Manusia Indonesia telah berbelok kiblat tidak takut dan dan tidak menyembah Allah tetapi takut dan berbalik menyembah corona. Ini adalah satu bukti pengingkaran terhadap ideologi negara tetapi tidak disadari. Konsekuensi logisnya lockdown digambarkan Sebagai kondisi yang sangat mengerikan, padahal sejatinya tidak.
Warga gunung kidul mulai dari warga biasa hingga tokoh kelas daerah membayangkan bahwa lockdown itu suatu kondisi yang benar-benar menakutkan.
"Lockdown merupakan tindakan darurat dalam kondisi saat orang-orang untuk sementara cara waktu dicegah memasuki dan atau meninggalkan area bangunan yang telah ditentukankan selama ancaman bahaya berlangsung," dikutip dari berbagai sumber.
Sani, warga Kedungpoh Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul mengungkapkan pandangannya, bahwa lockdown itu semua aktivitas dihentikan.
"Warga dikurung dan tidak bisa silaturahim," ujarnya, 30-6-2021.
Serupa dengan masyarakat biasa, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul, Suharno, SE menyatakan, lockdown itu semua warga diminta berada di dalam rumah.
"Lockdown ya tidak keluar rumah tidak aktifitas sama sekali. Makan tidur, habis tidur terus mandi tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi tolong ibu membersihkan tempat tidurku. Habis itu ku nonton tv, tidak lupa makan harus bergizi," ujar Suharno serius dibumbui humor.
Tentang lockdown itu yang sulit dibayangkan adalah siapa yang akan menanggung empat sehat lima sempurna.
"Apa kuat bangsa ini membiayai semua itu," tanya Suharno yang jawabannya semua orang pasti tahu.
Tidak pernah terpikir oleh pemerintah, bahwa di tengah hantaman pandemi ini masih ada sebagian kecil warga Gunungkidul yang bersedia berbagi rejeki kepada sesama.
Contoh, demikian pengamat sosial Joko Priyatmo (Jepe) nimbrung berkomentar, saat tempo hari terjadi bencana di Sulawesi, Bali, Lombok dan yang lain warga Gunungkidul bergotongroyong mengirim permakanan.
"Mengapa semangat itu seperti tiba-tiba menghilang. Apa alasannya semangat kebersamaan itu tidak diberdayakan," tanya Jepe.
Dia menyayangkan para pemilik empati itu di Gunungkidul sangat banyak, tetapi tidak diajak oleh pemerintah untuk mengatasi amukan pandemi.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda