Sutrisna Wibawa |
Pertama, ujar Sutrisna Wibawa, kampus desa, sementara yang kedua pemberdayaan anak usia dini. Dua model pendidikan tersebut, menurut putra Sokoliman Bejiharjo ini, mengarah pada satu titik yakni pengembangan sumber daya manusia.
Fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak perguruan tinggi. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM), di setiap perguruan tinggi memiliki berbagai produk penelitian. Menurut Sutrisna Wibawa, Hal itu bisa dimanfaatkan untuk membangun 144 desa di Gunungkidul.
"Teknisnya kampus dengan desa melakukan perjanjian kerjasama dalam memanfaatkan teknologi hasil penelitian," terang Rektor UNY, dalam diskusi sore di Limas Iskandar, Ngunut, Kecamatan Playen, (18/6/20).
Model kedua lebih sederhana, bentuk dan formulanya berupa sarapan pagi bersama anak PAUD dan TK. Kongkritnya mirip seperti pemberian makanan tambahan (PMT) guna menambah energi.
Orientasinya, menurut Sutrisna Wibawa bukan pada proyek PMT, karena begitu dana habis, kegiatan pasti terhenti.
"Sarapan pagi dengan anak PUD dan TK, lebih menekankan pada pendidikan bagi ibu-ibu, bahwa, tanpa dibiayai pemerintah, mereka bisa mengusahakan PMT secara mandiri," tegas Sutrisna Wibawa.
Kampus desa seta makan bersama anak PAUD dan TK, menurut Sutrisna Wibawa merupakan terjemahan bebas, bahwa belajar harus dilakukan selama hidup.
"Saat ini kita tidak hanya butuh kerja keras, tetapi kerja cerdas," pungkas Sutrisna Wibawa.
Bambang Wahyu Widayadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda