Dasar hitungan plitik mamam apa janda Dani digandeng jadi Bacawagub? Foto Net |
AHOK BERHASIL MEREBUT HATI
PENGUASA BANTENG
Perseteruan Mega-SBY selama ini bisa dianggap merugikan, tetapi juga
bisa sebaliknya. Suasana politik di DKI Jakarta jelang Pilkada 2017, bisa dinilai
dalam suasana keruh, namun bisa pula dianggap demikian bening.
Yang memiliki pandangan keruh pasti hanya menunggu dengan was-was,
karena Ahok Sang Petahana dipandang terlampau kuat untuk dikalahkan. Tengok
sana, tengok sini, siapa yang patut diajak berkongsi untuk membekuk Basuki
Tjahaya Purnama sampai tulang belulangnya lumat.
Pasalnya, diakui atau tidak, Si Petahana itu ‘berkampanye’ sudah mulai
permulaan tahun 2016. Kok tidak dihajar KPU? Lha yang berkampanye justru para
bakal calon pelawan Ahok, yang banyak diunggah di YouTube. Maksud hati
merobohkan Ahok, namun yang terjadi justru melambungkan nama mantan Bupati
Belitung itu.
Contoh kecil ketika Ahok setuju bahwa Golkar, Nasdem dan Hanura
mengusung dirinya sebagai bakal calon Gubernur DKI, kemudian Basuki meninggalkan
Teman Ahok. Manuver ini, oleh lawan-lawan politik ini dianggap sebagai calon pemimpin yang mencla-mencle.
Mereka sama sekali tidak menyadari kalau itu merupakan satu mata dari
rantai besar Ahok, untuk membaca dan menjebak lawan-lawannya. Termasuk untuk
membaca gerak kemauan penguasa tunggal PDI P, Megawati Soekarno Putri.
Ahok, kayaknya berusaha menjajagi pikiran Mega. Bener gak nih Bu Mega
mau ‘wawuh’ secara politik dan personal dengan Pak SBY?. Soalnya begitu dia
dielus-elus Golkar dkk, di seberang sana muncul kualisi kekeluargaan, yang PDI
P ambil bagian di dalamnya.
Begitu jelas, bahwa Ahok menantang Mega dengan menggandeng mantan istri
Ahmad Dani sebagai bakal calon wakil Gubernur. Masuk akal? Tidak. Pakai rumus
politik apa Ahok nekad seperti itu. Dia, Ahok merasa perlu foto bareng dengan
janda Dani, hanya untuk menggebrak hati Megawati.
Terbukti Tak berapa lama, PDI P mendeklarasikan pasangan Ahok-Jarot,
kemudian Megawati menyatakan mengusung petahana sekaligus memakaikan jaket merah tanpa logo PDI P.
Kartu as yang menurut Amin Rais berada di tangan Megawati, telak banget
dibidik Ahok. Dan Gubernur yang oleh Nusron Wahid Ketua Timses Ahok dijuliki
doble minoritas ini benar-benar berhasil merebut penguasa Banteng.
Mega-SBY ‘jothakan’ bertahun-tahun. Eh, Si Ahok yang memperoleh keuntungan
tanpa mengganggu kenikmatan perseteruan tersebut.
Kalau bukan Ahok, tidak akan bisa bermain seperti itu. Mesin politik
ditambah Teman Ahok, tapa melihat faktor X, di angan-angan petahana mulai
berilusi 50 plus 1 persen ada di tangan.
Musuh Mega menggeliat. Meminjam istilah yang digunakan Budi Utama,
mantam Ketua DPRD Gunungkidul Demokrat tersengat, karena peta politik pilaka
DKI main jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana Menurut Anda