Sabtu, 06 Juni 2020

JANGAN SANGKA PETANI SUKA TINGGAL DI RUMAH



Para pejabat yang menasehati petani supaya taat protokoler, pasti pejabat tersebut tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang cara kerja para petani. Maklum, cara hidup para pejabat merupakan pritotype kaum priyayi yang jauh dari lumpur pertanian.

Bertani tidak bisa diatur begini dan begitu. Petani bekerja bersama Allah. Mereka yang fasih berbahasa Arab, sebelum bekerja dipastikan mengucap  Bismillah. 

Sementara ada pula yang cukup melafat Semelah. Yang kedua itu memiliki makna yang sama, meski pengucapannya berbeda.

"Bersama Allah, saya menanam kacang hijau seluas 1.200 meter persegi," tutur Sukarnan, warga Jatisari, Desa Playen, Kecamatan Playen, Gunungkidul (6/6/20).

Harapan Sukarman tidak berlebihan, meski dalam gempuran pandemi Corona, dia tetap beraktifitas seperti biasa. Tidak ada perubahan yang berarti. Tidak pula mengenal istilah normalisasi hubungan antara alam dan manusia.

Petani tidak mengenal dikotomi old normal dan new normal. Semua serba normal, meski teror berdiam diri di dalam rumah senantiasa dilakukan secara masif.

"Faktanya, kami masih juga memanen tanaman serai, untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal," kata Sukarman. 

Ketika petani tunduk pada perintah, harusw berdiam diri di dalam rumah penduduk kota pasti kehilangan aneka produk pertanian yang selama ini disuplay dari pedesaan.

"Dalam hal ini saya memahami yang diucapkan almarhum Presiden Soekarno, bahwa petani merupakan soko guru revolusi," pungkas Sukarman.

Bambang Wahyu Widayadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...