Senin, 26 September 2016

Kemelut Permusuhan Elit Nasional Berkepanjangan 2



Dasar hitungan plitik mamam apa janda Dani digandeng jadi Bacawagub? Foto Net
AHOK BERHASIL MEREBUT HATI PENGUASA BANTENG

Perseteruan Mega-SBY selama ini bisa dianggap merugikan, tetapi juga bisa sebaliknya. Suasana politik di DKI Jakarta jelang Pilkada 2017, bisa dinilai dalam suasana keruh, namun bisa pula dianggap demikian bening.  

Yang memiliki pandangan keruh pasti hanya menunggu dengan was-was, karena Ahok Sang Petahana dipandang terlampau kuat untuk dikalahkan. Tengok sana, tengok sini, siapa yang patut diajak berkongsi untuk membekuk Basuki Tjahaya Purnama sampai tulang belulangnya lumat.

Pasalnya, diakui atau tidak, Si Petahana itu ‘berkampanye’ sudah mulai permulaan tahun 2016. Kok tidak dihajar KPU? Lha yang berkampanye justru para bakal calon pelawan Ahok, yang banyak diunggah di YouTube. Maksud hati merobohkan Ahok, namun yang terjadi justru melambungkan nama mantan Bupati Belitung itu.

Contoh kecil ketika Ahok setuju bahwa Golkar, Nasdem dan Hanura mengusung dirinya sebagai bakal calon Gubernur DKI, kemudian Basuki meninggalkan Teman Ahok. Manuver ini, oleh lawan-lawan politik ini dianggap  sebagai calon pemimpin yang mencla-mencle.

Mereka sama sekali tidak menyadari kalau itu merupakan satu mata dari rantai besar Ahok, untuk membaca dan menjebak lawan-lawannya. Termasuk untuk membaca gerak kemauan penguasa tunggal PDI P, Megawati Soekarno Putri.

Ahok, kayaknya berusaha menjajagi pikiran Mega. Bener gak nih Bu Mega mau ‘wawuh’ secara politik dan personal dengan Pak SBY?. Soalnya begitu dia dielus-elus Golkar dkk, di seberang sana muncul kualisi kekeluargaan, yang PDI P ambil bagian di dalamnya.

Begitu jelas, bahwa Ahok menantang Mega dengan menggandeng mantan istri Ahmad Dani sebagai bakal calon wakil Gubernur. Masuk akal? Tidak. Pakai rumus politik apa Ahok nekad seperti itu. Dia, Ahok merasa perlu foto bareng dengan janda Dani, hanya untuk menggebrak hati Megawati.

Terbukti Tak berapa lama, PDI P mendeklarasikan pasangan Ahok-Jarot, kemudian Megawati menyatakan mengusung petahana sekaligus  memakaikan jaket merah tanpa logo PDI P.

Kartu as yang menurut Amin Rais berada di tangan Megawati, telak banget dibidik Ahok. Dan Gubernur yang oleh Nusron Wahid Ketua Timses Ahok dijuliki doble minoritas ini benar-benar berhasil merebut  penguasa Banteng.

Mega-SBY ‘jothakan’ bertahun-tahun. Eh, Si Ahok yang memperoleh keuntungan tanpa mengganggu kenikmatan perseteruan tersebut.

Kalau bukan Ahok, tidak akan bisa bermain seperti itu. Mesin politik ditambah Teman Ahok, tapa melihat faktor X, di angan-angan petahana mulai berilusi 50 plus 1 persen ada di tangan.

Musuh Mega menggeliat. Meminjam istilah yang digunakan Budi Utama, mantam Ketua DPRD Gunungkidul Demokrat tersengat, karena peta politik pilaka DKI main jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana Menurut Anda

DHANDHANG-GULA NALISIR

Siji Gunungkidul  ing mangsa kawuri  Alas wingit 'king tebih sinawang Sato galak panunggune. Jalma nerak keplayu Asri wana caketing ati ...