Petinggi TNI, Polri dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul dalam rangka memonitoring dan dukungan pelaksanaan program vaksinasi nasional, Sabtu, 21-8-2021.
Ikuti soleram si anak manis, jangan dilewatkan peristiwa yang ditulisnya, karena enak dibaca
Sabtu, 21 Agustus 2021
DUA PULUH MENIT PEJABAT TINGGI JAKARTA TURUN GUNUNG
Petinggi TNI, Polri dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul dalam rangka memonitoring dan dukungan pelaksanaan program vaksinasi nasional, Sabtu, 21-8-2021.
Jumat, 06 Agustus 2021
GANTUNG DIRI DI GUNUNGKIDUL 13:28
Warga Gunungkidul yang memilih mati dengan cara gantung diri sejak awal Januari 2021 hingga 30 Agustus 2021 tercatat 35 pelaku. Perempuan 13, laki-laki 20 orang.
Empat belas warga jenis kelamin perempuan urut berdasarkan waktu gantung diri antara lain:
Jakinem 76, Mariyem 75, Kasminah 41, Waginem 71, Sukiyah 62, Mijem 80, Painem 78, Siti Rohani 55, Sutini 72, Karbinah 82, Catur Surati Ayu Ambarwati 22, Ranti 63, serta Sukini 56 tahun, Sukinem 76 Saptosari.
Sementara dua puluh satu pelaku jenis kelamin kaki-laki secara berurutan tercatat nama seperti:
Margiyo 77, Raji 84, Tony Putra 21, Ngadi 40, Wasito 75, Mulyono 91, Surapto 61, serta Suwarno 86, Wastono 51, Sukarman 36, Margi Wiyono 70, Karso Semito 80, Yadi Mulyono (68) warga Sawahan 5 Jatiayu, Daliyo (80) Semin, Tukimin (50) Girikarto, Narto Utomo (65) Panggang, Ngadino (53) Tepus, Kiswanto (70) Rongkop, Tugiran (53) Tanjungsari, Senen (84), Playen, Albertus Dwi Sutrisno (35) Gading Playen
Rabu, 04 Agustus 2021
JOKOWI
Lelaki itu rajin menghitung bencana gempa bumi. Kurun waktu 2008 hingga 2016 rata-rata terjadi gempa 5.000 hingga 6.000 kali dalam setahun.
ZIKIR KEBANGSAAN
Dalam menyongsong hari jadi ke-76 negara yang sedang dicengkeram pandemi Covid-19 dicanangkan idiom baru Zikir Kebangsaan.
Senin, 02 Agustus 2021
KAPTEN, ABK DAN PENUMPANG HARUS BERDAMAI
Diibaratkan kapal, Indonesia di tahun 2019-2024 sedang dinakhodai oleh Kapten lengkap dengan anak buah kapal (ABK) yang dihadang gelombang besar. Kapan gelombang itu berhenti menghantam, tergantung kekuatan angin.
Yang jelas, Nahkoda tidak akan bisa menghindar dari tanggungjawab karena layar sudah terkembang.
Sesuai konstitusi, kapal bernama Indonesia ini bakal berlabuh di dermaga kesejahteraan, tetapi kompasnya bergeser, sementara tidak kunjung dibenahi.
Para penumpang gelisah, Kapten dan ABK tidak pandai menentramkan kecemasan. Adanya sebatas kekhawatiran dan harapan, bahwa kapal ini pecah atau selamat.
Ketakutan di tengah laut itu sepertinya malah diciptakan sehingga banyak penumpang yang mabuk berat, bahkan tidak sedikit yang terlempar ke laut.
Antimo tidak lagi mampu meredakan gempuran gelombang, sementara layar sebagian besar telah sobek.
Di antara para penumpang ada yang mengusulkan bahwa Kapten segera diganti. Secara politis ekologis itu tidak bisa dan tidak mungkin.
Sampai pelabuhan atau tidak, Kapal Indonesia saat ini adalah tanggung jawab Sang Kapten, karena dia adalah Nahkoda yang dipilih secara demokratis.
Ada saran, untuk penumpang yang lain perlu memelihara keyakinan bahwa tidak akan mabuk atau terlempar ke laut, sampai Sang Kapten menyadari tanggung jawabnya.
(Bambang Wahyu Widayadi)
Minggu, 01 Agustus 2021
JOKOWI SEDANG BERDOA, TIDAK USAH DIGANGGU
Politisi PDIP Effendi Simbolon mengkritik bahwa langkah penanganan pandemi Covid-19 telah salah jalan. Menurutnya sejak awal Pemerintah harusnya berada di jalur lockdown. Jokowi menolak. Dia memilih PSBB, kemudian PPKM yang ongkosnya sebesar Rp 1000 triliun. Ini sebuah doa, seyogyanya tidak diganggu.
Di mata Effendi Simbolon hasilnya nol besar, pandemi tidak kunjung reda walau penanganannya hingga akhir 31 Juli 2021 sudah 17 bulan dengan anggaran Rp 1000 trilyun.
Berikutnya disusul pernyataan pakar epidemiologi Pandu Riono bahwa Indonesia berada dinilai berada pada jalur jebakan pandemi Covid-19.
Jokowi selaku penanggungjawab negara tidak tinggal diam. Dia beralasan, tidak melakukan lockdown karena 270 juta jiwa menjerit.
Dari sudut pandang pemikiran holistik penanganan pandemi sebenarnya sudah masuk ke dalam ranah doa yang komplit.
Sementara doa itu sesungguhnya hanya ada dua macam, satu berupa ucapan, satu yang lain berupa tindakan atau tingkah laku.
Bagus yang mana? Ya semua bagus, orang namanya doa, tentu tidak ada yang jelek.
Mustajab atau manjur yang mana antara ucapan dan tindakan? Nah kalau ini tergantung kesadaran manusia.
Persoalannya, ucapan dan perilaku itu sama-sama berupa infrastruktur. Kalau disejajarkan dengan mitos bidadari yang sedang bermandi di sebuah sedang yang kemudian diintip Joko Tarub, ucapan dan tindakan itu adalah pelangi.
Kolaborasi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, niila, dan ungu (mijiku hi ini) itu meminjam narasi Cak Nun, merupakan tangga menuju ke langit dengan kedua tangan tengadah berharap.
Tangan Jokowi telah menengadah ke langit dengan PSBB dan PPKM. Perkara Effendi Simbolon masih bilang nol alias tidak ada hasil, itu perkara lain.
Sebagai konsekuensi logis dari pesta demokrasi 2019, faktanya Jokowi keluar sebagai pemenang, maka negeri ini de facto de jure adalah tanggung jawab Jokowi.
Pandemi Covid-19 menjadi resiko politik yang harus dipikul Jokowi.
Doa yang Jokowi lakukan hasilnya sedang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Optimal dikabulkan atau tidak, secara personal yang tahu hanya Jokowi dan Tuhan ke mana Jokowi memohon.
Sebaiknya rakyat tidak perlu menambah masalah dengan merecoki upaya yang sedang dilakukan Jokowi. Biarkan dia berdoa dengan ucapan dan tindakan.
Ada keraguan besar, dia terlipih yang kedua kalinya tahun 2019, kemudian ada pandemi namanya Covid-19. Apa angka 19 ini sebuah kebetulan?
(Bambang Wahyu Widayadi)
DHANDHANG-GULA NALISIR
Siji Gunungkidul ing mangsa kawuri Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...
-
Debat di depan publik yang digelar KPU Gunungkidul di TVRI Yogyakarta jam 19.30 untuk putaran pertama bagi Paslon Bupati dan Wakil Bupati, j...
-
Bacalon Bupati dari jalur perseorangan, Kelick Agung Nugroho merasakan, berkas dukungan perbaikan babak kedua tidak banyak yang eror sepe...