mengurangi / enambah takaran |
Mengambil hak orang lain bisa dilakukan oleh siapapun dan di tempat manapun. Ini merupakan biang porakprorandanya perekonomian. Pemerintah bisa menghentikan? Sulit, karena sebagian pelaku institusi negara melakukannya.
Mengurangi timbangan/takaran atau menambah, esensinya sama, yakni sama-sama merugikan khalayak. Sebuah SPBU di Ciputat Jakarta, belakangan diketahui mampu nilep bensin 1 liter per 20 liter transaksi, dengan memasang regulator power supply stabilizer, pada dispenser dan remote control sebagai pengendali jarak jauh untuk ON/OFF stabilizer, https://news.detik.com/berita/3227327/praktik-spbu-curang-di-ciputat-sudah-setahun-pelaku-raup-untung-rp-36-m.
Penjual kelas eceran pun begitu. Puluhan botol yang disediakan untuk wadah bensin, volumenya pasti tak genap 1 liter. Sayangnya, polisi tidak pernah jeli. Yang dipelototi cuma SPBU, sementara pedagang pengecer botolan lolos intaian.
SPBU maupun pengecer sama-sama curang, mengambil hak orang lain dengan modus mengurangi takaran / timbangan. Tentang perkara demikian dalinya cukupjelas.
“Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar.” (QS. al-Muthaffifin: 1-5)
Ada fenomena lain tetapi jas bukak iket blangkon transaksi dengan menambah timbangan. Berseiring dengan idulfitri , biasanya tak sedikit ditemukan daging glonggongan, yaitu daging yang beratnya dtambah dengan modus diglonggong air.
Presiden Joko Widodo, jauh sebelum puasa 2016 tiba, telah menyerukan harga daging paling tinggi Rp 80 ribu/kg. Realitasnya pada minggu pertama harga daging masih pada ketinggian Rp 120 ribu/kg. Kabarnya operasi pasar segera dilakukan. Kalau permintaan terus membubung, bukan tidak mungkin geger daging glonggongan bakal terjadi.
Sebenarnya perbuatan curang itu umurnya setua peradaban manusia. Diakui atau tidak, oknum aparat pemerintah bersama oknum legeslator yang gemar menambah / membengkakkan anggaran klasifikasinya sama dengan mental sebagian pedagang daging.
Oknum eksekutif dan legeslatif ngapusi atau gak jujur, mengelabuhi rakyat lewat membesarkan anggaran proyek, bakul daging nambah volume daging dengan air…. ha ha, sama bobroknya kan!
Kesimpulansaya, perbuatan curang itu biasa terjadi di pasar, tetapi juga bisa di gedung-gedung bertingkat. Pemerintah mau berantas mulai dari mana?