Selasa, 09 Juni 2020

PANDEMI ITU HANYA SERPIHAN DEBU

Yang di bumi dan yang di langit seluruhnya diserahkan  untuk mencukupi keperluan  hidupmu. Untuk hidup di negeri awal, juga hidup di negeri akhir. 

Dia bertanya kepadamu, apa masih kurang bukti tentang kemahamurahan itu.

Dia memberi jalan, masuklah ke dalam rumah nomor  tujuh belas, kamar ke dua puluh. Di sana ada cahaya terang, manakala matahatimu terbuka.  

"Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini, yang menginginkan dunia, maupun golongan itu, yang menginginkan akhirat, Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi."

Seperti udara, mampukah kamu menahannya, ketika dia menyapa lubang hidung menembus paru-paru sebagai kemurahan yang nyata. Tidak, tidak satupun di antara manusia mampu mengerjakannya.

Menjadi bandit di satu negeri pun kamu diijinkan. Mengeruk timah dan batu bara, mengisi pundi-pundi sampai 655 milyar, tidak diharu biru. 

Itulah makna kemerdekaan sejati. Manusia diberi kebebasan memilih nasib, sebagaimana Iblis menolak bersujud kepada Adam.

Sekarang, tiba saatnya tangan Penguasa Alam menerbangkan serpihan kapas menjadi wabah mengguncang jagat.

Kamu bisa apa, kamu hanya bingung bersekutu. Gelisah berlindung kepada Amerika, kepada Cina, kepada Rusia, kepada WHO, padahal mereka juga gagap tidak tahu apa-apa.

Mereka tersesat, kamu pun mengikutinya. Tidak ada jalan kembali yang terbaik, kecuali mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh Tuhanmu.

Putat, 8 Juni 2020
Bambang Wahyu Widayadi

1 komentar:

  1. Diberi serpihan kapas bukannya introspeksi dan istighfar. Justru digunakan kesempatan utk menghancurkan sesama karena kecewa. Bbrapa Tokoh agama makin brutal bicara dengan alasan amar makruf. Kenapa tidak bicara hadapi musibah hanya dengan bersama dlm doa dan usaha.

    BalasHapus

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...