang lain adalah pasien positif. Mereka disuport jamu cepat berubah status menjadi negatif.
Untuk Gunungkidul tercatat Murtini, Supardi-Windarsih (suami istri) terdeteksi rekatif, berubah status ke negatif. Untuk Dika putra Supardi-Windarsih, positif covid, menjadi negatif.
"Sepanjang mempeoleh kabar akurat, bahwa si A reaktif, RPRC pasti datang membantu kemudian menghilang," tegas Kang Panji Emas.
Sebagian warga, bertanya soal harga jamu bagi orang-orang sehat. Dalam hal ini Kang Panji cuma tertawa.
"Untuk kelas pejabat Rp 100 ribu. Rakyat kecil cukup Rp 50 ribu. Itu sebatas agar kami bisa memproduksi jamu. Kami tidak sedang dalam rangka berbisnis," tegas dia.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda