Manusia berbondong-bondong berkumpul di satu titik. Dalam sekali tarik nafas mereka mengucap dua kalimat yang berbeda.
Selamat tinggal tahun 2022. Selamat datang tahun 2023. Apa mereka tahu tentang kalimat yang mereka ucapkan?
Aku bertanya kepadamu.
Apa yang mereka tinggalkan di tahun 2022. Apa yang mereka jemput di tahun 2023?
Aku bertanya kepadamu.
Berpayung langit dinihari mereka berbisik di tengah genderang hura-hura yang memekakkan dan menyesakkan dada.
Ideologi masih sama. Politik tidak berubah. Ekonomi makin terjajah. Sosial budaya seperti sampah. Pertahanan keamanan merebah. Apa tahun 2023 bakal ada pembalikan?
Aku bertanya kepadamu.
Ideologi tidak berubah, hanya berpindah.
Mereka meninggalkan komunisme, menjemput kapitalisme. Keduanya ibarat daun sirih lumah lan kurebe. Dinulu seje rupane ginigit tunggal rasane.
Melepas baju komunisme mengenakan baju liberalisme apakah itu perubahan ke arah kebaikan?
Aku bertanya kepadamu.
Separatisme tanpa dan dengan senjata melebar ke mana-mana atas nama hak asasi manusia.
Menyusul Bupati Meranti menantang perang Presiden Jokowi. Itu pergaulan politik macam apa?
Aku bertanya kepadamu.
Barang impor melimpah. Perekonomian dikuasai asing. Kesenjangan sosial melebar. Kesempatan kerja menyempit. Kemiskinan tak terkendali. Korupsi merajalela.
Siapa yang menjadi tumbal di setiap tahun baru?
Aku bertanya kepadamu.
Ancaman sosial budaya datang dari dalam dan luar negeri. Dipicu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan.
Kaum hedonis bergaya hidup mewah. Mereka lebih suka barang luar negeri. Hidup mabuk-mabukan, foya-foya, bergaul bebas.
Individualisme mengemuka. Westernisasi budaya barat diagungkan. Gotong royong pudar. Solidaritas keropos. Nafas keagamaan melemah.
Di sudut mana kesalahan bangsa ini?
Aku bertanya kepadamu.
Konflik suku, agama, ras, dan antar golongan terus mengancam pertahanan keamanan.
Siapa yang terus menjadi tumbal di setiap penyambutan tahun baru Masehi?
Aku bertanya kepadamu.
Perubahan macam apa yang akan dilakukan oleh para pemimpin di tahun 2023?
Aku bertanya kepadamu.
Kalau para pemimpin pikirannya hidup, maka hidupnya merupakan proses yang terus-menerus memperbaiki diri. Yang buruk dibuang yang baik dipasang, supaya rakyat tidak menjadi tumbal.
Sebagian besar manusia, di setiap tahun baru hanya bertambah tua karena mereka sungkan memudakan pikirannya.
(Bambang Wahyu)