Selasa, 07 Juni 2016

Aku Mengenang Bung Karno Dengan Caraku




Bung Karno. foto net

Mengingat seseorang di hari kematiannya membuat aku merasa kehilangan. Mengingat seseorang di hari kelahirannya membuat aku merasa hidup bersamanya di sepanjang hayat. Begitu pula ketika aku mengingat Bung Karno.
Presiden RI ke 1, Soekarno lahir 6 Juni 1901, atau hari Kamis Pon 18 Sapar 1831 tahun Dal. Beliau wafat  21 Juni 1970 di hari Minggu Kliwon 16 Bakdamulud 1902 tahun Je.
Mengingat seseorang, yang lazim adalah di hari kematiannya. Tetapi tidak salah ketika saya mengingat Bung Karno di hari kelahirannya. Meski secara fisik usia beliau hanya sampai 69 tahun, tetapi nama Bung Karno berada di sepanjang zaman. Tidak keliru ketika Sang Djaja Baja menyebut sebagai satria kinunjara, murwa kuntjara.

Art longa vita brevis, seninya panjang hidupnya pendek. Bung Karno adalah ‘seniman besar’, dalam arti leksikal. Tidak banyak orang tahu, bahwa Soekarno lihai mhaienggelar pakeliran memainkan lakon Gatut Kaca Sraya.

Juga ‘seniman besar’ dalam ranah politik, meski pada masa akhir kekuasaannya Bung Karno tertunduk karena kesalahan kecil yang fatal, mencampur-adukkan yang batil dan yang haq. Agama dan Komunis maunya diramu, disenyawakan. Sementara gak ada rumusnya, haq dan batil bisa ketemu.
Itu sejarah kelam Sukarno di masa akhir kekuasaanya. Tapi biarlah, pada 6 Juni 2016, Kamis Pahing 29 Ruwah tahun 1949 Jimawal aku menulis untuknya sebait sajak yang nilanya tak sewangi nama Bung Karno.
//Ketika kami sedih, orang pun tertawa //Ketika kami susah sebagian pejabat gembira//Ketika kami mengerang kaum borjuis bersenang//Ketika kaum marhaen rubuh, mereka  runtuh//Selanjutnya terserah Tuhan// Ini seikat kembang telasih tidak terlalu wangi//Tetapi hidupmu di sana, supaya memperoleh makna//
Dengan Bung Karno, tak ada ikatan darah, tetapi aku berusaha memberi warna mikul dhuwur mendhem jero, bukan kultus individu, sekedar kekaguman kecil, lantara menemukan jejakIndonesia Menggugat, Sarinah, Di Bawah Bendera Revolusi. 

Biar politisi dan para pejabat di Jakarta berdebat soal hari lahirnya Pancasila, aku yakin haqqul yakin, Kusno Putra Sang Fajar lahir 6 Juni 1901. Lebih dari itu, aku yakin Pancasila lahir dari olah pikiranmu yang tidak mudah / jarang dipahami orang.
Pancasila memang bukan karya orisinil pemikiran Bung Karno. Yang  asli adalah Ganefo. Tetapi karena Bung Karno bangsaku punya Pancasila, meski nilainya mulai tak digubris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...