Seorang janda beranak
3, dicerai suami karena alasan ekonomi. Dia bekerja sebagai buruh cuci pakaian
pada tetangga dekat. Anaknya yang sulung, Eka,
kelas IV SD minta duit Rp 120.000, untuk keperluan beli sepatu dan buku.
Yu Jum, demikian nama janda, ibu anak itu, tidak bisa meluluskan permintaan
anaknya.
Menyadari ibunya tidak
mungkin memberi uang sebanyak itu, Eka menulis surat ditujukan kepada Tuhan.
Tangan mungilnya menulis kalimat pendek, “Tuhan, Eka minta uang kepadaMU. Tidak
banyak Tuhan. Rp 120.000,00 saja cukup. Itu untuk membeli sepatu dan buku.”
Diberi perangko cukup,
surat tersebut dimasukkan ke dalam kotak pos. Tentu saja ketika pegawai Pos
memilih dan memilah, menemukan surat Eka
jadi bingung. Dikembalikanlah surat tersebut ke alamat pengirim.
Kepala Desa, Desa
Nglegi, Patuk,Gunungkidul, Yogyakarta, mengaku bahwa Eka adalah anak Janda Yu
Jum yang berdomisili di pedukuhan Trukan. Sebelum diserahkan ke Eka, surat
dibuka oleh Arifin. Terperanjat, Arifin bercampur haru begitu membaca surat
Eka.
Tanpa pikir jauh,
Arifin ambil amplop. Dirogoh dari dompetnya uang Rp 100.000,00. Dilipat
kemudian meluncur ke rumah Eka. Habis menyerahkan bantuan ke Eka Arifin pamit,
tetapi Eka menahannya. Arifin diminta menunggu sebentar, karena Eka mau menulis
surat balasan ke Tuhan.
Kemauan gadis cilik
itupun dituruti. Surat dititipkan ke Arifin agar disampaikan ke Tuhan. Arifin
Cuma senyum nyengir mendengar ocehan Eka. Dari rumah Eka Arifin langsung main
badminton. Malah hari surat Eka baru dibuka.
Isi surat cukup
pendek.”Terimakasih, Tuhan telah memberi uang pada Eka. Tapi Tuhan, lain kalai
uang itu jangan dititipin Pak Kades. Aku minta Rp 120.000,00 diberikan ke aku
Rp 100.000,00.”
Menetes air mata Arifin
membaca kepolosan Eka. “Selama hampir 6 tahun saya menjabat
Kepala Desa, baru kali ini saya menjumpai anak kelas IV SD
memiliki kecerdasan menyindir yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda