Kamis, 29 September 2016

SBY Tambah Usia Tambah Mimpi


anak dipaksa bapak. foto rahasiakancom

Saya mencatat, setidaknya ada tiga keunikan dalam agenda Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Ambisi yang ambisius mewarnai wajah para botoh nasional, seperti Mega, SBY, dan Prabowo. Di alam demokrasi hal seperti itu adalah sah. 


Keunikan pertama, nama semua calon Gubernur baik panggilan maupun nama asli berinisial A. Boleh dilihat: Ahok, Agus, Anies. Dalam dunia akademis, A merupakan nilai tertinggi. Inini bisa dimaknai, semua calon nilainya ‘baik’.

Keunikan kedua, masing-masing pengusung berkehendak menguasai DKI Jakarta, sebelum akhirnya masuk menguasai pintu Istana Negara. Kursi Gubernur dijadikan batu lompatan, seperti ingin menduplikasi Jokowi dalam ajang pilpres tahun lalu.

Keunikan ketiga, masing-masing botoh memajukan jago dilatarbelakangi sejumput ketidakikhlasan. Mega tak nyaman kalau presiden 2019 dari kalangan militer. Maunya dia, Indonesia berada di tangan rezim sipil.

SBY sebaliknya, tentara masih patut memimpin negeri ini melalui tangan yang diberi pakaian sipil. Ini menarik untuk diulas,  Terbukti, SBY telah memutar jarum jam ke arah belakang.

Pabowo beda lagi, dia masih punya ambisi menjadi presiden, karena 2019 adalah ‘last  minute’ untuk jabatan yang dimimpikan cukup lama. Kalau gagal, di pilkada DKI Jakarta, pupus semua harapan.

Yang paling menarik dalam  Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah kebijakan pribadi SBY. Keputusan itu diturunkan ke Agus Harimurti Yudhoyono putra sulungnya. SBY mengulang keputusan yang diambil 11 Maret tahun 2004, dia mundur dari jabatan Menko Polkam. Hati kecilnya, dia berniat menundukkan Megawati Soekarno Putri pada pilpres 2004. Realitasnya SBY berhasil, bahkan sempat duduk di Istana Negara dua periode 20 Oktober 2004 hingga hingga 20 Oktober 2014.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipaksa mengikuti jejaknya, keluar dari jajaran TNI AD berpangkat mayor, untuk bertarung di Pilgub DKI Jakarta. SBY dalam hal ini terlalu nekad memutar jarum jam ke belakang.

SBY begitu yakin si anak sulung bisa seperti dirinya melumat habis impian Mega-Prabowo di tahun 2009.

Saya menangkap, AHY maju namun berat meninggalkan TNI AD. Pidato pamitannya terpatah-patah itu sekelumit bukti, bahwa AHY tak ada niat, tetapi dipaksa SBY. Wah, tambah umur tambah heboh.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...