Corona, itu ibarat sahabat karib, dia sedang menasehati saat manusia lalai mengerjakan perintah-Nya. Fakta menunjukkan bahwa sesungguhnya manusia banyak mengerjakan kekeliruan yang tidak pernah disadari.
Corona, dilihat dari perspektif Ketuhanan Yang Maha Esa adalah merupakan doa yang terkabulkan. Anehnya begitu doa itu dikabulkan dalam arti Corona diturunkan ke dunia, manusia menjadi terkaget-kaget.
Di belahan bumi Amerika, sekelompok manusia berdoa ingin menjadi polisi dunia, dan itu terlaksana. Di daratan Cina manusia berdoa ingin menjadi kontraktor dunia dengan program OBOR (ONE BELT ONE ROAD). Tuhan mengijinkannya.
Di Indonesia 9 orang taipan ingin menguasai perekonomian nasional, Tuhan pun memberikan kesempatan. Sebagian besar pejabat publik baik di tingkat eksekutif maupun legislatif bercita-cita ingin kaya raya dengan cara korupsi termasuk mengeruk kekayaan alam, Tuhan juga tidak menghalangi.
Tidak ada keserakahan manusia yang tidak diijinkan, semua dibebaskan, tetapi kebebasan itu sudah kelewat batas. Bangsa yang satu dengan bangsa yang lain tidak pernah akur. Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling cakar, demi memperebutkan kekuasaan.
Yang benar-benar kelewatan adalah sekelompok manusia ingin menguasai manusia yang lain dengan cara yang sangat keji.
Mereka menyombongkan diri bahwa kekuatan militernya tidak bisa terkalahkan oleh siapapun.
Kelompok yang lain congkak karena keberhasilan membangun ekonomi dalam waktu sekejap. Berikutnya bangsa itu mengumbar peminjaman modal hanya untuk menguasai bangsa yang lain.
Manusia bangsa, yang bersikap dzolim cenderung melestarikan penjajahan di atas dunia itulah yang tidak senapas dengan roh Ketuhanan Yang Maha Esa.
Indonesia tanggal 1 Juni 2020 diingatkan bahwa memiliki benteng yang sangat kokoh. Sayangnya benteng tersebut menjadi rapuh karena tidak konsisten diamalkan dalam hidup berbangsa dan bernegara dalam menghadapi cengkraman globalisasi.
Hari ini Senin Pon 1 Juni 2020 sepertinya tidak terdengar teriakan Salam Pancasila atau juga Saya Pancasila.
Bambang Wahyu Wijayadi
Pertanyaan besar mbah....bakteri atau virus nggih...selama ini dereng onten otopsi ..
BalasHapus