Anak (baca: bayi)
terlantar, tidak hanya tersebar di kota besar. Di Desa, bahkan di pedukuhan
paling udik sekalipun, setelah didata, ternyata jumlahnya cukup Fantastik. Kabupaten
Gunungkidul, menjelang tutup tahun 2013, memperoleh gelontoran dana dari
Kemensos RI, tidak kurang dari Rp 2.277.600.000,00 untuk 2.847 bayi terlantar.
Anak Balita Terlantar (ABT) adalah anak berusia 0 – 4 tahun yang karena sebab
tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibanya. Adanya ABT karena
beberapa sebab : (1). orang tuanya miskin / tidak mampu; (2). salah satu orang
tuanya sakit; (3). salah satu / kedua orang tuanya meninggal. Kemungkinan
seperti itu menyebabkan kelangsungan hidup si balaita, menyangkut pertumbuhan
dan perkembangannya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial menjadi terganggu.
Kabupaten Gunungkidul, berdasarkan data tahun 2010, memiliki
bayi terlantar sebanyak 3.705 anak. Tahun 2011, menyangkut keberlangsungan
hidup bayi sejumlah itu, Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans)
mengajukan proposal ke Kemensos untuk memperoleh bantuan. Akhir 2013,
berdasarkan pertimbangan waktu serta teknis, Gunungkidul memeperoleh jatah untuk 2.847
balita.
Kecamatan Patuk, meski belum merata ke 72 pedukuhan, 241
balita secara serentak menerima bantuan Rp 800.000,00. Wakil Bupati
Gunungkidul, Himawan Wahyudi, didampingi Camat Patuk, R. Haryo Ambar Suwardi,
SH Msi, menyerahkan bantuan tersebut dalam kesempatan peresmian Taman Panitipan
Anak (TPA) Nur Saba, di kompleks Balai Desa Patuk, Senin 30/12/2013.
Salah satu penerima bantuan itu adalah Winda (23) Warga Widoro
Wetan, Desa Bunder, Patuk, Gunungkidul. Ibu mudah itu menggendong Santika (3,5
bulan) putri pertamanya. Dia datang sendirian pada acara peresmian Taman
Penitipan Anak Nur Saba, karena Gunadi (26)
suaminya, bekerja sebagai buruh kasar di
kota Jogja. Pasangan Gunadi-Winda termasuk keluarga tidak mampu. Buah hati
mereka Santika terkategorikan sebagai balita terlantar yang perlu menerima
stimulan Rp 800.000,00.
Bantuan sejumlah itu dimaksudkan agar orang tua mampu mengasuh
bayi secara optimal untuk memberi makanan tambahan (PMT); untuk membeli
pakaian; kesehatan, juga untuk biaya sekolah di di jenjang PAUD. Terkait dengan
peresmian TPA Nur Saba, Waub Himawan Wahyudi yakin, “Ke depan, nasib pendidikan
anak bangsa akan lebih baik.”