Senin, 28 Juni 2021

SENJATA PAMUNGKAS MENGHADAPI PANDEMI

Menghadapi wabah Covid-19, Hakim Maha Hakim  memerintahkan manusia untuk mengerjakan dua hal. Secara umum, dua perkara itu dirasa berat sehingga tidak dilakukannya. 

Hakim dunia belum tentu putusannya adil, sebab hakim dunia masih  bisa diseret ke ranah naik banding, bisa pula dinaikkan ke tingkat kasasi.

Rata-rata manusia lupa bahwa ada Hakim Maha Hakim yang putusannya benar-benar adil, inkrah absolut, tak ada ruang untuk dibantah apalagi dilawan. Adanya memang harus dilaksanakan. 

Al Hakam, begitu salah satu Asmaul Husna atau nama Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang menjadikan Dia, Hakim Maha Hakim.  Yang terjadi, soal Covid-19 sebagian besar manusia tidak mau memohon kepada Sang Hakim Maha Hakim.

Indonesia  dikerumuni pandemi, satu setengah tahun lebih dihitung sejak Maret 2020. Sejatinya pandemi itu adalah sebuah keputusan yang tidak bisa ditolak. Manusia tidak punya kekuatan untuk menolak pandemi. 

Pemerintah Indonesia telah mengambil keputusan seperti: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) bahkan ditambah Mikro, gerakan penyuntikan vaksin, dibarengi aturan  protokol kesehatan super ketat, tetapi hasilnya tidak cukup menggembirakan.

Dengan kata lain, Pemerintah Indonesia telah membawa setumpuk  berkas bahaya Covid-19  disertai bukti lengkap, faktanya Hakim Tunggal (Allah Ta'ala) tidak atau belum menurunkan keputusan) bahwa Covid-19 berhenti atau berlanjut.

Manusia memandang, turunnya Covid-19 merupakan kabar buruk. Mereka tidak mampu melihat, bahwa Covid-19 itu sesungguhnya adalah kabar yang sangat  menggembirakan.

Dalil kabar gembira itu berbunyi, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan (ini) sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," Al-Baqarah, Ayat 155.

Pandemi dengan segala macam efek dominonya merupakan kabar gembira. Itu sebuah keputusan  yang tidak mungkin salah. Menghadapi keputusan tersebut manusia diminta banyak bersabar.

Perintah bersabar itu adalah janji atau ketetapan pula, yang cepat atau lambat akan berujung pada diangkatnya pandemi  oleh Sang Maha Hakim. Kapan waktunya memang tidak diberitahukan, kecuali manusia diperintah untuk melaksanakan dua hal, dan tidak perlu banyak protes.

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," Al-Baqarah  Ayat 45.

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar," Al-Baqarah  Ayat 153.

Orang-orang yang sabar itu diperintahkan untuk berbuat kebajikan, di mana pun  kapan pun serta dalam kondisi apa pun.

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." Al-Baqarah Ayat 177.

Kalau ada pihak yang menganalisis bahwa pandemi Covid-19 merupakan konspirasi, maka harus disadari, bahwa konspirasi itu pun merupakan satu ketetapan yang mau tidak mau harus diterima.

Obat Covid-19 ditunjukkan bhawa ada tidak jauh dari manusia bermukim.  Ini menganalogi, saat Nabi Ayub Alaihi salam diuji dengan penyakit kulit selama 7 tahun.

"Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." Surat Sad Ayat 42.

Senjata untuk menghadapi pandemi secara filodofis kesimpulannya adalah sabar, solat, berbuat baik, mandi dan minum 'air bersih'. 


(Bambang Wahyu Widayadi)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...