Puisi tersebut saya beri tajuk 'Gunungkidul Ambal Warsa'. Persis pada usia 192 tahun.
Secara lengkap narasinya tertulis dalam pupuh dhandhanggula. Berbunyi begini:
GUNUNGKIDUL AMBAL WARSA
Wus lumampah Gunungkidul wani,
Nata desa saben ambal warsa,
Milang-miling sedayane.
Warga asung bebantu,
Candi mulya den anti-anti,
Tan pegat tan lelewa,
Sagah sanggemipun
Dalane kemudu amba,
Banyu rata cinandhak asta tan keri,
Kondhangnya, tekeng manca.
Tidak semua orang bisa menikmati puisi di atas. Memahami geguritan tidak cukup dengan memaknai kata demi kata, baris demi baris (secara parsial).
Memahami puisi harus dilakukan secara holistik alias menyeluruh, sebab judul dan isi adalah satu kesatuan.
Cara paling sederhana menikmati geguritan menurut saya begini:
Wus lumampah Gunungkidul wani,
(Berani dalam hal apa?)
Nata desa saben ambal warsa,
(Dengan cara bagaimana?)
Milang-miling sedayane.
(Meneliti, mencermati semua potensi yang ada. Apa itu dilakukan pemerintah sendirian? Tidak. Karena faktanya adalah:
Warga asung bebantu,
(Rakyat berpartisipasi)
Candi mulya den anti-anti,
(Gunungkidul subur makmur, adil, bermanfaat)
Tan pegat tan lelewa,
Sagah sanggemipun
(Penguasa dan rakyat tidak ada yang wegah, semua bekerja, sesuai kemampuan)
Dalane kemudu amba,
Banyu rata cinandhak asta tan keri,
(Jalan dibangun. Ketersediaan air digali.
Tidak hanya untuk keperluan minum tetapi juga untuk pertanian)
Kondhangnya, tekeng manca.
(Gunungkidul dijangka menemui kejayaan sehingga dikenal dunia. Gunungkidul benar-benar menjadi Bali kedua)
Tembang yang saya tulis adalah sebatas gambaran hal yang dilakukan Bupati Sunaryanta bersama Organisasi Pemerintah Daerah, mulai tahun 2021 hingga 2023.
Pertanyaannya, hal mana yang tidak sesuai dengan harapann warga Gunungkidul?
Dalan Amba Banyu Rata harus diakui bahwa itu memang gagasan Benyamin Sudarmadi dan Haji Mustangit.
Tetapi kalau mau jujur dan fair, itu bukan slogan lama, karena saat ini terus dikerjakan Sunaryanta bersama Heri Susanto.
Tembang Gunungkidul Ambal Warsa tidak bermaksud menggurui siapapun. Sekali lagi, bahwa itu hanya sebagian potret kecil yang dilakukan oleh penguasa saat ini.
Geguritan di atas tidak mengandung slogan politik. Sama sekali tidak.
(Bambang Wahyu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda