Seorang aktifis media sosial
(netizen) dengan bangga menyebut, politik adu gajah Jokowi sangat jitu. Tak
salah, dia adalah Budi Utama, mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Gunngkidul yang tersingkir
karena konflik internal tahun 2014. Tokoh ini sekarang aktif sebagai pengamat
politik sambil menekuni dunia property.
“Dari dulu hingga kini penjajah bisa menguasai Nusantara
karena lihai menggunakan politik pecah belah alias adu domba,” tutur Budi
Utama 6/9/2016. Menurutnya, salah satu karakter bangsa Indonesia memang suka diperlaukan seperti itu.
“Dalam berpolitik luar negeri, sekarang ini gantian Jokowi menerapkan politik adu
gajah,” tadasnya.
Kiblat politik luar negeri yang selama
ini lebih tertuju ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, lanjut Budi Utama, oleh Jokowi diimbangi dengan menggandeng Tiongkok, Rusia, Korea, dan negara2 Timur Tengah. Politik
adu gajah ini sangat jitu menempatkan Indonesia dalam posisi strategis.
“Investasi besar-besaran masuk dari banyak negara contohnya kilang minyak
terbesar oleh Rusia, kereta cepat oleh Tiongkok, pesawat tempur oleh Korea,” tunjuknya
mantab.
Bahkan, kata dia, Indonesia selalu mendapat
kesempatan terhormat dalam panggung international. Hampir setiap ada even internasional Jokowi menjadi pembicara utama.
Merujuk
preambul UUD 1945, langkah Presiden Joko Widodo seperti ditunjukkan Budi Utama, sepanjang penafsiran
itu benar, maka
langkah Presden Jokowi tidak lebih dari politik balas dendam. Indonesia pernah
diadu domba, sekarang balik mengadu gajah.
Pengamat
politik dan media, Joko Priyatmo, yang lebih akrab dipanggil Jepe, mengoreksi
statemen Budi Utama. Dia membuka kritik dengan
menunjuk alinea ke 4 preambul UUD 1945.
Di sana
dinyatakan, kata Jepe, bahwa salah satu item yang diperjuangkan banga Indonesia adalah ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
“Di dalam pembukaan
UUD 1945 tidak termuat perintah adu domba apalagi adu gajah. Kalau toh Presiden
menggandeng Rusia dan RRC bukan dalam konteks adu gajah, melainkan dalam upaya
menggaet modal asing untuk keperluan pembangunan, dengan resiko yang tidak
ringan,” sanggah Jepe.
Lelaki dua
anak ini sangat yakin bahwa negara tidak ada kebijakan adu gajah. Menurutnya itu
adalah statemen yang sumbernya bukan dari kalangan Istana, melainkan adalah
penafsiran pribadi Budi Utama.
“Jadi tidak
usah direken / diperhatikan, karena berbahaya bisa menjadi stigma buruk bagi
Indonesia. Tidak usah diadu pun mereka sudah perang berebut pengaruh,”
pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda