Bulan Juli 2016, NTP polowijo mungkin naik, tetapi NTP peternakan bisa anjlok drastis, dan secara agregat NTP pertanian turun. Foto Ton Martono |
Badan Pusat Statistik (BPS) DIY merilis, Nilai Tukar Petani
(NTP) per Maret 2016 turun. Pemerintah Gunungkidul tidak terlihat mengambil
langkah strategis. Diprediksi, triwulan kedua NTP petani akan tambah merosot. Dimungkinkan 80.243
rumah tangga miskin terpukul telak.
Dalam keterangan resmi yang ditayangkan dalam bentuk file PDF dipaparkan,
bahwa NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan / daya
beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari
membandingkan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga
Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase.
Lebih lanjut dijelaskan, NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade)
antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang
dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga.
Dengan membandingkan kedua perkembangan angka IB dan IT, menurut BPS
DIY, dapat diketahui dua hal. Pertama, peningkatan
pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan
pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Kedua, untuk melihat kenaikan harga jual produksi pertanian
berpengaruh dan tidaknya terhadap pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan
kesejahteraan.
Kesimpulan BPS DIY, semakin tinggi angka NTP, relatif semakin kuat pula
tingkat kemampuan atau daya beli petani.
Diperoleh tambahan keterangan dari BPS Gunungkidul, bahwa NTP > 100, berarti petani
mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga
konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
Manakala
NTP = 100, berarti
petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan
persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama
dengan pengeluarannya.
Kalau
lNTP< 100, berarti
petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun,
lebih kecil dari pengeluarannya.
Sampai
triwulan pertama, Januari, Februari, Maret 2016, hasil survey yang dilakukan
BPS DIY menunjukan, posisi NTP pada
angka 102,57%, turun
sebesar 1,28% dibanding bulan sebelumnya, 103,90%.
BPS
tidak merinci faktor yang mempengarui turunnya NTP yang dimaksud, tetapi angka
102,57% masih dianggap aman. Akan
berbeda dan mungkin mengkhawtirkan ketika memasuki bulan Juni, Juli 2016
triwulan ke 2.
Puasa,
lebaran, dan tahun pelajaran baru akan menjadi faktor determinan yang memicu kenaikan harga bahan pokok, di
satu sisi, serta ambruknya harga jual ternak di sisi lain. Klimak merosotnya NTP
diprediksi bakal terjadi di bulan Juli.
Publik
berharap NTP tidak berada di bawah angka
100%. Kalau ini sampai terjadi yang paling terpukul adalah 80.243 rumah tangga
miskin (RTM).
Berita tentang turunnya NTP yang dirilis BPS DIY diunggah 1 April 2016. Tidak terlihat, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melakukan langkah persiapan antisipasi. Seluruh SKPD terkait larut dalam prosesi hari jadi ke 185. Ya ampun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda