Melalui berbagai media, demikian Jepe menandai, pemerintah menyerukan masyarakat harus bersatu merapatkan barisan melawan Corona dengan menciptakan istilah new normal adalah indikator kebingungan tersebut.
"Pertanyaan saya, seberapa hebat kekuatan manusia begitu pongah, mau melawan kehendak alam. Corona adalah irama zaman, yang memang harus terjadi. Mau dilawan?" tanya Jepe secara retoris, (6/6/20).
Naik pesawat, yang penerbangannya lancar, para penumpang tidur. Tetapi, demikian ustadz Aa Gymi menyatakan, manakala ada sedikit goncangan, seluruh penumpang berzikir Allah hu Akbar. Sontak para penumpang mengagungkan (mengingat) Asma Allah.
Itulah fungsi "goncangan" sebagaimana pandemi Corona yang dirasakan oleh seluruh manusia di dunia saat ini, demikian Aa Gym menterjemahkan makna ujian yang selalu datang di setiap sejarah peradaban manusia.
Corona sebagai ujian, sebagaimana yang dipahami kebanyakan orang, mestinya dihadapi dikerjakan, dijawab, atau diselesaikan, bukan dihindari, bukan pula dimusuhi apalagi dilawan.
Sementara sangat berbeda dengan fakta pemahaman sujumlah tokoh baik nasional maupun lokal. Ada ajakan melawan Corona yang ditulis di berbagai baliho besar dan dipasang di tepian jalan.
Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, SE, bahkan mengedukasi warga, bahwa Corona adalah musuh bersama.
Menurut Endah Subekti Kuntariningsih Corona menyerang tidak pandang bulu, tidak membedakan usia, jabatan dan ras. Siapa pun mulai dari presiden, gubernur, bupati sampai rakyat biasa, berpotensi sakit, karena virus Civid-19.
"Bahkan WHO menyatakan Corona tidak menghormati perbatasan. Virus ini melabrak dunia. Itu sebabnya saya menyatakan, Corona sebagi musuh bersama," terang Endah Subekti.
Pendapat ulama cukup tegas, Corona harus dihadapi. Pendapat umarok (pemerintah) bebas diikuti, bebas pula dipikirkan.
Bambang Wahyu Widayadi
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda