Kebijakan lockdown akan terasa berat bagi warga DIY yang tinggal di perkotaan. Sebaliknya tidak begitu berdampak bagi warga yang tinggal di pedesaan.
Mobilisasi warga kota ditutup selama 15 hari misalnya, pasti menimbulkan persoalan sosial yang cukup serius, terutama persoalan bagaimana mencari makan untuk mempertahankan hidup.
Bagi orang yang memiliki rezeki lebih, tidak akan ada persoalan karena logistik cukup. Berbeda halnya dengan warga yang rejekinya pas-pasan.
Hidup di pedesaan akan relatif lebih aman karena warga bisa memakan dedaunan buah-buahan atau apapun yang ada di pekarangan maupun di tegal mereka. Ini catatan bagi mereka yang memang memiliki tegal pekarangan. Yang tidak punya biasanya ada uluran tangan dari para tetangga.
Resiko terberat dari lockdown yang kemungkinan akan dilaksanakan pemerintah DIY adalah kelaparan bakal terjadi di berbagai tempat.
Namun demikian Lockdown tidak akan sampai membuat DIY semati tugu meminjam ungkapan Chairil Anwar.
Bila kelaparan itu benar terjadi di berbagai tempat maka itu harus dipahami sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang bisa berpikir.
Cepat atau lambat warga DIY menunggu waktu bakal dilakukannya lockdown, semua bergantung pada kecepatan Covid-19 melakukan penetrasi.
Tanda-tanda kemungkinan lockdown di dalam Alqur'an Surat Al-Baqarah Ayat 155 yang bunyinya, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."
Lockdown menurut Al-Qur'an adalah kabar yang menyenangkan, dan bukan kabar yang menyedihkan.
Dari sebuah pertemuan rahasia tanpa tatap muka Sri Sulan Hamengku Buwono Ke-10 berpesan, warga DIY harus saling menguatkan hati, mempertebal kesabaran, saling mengolah pikiran, saling menasehati, dan bergandengan dalam bermunajat.
Dalam lockdown, kalau itu memang diputuskan, warga DIY tetap bersama Sri Sultan Hamengku Buwono Ke-10.
Lebih dari sekedar bersama Raja Jogja, warga DIY juga bersama Raja Penguasa Alam Semesta yang kedekatannya sedekat urat nadi manusia.
Menghadapi lockdown, tidak ada yang harus ditakutkan karena Raja Jagat Raya itu berada di dekat orang-orang beriman, "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya".
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda