Berkaitan dengan Pemilu 2019, kekonyolan terjadi di bumi Handayani. Seorang politisi kategori ketua partai berdoa secara vulgar. Umur setiap orang yang telah ditentukan dalam batas takdir, tetapi diminta untuk diamandemen demi memperebutkan kekuasaan.
“Panjangkanlah
umur kami dan umur seluruh bakal calon anggota legeslatif (bacaleg) partai kami,”
pinta politisi paruh baya kepada Allah SWT (14/6).
Dikutib dari sumber yang kebenarannya tidak mungkin terbantah, jatah
umur setiap manusia berada di dalam koridor innamaaa amruhuuu izaaa aroooda
syai an ay yaquula lahu kun fa yakuun (Sesungguhnya urusan-Nya apabila
Dia (Allah) mengendaki sesuatu, Dia hanya berkata Jadilah, maka jadilah sesuatu
itu).
Kapan seseroang mati, tidak bisa dimajukan atau dimundurkan. Umur,
rizki, juga jodoh telah ditulis sebelum anak manusia lahir ke dunia.
“La apa dia sudah tahu batas seberapa umurnya, kok minta diperpanjang,”
tanya politisi senior, Boedi Oetama Prasetya (BOP), terkait doa pendek di atas.
Manakala paham dasar negara, terutama sila pertama, Ketuhanan Yang Maha
Esa, menurut BOP, dia tidak akan berdoa seaneh itu.
Penegakan agama Islam yang dilakukan Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, soal
ketauhidan (Keesaan Tuhan) menjadi fondamen utama. Itu dilakukan di kota Mekah,
sebelum beliau berpindah ke Madinah.
Bung Karno dalam seri tulisan Di Bawah Bendera Revolusi menyebut,
sebelum membangun negara, manusia Indonesia harus memperkokoh keyakinan, bahwa
segala sesuatu bergantung pada Yang Maha Tunggal.
Kekuasaan tidak perlu di minta. Kekuasaan akan diberikan kepada
orang-orang yang dikehendaki. Kekusaan
untuk kebaikan atau kerusakan adalah bagian dari ujian, seirama dengan jatah
usia yang ditetapkan.
Bambang Wahyu Widayadi