Bung Karno. foto net |
Mengingat seseorang di hari kematiannya membuat aku merasa kehilangan.
Mengingat seseorang di hari kelahirannya membuat aku merasa hidup bersamanya di
sepanjang hayat. Begitu pula ketika aku mengingat Bung Karno.
Presiden RI ke 1, Soekarno lahir 6 Juni 1901, atau hari Kamis Pon 18
Sapar 1831 tahun Dal. Beliau wafat 21 Juni 1970 di hari Minggu Kliwon 16
Bakdamulud 1902 tahun Je.
Mengingat seseorang, yang lazim adalah di hari kematiannya. Tetapi tidak
salah ketika saya mengingat Bung Karno di hari kelahirannya. Meski secara fisik
usia beliau hanya sampai 69 tahun, tetapi nama Bung Karno berada di sepanjang
zaman. Tidak keliru ketika Sang Djaja Baja menyebut sebagai satria kinunjara, murwa
kuntjara.
Art longa vita brevis, seninya panjang hidupnya pendek. Bung Karno
adalah ‘seniman besar’, dalam arti leksikal. Tidak banyak orang tahu, bahwa
Soekarno lihai mhaienggelar pakeliran memainkan lakon Gatut Kaca Sraya.
Juga ‘seniman besar’ dalam ranah politik, meski pada masa akhir
kekuasaannya Bung Karno tertunduk karena kesalahan kecil yang fatal,
mencampur-adukkan yang batil dan yang haq. Agama dan Komunis maunya diramu,
disenyawakan. Sementara gak ada rumusnya, haq dan batil bisa ketemu.
Itu sejarah kelam Sukarno di masa akhir kekuasaanya. Tapi biarlah, pada
6 Juni 2016, Kamis Pahing 29 Ruwah tahun 1949 Jimawal aku menulis untuknya
sebait sajak yang nilanya tak sewangi nama Bung Karno.
//Ketika kami sedih, orang pun tertawa //Ketika kami susah sebagian
pejabat gembira//Ketika kami mengerang kaum borjuis bersenang//Ketika kaum
marhaen rubuh, mereka runtuh//Selanjutnya terserah Tuhan// Ini
seikat kembang telasih tidak terlalu wangi//Tetapi hidupmu di sana, supaya
memperoleh makna//
Dengan Bung Karno, tak ada ikatan darah, tetapi aku berusaha memberi
warna mikul dhuwur mendhem jero, bukan kultus individu, sekedar kekaguman kecil, lantara menemukan
jejakIndonesia Menggugat, Sarinah, Di Bawah Bendera Revolusi.
Biar politisi dan para pejabat di Jakarta berdebat soal hari lahirnya
Pancasila, aku yakin haqqul yakin, Kusno Putra Sang Fajar lahir 6 Juni 1901.
Lebih dari itu, aku yakin Pancasila lahir dari olah pikiranmu yang tidak mudah
/ jarang dipahami orang.
Pancasila memang bukan karya orisinil pemikiran Bung Karno. Yang
asli adalah Ganefo. Tetapi karena Bung Karno bangsaku punya Pancasila,
meski nilainya mulai tak digubris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda